Kamis, 29 September 2011

Perkembangan Kepribadian dan Fungsi Mental

A.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN FUNGSI MENTAL
Dasar teoritik perkembangan kepribadian dari Erikson dan Sigmon Freud.
Perkembangan Psikososial menurut Erikson terdiri dari delapan fase:
1.      Trust vs, Mistrust/kepercayaan dasar (0;0 - 1;0) : menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidakpercayaan.
2.      Autonomy vs. Shame and Doubt/otonomi (1;0 - 3;0) : kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
3.      Initiative vs. Guilt/inisiatif (3;0 - 5;0) : belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
4.      Industry vs. Inferiority/produktivitas (5;0 - 11;0) : mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
5.      Identity vs. Role Confusion/identitas(12;0 - 18;0) : mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat
6.      Intimacy vs. Isolation/keakraban (19;0 - 25;0) : Mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri.
7.      Generativiy vs. Self Absorption/generasi berikut (2;5 - 45;0) : mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
8.      Integrity vs. Despair/integritas (45;0 …) : integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Perkembangan psikoseksual Sigmon Freud :
         Fase Oral (0-1tahun)
         Fase Anal (1-3tahun)
         Fase Falik (3-5tahun) :
         Fase Genital (12tahun keatas) :
B.     PERKEMBANGAN MENTAL
a.      Perkembangan kognitif
Jean Piaget membagi perkembangan kognitif atas empat fase:
1. Sensor motorik (0;0 - 2;0)
2. Pra operasional (2;0 - 7;0)
3. Operasional konkret (7;0 - 11;0)
4. Operasional formal (11;0 - 15;0)
b.      Perkembangan bahasa
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1.      Fase satu kata atau Holofrase : satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks.
2.      Fase lebih dari satu kata : Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3.      Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, member! tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
c.       Perkembangan moral
Kohlberg mengemukakan bahwa perkembangan kognitif mendasari kemajuan moral seseorang dari tingkat ke tingkat. Tahapan ini terjadi dalam urutan yang sama, erdasarkan kultur. Individu berbeda dalam seberapa cepat dan seberapa jauh mereka maju dalam tahapan ini.
1.      Tingkat premoral (lahir sampai 9 th)
2.      Moralitas konvensional (9-13 th)
3.      Moralitas pasca konvensional (13- meninggal)
d.      Perkembangan spiritual
 Fowler melihat ada 6 fase perkembangan spiritual yaitu :
1.      Intuitive-projective faith (>4 th) : Tuhan direfleksikan sebagai sesuatu yang gaib.
2.      Mythical-literal faith (5-6 th): Kepercayaan di fase ini mengarah pada sesuatu yang konkrit dan tergantung dari kredibilitas orang yang bercerita.
3.      Poetic-conventional faith (12-13 th) : Pada fase ini kepercayaan tergantung pada konsensus dari opini orang lain, orang yang lebih ahli.
4.      Individuating-reflective faith (18 -19 th) : Di fase ini individu mulai mengambil tanggungjawab. Tapi individu pada tahap ini tetap masih membutuhkan figure yang bisa diteladani.
5.      Paradoxical-consolidation faith (>30 th) : Pada fase ini individu mulai bisa memahami dan mengintegrasikan elemen spiritual seperti simbolisasi, ritual, dan kepercayaan
6.      Universalizing faith : Terjadi pada usia minimal 40 tahun.
e.       Perkembangan konsep diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar yang berlangsung sejak masa pertumbuhan hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh yang signifikan terhadap pembantukan konsep diri seseorang . sikap dan respon orang tua serta lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.

C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
a.       Keturunan
Faktor keturunan menyangkit masalah genetik (heredokonstitusional) yang merupakan bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
b.      Neuroendokrin
Hormon-hormon pertumbuhan akan mempengaruhi perkembangan si anak. Keabnormalan pada hormone pertumbuhan akan menyebabkan pertumbuhan si anak terganggu sehingga si anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
c.       Nutrisi
Nutrisi yang adekuat akan mempengaruhi keburuhan fisiologis maupun kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Karena itu, makanan harus disesuaikan dengan keperluan anak yang sedang tumbuh
d.      Hubungan interpersonal
Hubunagn dengan kelompok teman sebaya akan mempenngaruhi pola dan struktur dalam interaksi dan komunikasi
e.       Tingkat sosio ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak.
f.       Penyakit
Penyakit infeksi akut maupun kronis menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga pencegahan penyakit menular merupakan hal yang penting
g.      Bahaya lingkungan
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Lingkungan yang kurang baik mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
h.      Stress pada masa kanak-kanak
Anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
i.        Pengaruh media massa
Media massa akan mempengaruhi perkembangan anak. Saat ini anak-anak cenderung mengalami puberias yang lebih cepat karena begitu banyaknya informasi dari media massa yang tidak sesuai dengan umur mereka, sehingga mempercepat kematangan seorang anak.
D.    KEBUTUHAN DASAR UNTUK TUMBUH KEMBANG
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara garis besar dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
a.       Kebutuhan fisis-biomedis (asuh) : Nutrisi, perawatan kesehatan dasar (imunisasi), pakaian, perumahan dan kesegaran jasmani
b.      Kebutuhan akan kasih saying/emosi (asih) : Kasih sayang orang tua, rasa aman, harga diri, kebutuhan akan sukses, mandiri, dorongan, kesempatan dan rasa memiliki.
  1. Kebutuhan stimulasi (asah) : Stimulasi dini, yaitu perangsangan yang datang dari lingkungan luar anak antara lain berupa latihan atau bermain
E.     BERMAIN
a.      Bermain Dalam Perkembangan
Adapun bermain mempunyai manfaat bagi perkembangan anak. Bermain merupakan pengalaman belajar yang sangat berguna untuk anak, yaitu:
1.      Aspek fisik : akan membuat tubuh menjadi sehat.
2.      Permainan yang melibatkan kemampuan motorik kasar dan motorik halus akan meningkatkan keterampilan anak.
3.      Keterlibatan anak dengan orang lain dapat membantu anak untuk bersosialisasi.
  1. Aspek perkembangan bahasa,
  2. Aspek emosi dan kepribadian, melalui bermain seorang anak dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya.
b.      Klasifikasi Bermain, Isi Permainan, Karakter Sosial Permainan
Klasifikasi bermain menurut isi :
1.      Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan,misalnya orang tua berbicara memanjakan anak tertawa senang,dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2.      Sense of pleasure play
Anak memproleh kesenangan dari satu obyek yang ada disekitarnya,dengan bermain dapat merangsang perabaan alat,misalnya bermain air atau pasir.
3.      Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya mengendarai sepeda.
4.      Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah atau ibu
Klasifikasi bermain menurut karkteristik social :
1.      Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermai disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2.      Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preischool
3.      Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yangsma tetapi belum terorganisasi dengan baik,belum ada pembagian tugas,anak bermain sesukanya.
4.      Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Bissanya dilakukanoleh anak usia sekolah Adolesen
5.        Fungsi Bermain.
·         Perkembangan sensori motor
·         Perkembangan intelektual
·         Sosialisasi
·         Kreativitas
·         Kesadaran diri
·         Manfaat terapeutik
·         Nilai moral
6.      Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
1. Tahap perkembangan,tiap tahap mempunyai potensi/keterbatasan
2. Status kesehatan,anak sakit→ perkembangan psikomotor kognitif terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan → lokasi,negara,kultur.
5. Alat permainan → senang dapat menggunakan
6. Intelegensia dan status social ekonomi
7.      Manfaat Terapeutik
Bermain memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan stress yang dihadapi di lingkungannya. Melalui bermain anak dapat mengkomunikasakan kebutuhan, rasa takut, dan keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat ekspresikan karena keterbatasan keterampilan bahasa mereka.
8.      Tahapan Bermain
1.      Tahap eksplorasi : Merupkan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2.      Tahap permainan : Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.
3.      Tahap bermain sungguhan : Anak sudah ikut dalam perminan.
4.      Tahap melamun : Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.
9.      Karakteristik Bermain Sesuai Tahap Perkembangan
Mainan yang dianjurkan untuk Bayi 0 -12 bulan
·         Blockies warna-warni jumlah,ukuran.
·          Buku dengan gambar menarik
·         Balon,cangkir dan sendok
·         Boneka bayi
·         Mainan yang dapat didorong dan ditarik
Mainan Untuk Toddler
·         Mainan yang dapat ditarik dan didorong
·         Alat masak
·         Malam,lilin
·         Boneka,Blockies,Telepon,gambar dalam buku,bola,dram yang dapat dipukul.
Mainan untuk Pre-school
·         Peralatan rumah tangga
·         Sepeda roda Tiga
·         Papan tulis/kapur
         Lilin,boneka,kertas
         Drum,buku dengan kata simple,kapal terbang,mobil,truk
Mainan untuk Usia Sekolah
6-8 Tahun : Kartu,boneka,robot,buku,alat olah raga,alat untuk melukis,mencatat,sepeda.
8-12 Tahun  : Buku,mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,sepeda,sepatu roda.
10.  Bermain Di Rumah Sakit
Bermain di rumah sakit akan membuat sesuatu yang asing bagi anak menjadi normal. Selain itu, anak juga dapat menurunkan tekanan bagi anak karena harus di rawat di rumah sakit. Mainan menjadi pengalih focus anak sehingga anak dapat mengurangi keteganga, mengembangkan kapasitas mereka, dan menguatkan pertahanan mereka.
F.     HOSPITALISASI
a.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Koping Anak
1.      Berpisah dengan orang tua dan saudara
2.      Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan binatang buas diawali oleh situasi yang asing.
3.      Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan.
4.      Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
5.      Prosedur yang menyakitkan
6.      Takut akan cacat atau mati.

b.      Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
ü  Pengertian tentang sakit
ü  Separation /Perpisahan
ü  Kehilangan Fungsi Dan Kontrol

c.       Gangguan body image dan nyeri
Reaksi Orang Tua Terhadap Hospitalisasi
1.      Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.      Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.      Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.      Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan

d.      Intervensi Keperawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
ü  Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
ü  Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
ü  Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
ü  Beri dukungan pada anak dan keluarga
ü  Beri informasi yang adekuat.

PEMBAHASAN
A.    PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN DAN FUNGSI MENTAL
Menurut ahli-ahli dalam psikologi perkembanganseorang anak, perkembangan ersebut akan seiring dan sejalan dengan umur anak. Padahal di kenyataan,umur tertentu belum tentu akan mengalami perkembangan yang ada di teori, bisa saja si anak akan mengalami keterlambatan dalam perkembangan karena masalah pertumbuhan yang terganggu atau masalah lainnya.
B.     PERKEMBANGAN MENTAL
Semua anak akan mengalami perkembangan mental, kecuali pada anak-anak istimewa yang mentalnya terganggu. Anak-anak istimewa ini akan mengalami kestatisan atau kelambatan dalam perkembangan mentalnya.
C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Perkembangan dipengaruhi oleh beberapa factor yang kesemuanya harus diperhatikan oleh orang tua sebagai keluarga dan oleh perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan bagi anak yang sakit. Sehingga, diharapkan orang tua akan mewaspadai factor tersebut, dan sang perawat akan dapat member asuhan keperawatan yang baik bagi si anak.
D.    KEBUTUHAN DASAR UNTUK TUMBUH KEMBANG
Kebutuhan dasar untuk tumbuh dan berkembang seharusnya diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan yang akan menghadapi pasienanak nantinya. Seuma itu di lakukan agar kebutuhan dasar tumbuh kembang tetap terpenuhi walaupun anak berada dalam kondisi yang sakit/tidak berdaya.
E.     BERMAIN
Perawat di rumah sakit masih banyak yang belum menanggapi konsep bermain di rumah sakit, sehingga anak-anak yang di rawat akan semakin stress dan takut untuk tinggal. Hal ini akan mempengaruhi hasil akhir dari asuhan keperawatanyang diberikan.
F.     HOSPITALISASI
Dalam kenyataan yang ada di rumah sakit di negra kita, masih banyak rumah sakit yang belum mennyediakan ruang bermain untuk anak, sehingga anak yang dirawat di rumah sakit akan merasa tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya. Mereka menjadi semakin tertekan saat berada di rumah sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar