A.
Pengertian Masalah Gizi
Masalah gizi pada hakikatnya adalah
masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan
dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya
masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya
harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Masalah gizi, meskipun sering berkaitan
dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan
produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan
krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah
gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal
itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin
setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan
mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah
kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan
kerja.
B. Penyebab
timbulnya masalah gizi
Secara umum
masalah kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor. Pada tahun 1988 UNICEF telah
mengembangkan kerangka konsep makro, sebagai salah satu strategi untuk
menanggulangi masalah kurang gizi.
Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan
gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang
kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering
menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada
anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah
dan akan mudah terserang penyakit.
Penyebab tidak langsung
- Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
- Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
- Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Ketiga
faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung
maupun tidak langsung diprediksi sebagai pokok masalah di masyarakat. Sedangkan
akar masalahnya berupa kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta
kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya
pengangguran, inflasi dan kemiskinan. Keadaan tersebut telah memicu munculnya
kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang
tidak memadai.
C.
Masalah gizi
Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan
mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan
atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari
masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah
(BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor
atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan
pada anak usia sekolah.
Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana
dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat
badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik.
Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan
jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk
disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka
seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan
bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor.
Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat
sebagai “busung lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia
Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).
Macam-macam gizi buruk dan tanda-tandanya
Gizi buruk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu marasmus,
kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor. Marasmus terjadi bila gizi utama yang
kurang adalah kalori atau karbohidrat, sedangkan kwashiorkor terjadi bila gizi
utama yang kurang adalah protein. Sementara itu, marasmic-kwashiorkor merupakan
kombinasi keduanya, yaitu kekurangan kalori dan protein.
Marasmus atau kekurangan konsumsi karbohidrat.
Marasmus merupakan adaptasi fisiologis terhadap
keterbatasan energy dari makanan. Pada keadaan ini terjadi pengurangan secara
nyata jumlah jaringan lemak dan subkutan disamping terdapat pula atrovi
jaringan visceral. (gizi kesehatan masyarakat,hal :218)
- Biasanya diderita bayi berumur kurang dari 1 tahun, bila ditimbang
berat badannya kurang dari 60% dari berat badan standar usia tersebut.
- Kulit keriput dan lapisan lemak dibawah kulit sangat tipis sehingga
kulit mudah diangkat
- Wajah seperti orang tua
- Otot daging sangat menyusut dan lembek yang dapat diliat dipaha dan
lengan atas yang seharusnya tebal dan kencang
- Perut cekung
- Iga gambang (terlihat jelas seperti alat musik gambang)
- Sering disertai dengan penyakit kronisberulang seperti diare kronis
atau sembelit
Kwashiorkor atau kekurangan protein
Kwashiorkor merupakan
kumpulan klinis gejala edema dan gizi kurang.(gizi kesehatan masayarakat, hal :
218)
- Biasanya diderita anak umur 1-3 tahun
- Otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih ada lapisan lemak
dibawah kulit
- Terjadi pembengkakan (Oedem) terutama dikaki bagian bawah
- Bentuk muka seperti bulan (moon face) dan pandangan mata sayu.
- Wajah tampak murung, rewel dan apatis
- Warna kulit pucat karena menderita anemia. Selain itu, bisa terjadi
kelainan kulit, yaitu bercak-bercak merah muda yang terus meluasdan
berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan mudah mengelupas
- Rambut berubah. Jika normalnya berwarna hitam bisa berubah menjadi
cokelat, coklat kemerahan (pirang) seperti rambut jagung, atau abu-abu dan
sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit. Selain itu, rambut yang keriting
bisa menjadi lurus.
- Terjadi pembesaran hati
- Tidak mempunyai nafsu makan sehingga sulit diberi makan
- Sering disertai penyakit infeksi, anemia, diare
Marasmic-kwashiorkor
- Biasanya dijumpai tanda-tanda gabungan kedua keadaan tersebut
diatas
Kelebihan Gizi (Obesitas)
Lagi-lagi
bukan barang baru namun tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama
sebagai dampak gaya hidup modern. Obesitas sering dikacaukan dengan kelebihan
berat badan (overweight) padahal keduanya tidak sama. Kelebihan bisa saja
disebabkan oleh massa otot atau air sehingga belum tentu ia obesitas. Obesitas
adalah suatu keadaan patologis (tidak seharusnya) yang ditandai dengan
penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh. Obesitas juga jangan dikacaukan
dengan dislipidemia, yaitu keadaan abnormal lemak dalam darah seperti
hiperkolesterolemia, yang akan dibahas di kesempatan lain.
Jumlah
Lemak
Umumnya
jumlah lemak tubuh pada wanita lebih besar dari pada pria. Sejak bayi hal ini
sudah nampak. Penambahan lemak tubuh pada pria dan wanita sampai usia 8 tahun kurang
lebih sama. Kemudian sejak akhil balik (13 tahun), pertumbuhan lemak pria akan
melambat dibanding wanita. Pertumbuhan lemak tubuh pada wanita terutama tampak
pada bagian dada, pinggul, bokong dan anggota gerak bagian atas.
Umur
(tahun) Pria Wanita
20————-12%——27%
30————-18%——29%
40————-22%——32%
50————-24%——34%
30————-18%——29%
40————-22%——32%
50————-24%——34%
Pertumbuhan
lemak terjadi melalui 2 macam proses: hiperplasi (bertambah jumlah) dan
hipertropi (bertambah ukuran). Pada orang dewasa, pertumbuhan jariangan lemak
terjadi secara hipertropi. Pada anak-anak terjadi secara hipertropi 50% dan
hiperplasi yang dapat sampai menjadi 3 kali lebih banyak pada orang normal.
Karena hal inilah menurunkan berat badan pada orang dewasa yang telah menderita
obesitas sejak anak-anak menjadi sangat sulit.
Pengukuran
Lemak
Secara sederhana, orang biasanya
mengukur berat badan sebagai patokan, yaitu melalui 2 cara:
1.Body
Mass Index (BMI)
Body Mass Index yaitu membandingkan
berat badan (dalam kilogram) dengan kuardrat dari tinggi badan (dalam meter).
Hasilnya adalah:
Under
weight : <17,5
Normal : 17,5-25
Overweight : 25-30
Obesity : >30
2.Indeks
BROCA
Di Indonesia untuk menentukan
berat badan ideal dapat dipakai cara ini, yaitu:
- jika tinggi badan <160 cm untuk pria dan <150 cm untuk wanita, maka:
- jika tinggi badan <160 cm untuk pria dan <150 cm untuk wanita, maka:
Berat badan ideal (Kg) = tinggi badan
(cm) – 100
- jika tinggi badan >160 cm untuk
pria dan >150 cm bagi wanita, maka:
Berat badan ideal (Kg) = {tinggi badan
(cm) – 100} – 10%
Seseorang
dikatakan obesitas apabila berat badannya melebihi 20% dari berat badan ideal.
Namun
pada prakteknya, beberapa ahli kurang sependapat dengan cara pengukuran
antropometrik ini. Misalnya saja seorang atlet terlatih, maka ia bisa-bisa
terhitung obesitas, padahal bukan lemaknya yang menyebabkan berat badannya yang
tinggi, tapi massa ototnya. Oleh karena itu, beberapa ahli menganjurkan cara
pengukuran lain, yaitu:
3.Tebal
lemak subkutan lipatan kulit dengan menggunakan “Skin Fold Caliper” pada
beberapa tempat, antara lain:
-
triceps: dik=ukur lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku.
Dinyatakan obesitas bila tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30
mm pada wanita.
-
biceps, skapula, supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi
setelah dibandingkan dengan standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas.
Pengukuran
dikeempat bagian tubuh ini lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak
dipengaruhi tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan
jenis kelamin.
Bedasarkan
distribusi lemak tubuh, obesitas dibagi menjadi 2 kelompok:
1.Tipe
Android
Lemak tertimbun terutama pada bagian
atas pusar: perut, dada, punggung muka.Disebut juga bentuk apel. Rasio lingkar
perut/linggkar panggul >0,9. Biasanya lebih banyak pada pria dan lebih berhubungan
dengan berbagai macam komplikasi penyakit seperti diabetes, jantung koroner,
darah tinggi dan lain-lain.
2.Tipe
Genoid
Timbunan
lemak terutama pada bawah pusar: pinggul, paha, bokong. Disebut juga bentuk
pear. Rasio lingkar perut/lingkar panggul <0,8 dan lebih banyak pada wanita
serta lebih jarang berhubungan dengan berbagai penyakit komplikasi.
Penyebab
Sudah pasti karena kebanyakan makan dibanding aktivitasnya. Tetapi kadang-kadang ada orang yang makannya sudah sedikit, tetapi tetap obesitas. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan gizi sehingga mempermudah timbuann lemak.
Sudah pasti karena kebanyakan makan dibanding aktivitasnya. Tetapi kadang-kadang ada orang yang makannya sudah sedikit, tetapi tetap obesitas. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan gizi sehingga mempermudah timbuann lemak.
1.Faktor eksogen:
- makan-minum berlebihan
- aktivitas fisik yang kurang
2.Faktor endogen:
- genetik/herediter (keturunan)
- metabolic
- endokrin (hormonal)
- kejiwaan
Makan berlebihan. Trend yang ada
sekarang adalah banyak makanan tinggi lemak dan gula. Banyak orang yang
makannya 2 kali sehari lebih gemuk dianding yang makan 3 kali sehari. Hal ini
menunjukan bahwa sering makan dalam jumlah sedikit lebih baik daripada jarang
makan tapi dalam porsi besar. Pada anak penyebab yang paling sering adalah:
- makanan tambahan diberikan
terlalu dini
- pemberian pengganti ASI terlalu
berlebihan
- makanan tinggi lemak tinggi
gula yang berlebihan.
Suka
ngemil merupakan biang kerok obesitas yang terutama baik pada dewasa maupun
pada anak-anak.Frekuensi ngemil paling tinggi adalah pada sore-malam hari,
yaitu saat santai menonton TV. Pasalnya ngemil tidak menimbulkan rasa kenyang.
Tahu-tahu jumlah kalori yang masuk sudah terlampau banyak sebelum akhirnya kita
memutuskan untuk berhenti atau cemilan sudah terlanjur habis.
Aktivitas
fisik yang kurang. Di zaman serba praktis dan mudah ini, orang cenderung lebih
malas bergerak. Apalagi dengan hadirnya remote TV, supir pribadi, lift, eskalator
dan kemudahan-kemudahan lainnya menyebabkan pengeluaran energi berkurang
sedangkan pemasukannya tetap atau malah berlebih.
Faktor-faktor
lainnya antara lain keturunan, kejiwaan. Pada remaja, gangguan emosi merupakan
salah satu penyebab terpenting obesitas. Selain itu kondsi hormonal seperti
pada penyakit Cushing dimana hormon adrenalin terlampau tinggi, maka akan
terjadi obeitas. Juga demikian dengan hipofungsi kelenjar gondok serta diabetes
melitus. Dari faktor sosioekonomi, ternyata dari suatu survei di Amerika, pria
golongan ekeonomi rendah jarang gemuk, sebaliknya wanita dari golongan ekonomi
rendah banak yang gemuk (34%) sedangkan wanita dari golongan ekonomi tinggi
jarang yang gemuk (4%).
Kelainan
yang Ditimbulkan Obesitas
1. Diabetes Melitus
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab
ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas
penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol”
sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat
biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan
penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.
1.
Hipertensi
Framingham bedasarkan penelitiannya
mengatakan bahwa pada orang-orang dengan berat badan >20% berat badan normal
ditemukan 10 kali lebih sering menderita hipertensi. Hipertensi akibat obesitas
lebih nyata pada tekanan sistolik dibanding diastolik dan lebih nyata terlihat
pada wanita. Bedasarkan penelitian, penurunan 1 Kg berat badan akan menurunkan
2,5 mmHg tekanan sistolik dan 1,5 mmHg tekanan diastolik
2.
Batu
empedu, Penjyakit jantung koroner, dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol,
trigliserid), gangguan haid, kemandulan gangguan sosial dan kejiwaan dan bahkan
angka kematian pada orang yang obesitas lebih besar dari pada orang dengan
berat badan normal.
Pengobatan
Prinsipnya energi yang masuk harus
lebih kecil dibanding yang keluar. Untuk itu dilakukan beberapa strategi:
1. Reedukasi dan pengobatan gizi
2. Psikoterapi (terapi kejiwaan), modifikasi
prilaku, terapi kelompok
3. Terapi obat-obatan
4. Lain-lain: akupunktur, operasi,
sedoot lemak (liposuction)
Reedukasi
gizi. Pasien diberi pengetahuan dan bimbingan mengenai gizi dan perilaku makan
yang sehat. Antara lain misalnya dengan mencatat makanan apa saja yang dimakan
serta jumlahnya setiap hari serta perasaan-perasaan yang timbul sebelum dan
sesudah makan. Kemudian aktivitas makan jangan dibarengi dengan
aktivitas-aktivitas lain seperti mengobrol, menonton TV, karena hal ini sangat
bahaya lantaran akan membuat kita lupa sudah berapa suapan yang masuk ke dalam
mulut kita. Lalu juga dibiasakan mengunyah dengan lambat dan sampai lumat baru
ditelan, jadi makan jangan cepat-cepat.
Terapi
Gizi. Diet yang dijalankan akan memakan waktu lama sehingga membutuhkan
komitmen dan displin pasien. Srlain itu, diet sehari-hari harius tetap bernilai
gizi cukup kecuali dalam hal kalori. Macam-macam diet antara lain: diet tanpa
kalori, diet setengah puasa, diet rendah kalori tinggi protein dan diet rendah
kalori ketogenik. Selanjutnya hanya akan dibicarakan dua jenis terakhir saja.
Diet
Rendah kalori Tinggi Protein. Dikenal juga dengan sebutan “Tiger Diet” atau
“Airforce Diet”. Protein tinggi dimaksudkan untuk mencegah ketidak seimbangan
nitrogen dalam tubuh. Jika jumlah protein rendah dalam diet, maka protein dalam
tubuh akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas tubuh, hal ini
menyebabkan ketidak seimbangan nitrogen dan merugikan tubuh. Selain itu untuk
mencerna protein memang dibutuhkan kalori juga yang lebih tinggi dibanding mencerna
karbohidrat ataupun lemak, sehingga dengan demikian kalori yang terbakar juga
akan lebih tinggi tanpa mengganggu protein tubuh.
Diet
rendah kalori ketogenik. Prinsipnya adalah makanan yang masuk harus dapat
membakar lemak dalam tubuh. Sehingga dalam diet ini jumlah lemak tinggi,
karbohidrat rendah dan protein 1 gram/kg berat badan/hari. Idenya adalah dengan
karbohidrat yang rendah maka lemak dalam tubuh akan dimobilisasi dan dipakai
tubuh. Kemudian hasil dari pemecahan lemak menjadia sama lemak bebas juga akan
memacu bertambahnya jumlah keton bodies dalam darah yang akan merangsang pusat
kenyang diotak sehingga menimbulkan rasa kenyang. Namun kejelekan program diet
ini adalah dapat menimbulkan hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan
menaikan kadar asam urat dalam darah.
D.
Masalah Gizi Di Indonesia
Salah satu masalah kesehatan
dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Hal
ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi,
anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A
(Husaini, 2006). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh
terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.
Jenis penyakit gangguan gizi
yang sering menimpa penduduk terutama anak balita di Indonesia adalah:
a. Gangguan gizi akibat kekurangan energi dan protein (KEP)
b. Gangguan gizi akibat
kekurangan vitamin A (KVA)
c. Gangguan gizi akibat
kekurangan besi (Anemia gizi)
d. Gangguan gizi akibat
kekurangan yodium
1. Gangguan
Kesehatan akibat Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
Hasil
penelitian di berbagai tempat dan di banyak negara menunjukkan bahwa penyakit
gangguan gizi yang paling banyak ditemukan adalah gangguan gizi akibat
kekurangan energi dan protein (KEP). Dalam bahasa Inggris penyakit ini disebut
Protein Calorie Malnutrition atau disingkat PCM. Ada juga ahli yang menyebutnya
sebagai Enery Protein Malnutrition atau EPM, namun artinya sama.
Ada
dua bentuk KEP yaitu marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun kwashiorkor
keduanya disebabkan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada marasmus di
samping kekurangan protein terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada
kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup. Marasmus terjadi
pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama setelah lahir,
sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.
Ada
empat ciri yang selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor yaitu sebagai
berikut:
·
Adanya oedema pada kaki,
tumit dan bagian tubuh lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk.
·
Gangguan pertumbuhan badan.
Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang
semestinya sesuai dengan umurnya.
·
Perubahan aspek kejiwaan,
yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan.
·
Otot tubuh terlihat lemah
dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di
bawah kulit.
Istilah marasmus berasal
dari bahasa yunani yang sejak lama digunakan sebagai istilah dalam ilmu
kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat kurang
dari berat badan seharusnya. Ciri utama penderita marasmus adalah sebagai
berikut :
·
Anak tampak sangat kurus dan
kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas sekali apabila anak dipegang
pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
seharusnya menurut umur.
·
Wajah anak tampak seperti
muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak pada kwashiorkor. Pada
penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya
wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus,
maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.
·
Pada penderita marasmus
biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain seperti
kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga anak menderita
diare.
2.
Gangguan Kesehatan Akibat
Kekurangan Vitamin A
Vitamin A diperlukan untuk
penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian penting dari penerima cahaya
dalam mata. Selain itu vitamin A juga diperlukan untuk mempertahankan jaringan
ari dalam keadaan sehat. Kulit, pinggiran dan penutup berbagai bagian tubuh,
seperti kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-paru dan tempat pencernaan,
kesemuanya dikenal sebagai jaringan ari.
Vitamin A juga mempunyai
beberapa fungsi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan
vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan rangka tubuh berhenti tumbuh. Tanda awal dari kekurangan
vitamin A adalah tureunnya kemampuan melihat dalam cahaya samar. Penderita sama
sekali tidak dapat melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara
tiba-tiba. Penyakit ini umumnya diderita oleh anak-anak.
Terjadinya kekurangan
vitamin A adalah sebagai akibat berbagai sebab seperti berikut ini :
·
Tidak adanya cadangan
vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena semasa dalam kandungan, ibunya
kurang sekali mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.
·
Kadar Vitamin A dalam air
susu ibu (ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi vitamin A ibu yang rendah
pada masa menyusui.
·
Anak diberi makanan
pengganti ASI yang kadar vitamin A-nya rendah.
·
Anak tidak menyukai bahan
makanan sumber vitamin A terutama sayursayuran.
·
Gangguan penyerapan vitamin
A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab seperti rendahnya konsumsi lemak
atau minyak.
Kekurangan vitamin A dapat
meyebabkan cacat menetap pada mata (buta) yang tidak dapat disembuhkan.
Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan
tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah penderitanya justru anak-anak usia
balita yang merupakan tunas bangsa.
Penanggulangan kekurangan
vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan guna memperbaiki makanan
keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin seperti
sayuran hijau dan buah-buahan berwarna, dilakukan juga pemberian vitamin dosis
tinggi yaitu 200.000 – 300.000 SI kepada anak balita.
1. Gangguan
Kesehatan Akibat Kekurangan Zat Besi (Anemia Gizi)
Besi
adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan
tubuh. Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh. Zat besi
dalam darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah.
mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.
Jika
tidak terdapat cukup besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah
hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang
dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat
apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat. Kadar baku
hemoglobin dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang
menderita anemia gizi adalah seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel
1. Kadar Baku Hb dalam Darah
Umur (thn)
|
Jenis Kelamin
|
Kadar Hb (g/100ml)
|
0,5 - 4
5 - 9
10 - 14
|
Pria / wanita
Pria / wanita
Pria / wanita
Dewasa pria
Dewasa wanita
Wanita hamil
|
10,8
11,5
12,5
14,0
12,0
10,0
|
Sumber : Jellife (1996) dalam Sjahmien Moehji
(1986)
|
Zat besi terutama banyak
sekali hanya terdapat dalam sayur-sayuran. Demikian juga asam folat, sedang
bitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan.
Pencegahan anemia gizi selain dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi
juga dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk tablet
kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir menjelang anak
lahir.
2. Gangguan
Kesehatan Akibat Kekurangan Iodium
Kekurangan
iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu, penyakit
yang timbul akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit
pembesaran kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka
waktu yang lama, maka disebut penyakit gondok endemik. Di daerah penyakit gondok
endemik, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur, bahkan
seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga
menderita kekurangan iodium dan jika tidak diobati maka pada usia satu tahun
sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.
Kejadian
pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia antara 9 sampai 13
tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak
perempuan. Pada usia dewasa jarang sekali terjadi pembesaran kelenjar gondok
kecuali pada wanita yang sering ditemukan pembesaran kelenjar gondoknya baru
timbul setelah usia 19 atau 20 tahun. Setelah mencapai usia puber, kelenjar
gondok yang timbul pada usia kanak-kanak itu cepat sekali membesar dan dapat
berubah menjadi bentuk nodula. Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah
kemungkinan terjadinya manusia kerdil atau kretinisme di samping gangguan
perkembangan otak yang membawa akibat gangguan mental.
Terjadinya
kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga
air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu juga rendah kadar iodiumnya.
Di samping itu beberapa jenis makanan mengandung zat yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran kelenjar gondok dan disebut zat goiterogen. Zat tersebut
ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, kol kembang.
Juga zat tersebut ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah dan obat-obatan
tertentu. Zat goiterogen tersebut dapat menghalangi pengambilan iodium oleh
kelenjar gondok sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar gondok sangat
rendah. Selain itu zat tersebut juga dapat menghambat perubahan iodium dari
bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat pembentukan hormon
tiroksin.
Masih ada beberapa faktor lain yang diduga dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, seperti air minum yang tercemar, kadar zat kapur dalam air yang terlalu tinggi dan sebagainya.
Masih ada beberapa faktor lain yang diduga dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, seperti air minum yang tercemar, kadar zat kapur dalam air yang terlalu tinggi dan sebagainya.
Dengan
diketahuinya penyebab terpenting dari penyakit gondok itu maka usaha-usaha
pencegahan telah dapat dilakukan dengan mudah. Pada tahun 1833 dilakukan
percobaan dengan mencampurkan iodium ke dalam garam kapur dan baru dalam tahun
1924 usaha pencegahan penyakit gondok ini dengan menggunakan garam beriodium
(iodized salt) secara besar-besaran dilakukan di Amerika Serikat. Jenis iodium
yang digunakan dalam pembuatan garam beriodium adalah persenyawaan iodat kalium
(KIO3) dengan kadar satu bagian iodium dicampur dengan 10.000 – 200.000 bagian
garam. Di Indonesia pembuatan garam beriodium ini dilakukan dengan jalan
memasukkan 3,3 mg larutan KI ke dalam tiap bata garam (brickets) dan dengan
cara ini diperoleh garam beriodium dengan kadar 20 ppm.
3. Gangguan
Kesehatan Akibat Kelebihan Zat Energi
Perkembangan
ekonomi yang pesat, menyebabkan peningkatan pendapatan penduduk. Hal ini
ditandai dengan terjadinya pergeseran pola konsumsi kearah yang lebih beraneka
ragam. Proporsi sumber kalori dari karbohidrat khususnya beras, berkurang dan
diikuti dengan meningkatnya lemak dan protein terutama dari sumber hewani. Dengan meningkatnya
pendapatan ini, mereka yang hidup di kota dengan gaya serta pola makan seperti
orang barat, biasanya menjadi menderita karena kelebihan gizi ini. Pola makan
mereka biasanya mengkonsumsi terlalu banyak protein, lemak, makanan tak
berserat.
Kelebihan
zat gizi dalam hal ini zat energi dalam jangka waktu yang berkesinambungan akan
menyebabkan berat badan meningkat, timbunan lemak meningkat dan terjadi
kegemukan (obesitas). Biasanya orang yang gemuk sulit bergerak cepat, gerakan
jadi lamban dan biasanya lebih lanjut mudah terkena gangguan fungsional jantung
dan ginjal. Tambahan
konsumsi energi berikutnya pada penderita kegemukan akan menyebabkan energi
bersifat racun atau mendekatkan diri pada kematian.
Demikian
pula konsumsi protein yang berlebihan menyebabkan beban kerja ginjal semakin
berat, dan bila terus berlebih akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Dampak
lain dari kelebihan konsumsi energi dan protein ini selain penyakit jantung dan
ginjal, juga dapat mengakibatkan penyakit darah tinggi, kencing manis, kanker.
E.
Upaya mengatasi masalah gizi
Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat harus melibatakan
semua pihak yang terkait baik pemerintah, wakil rakyat, swasta, unsur perguruan
tinggi dan lain-lain. Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih
banyak masyarakat yang kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih.
Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya
kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin
agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI (Hadi,
2005).
Sedangkan alternatif solusi lainnya yang dapat
dilakukan antara lain (Azwar, 2004).
- Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari
kebijakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan
penduduk menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan
pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu
memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga
sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada
perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target
yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh
sektor terkait.
- Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju
percepatan peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi
masyarakat diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja
meningkat, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
- Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best
practice’ (efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang
dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target
yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya
pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat
mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang
dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui
pembiayaan publik.
- Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang
akurat dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan
sistem informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan
monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui
kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
- Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam
upaya penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan
manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk pembangunan
sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang saling
mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya
kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok
masyarakat yang paling membutuhkan.
- Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk
melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan
dengan swasta, LSM dan masyarakat.
Penanggulangan penyakit
akibat gizi lebih, harus dimulai dari pengaturan makanan, artinya dengan
mengurangi porsi makanan yang biasa dikonsumsi, mengurangi konsumsi gula,
garam, lemak, dan meningkatkan konsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan
buah-buahan.
gibney, Michael J. dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Almatsier,
S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Irianto,
Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola
Hidup Sehat. Bandung: CV. YRama Widia
Moehji, S. 1982. Ilmu Gizi.
Jilid I. Jakarta: Bhatara Karya Pustaka,
Nicholls,
Lucius. 1976. Ilmu gizi dan ilmu Diit di daerah Tropik. Terj. Sediaoetama, Achmad Djaeni. Jakarta:
Balai Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar