2.1
Pengertian
Hipertiroid
adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari produksi
hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Faktor-faktor
resiko terkena penyakit ini yaitu:
·
Terjadi
lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
·
Pada
usia lebih dari 50 tahun
·
Post
trauma emosional
·
Peningkatan
stress (Long C, Barbara 1996 hal 109)
Terdapat
dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik,
yaitu: (Price A, Sylvia, 1995 hal 1074)
2.1.1 Penyakit
Graves
Penyakit Graves adalah suatu gangguan
autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit Ts dan sel Th
merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland,
2005). Penyakit Graves merupakan penyebab tersering hipertiroidisme. Pada
penyakit ini ditandai oleh adanya proses autoimun disertai hyperplasia
(pembesaran kelenjar akibat peningkatan jumlah sel) kelenjar tiroid secara
difus.
2.1.2 Penyakit
Goiter Nodular Toksik
Peningkatan
ukuran kelenjar tiroid akibat peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid.
Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid terjadi selama periode pertumbuhan
atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas atau kehamilan. ( Elizabeth
J. Corwin, 2009 )
2.2 Etiologi Hipertiroid
Penyebab-penyebabnya
penyakit Hipertiroid antara lain:
·
Herediter
·
Toksik
Adenoma
·
Tumor
kelenjar hipofise
·
Tiroiditis
sub akut
·
Kanker
tiroid
·
Terapi
hormon tiroid berlebihan (Price A, Sylvia, 1995, hal 1074 dan Dongoes E,
Marilynn , 2000 hal 708)
Lebih
dari 95% kasus hipertiroid disebabkan oleh penyakit graves,suatu penyakit
tiroid autoimun yang antibodinya merangsang sel-sel untuk menghasilkan hormone
yang berlebihan.
2.3 Manifestasi klinis
Pada stadium yang ringan sering tanpa keluhan. Demikian
pula pada orang usia lanjut, lebih dari 70 tahun, gejala yang khas juga sering
tidak tampak. Tergantung pada beratnya hipertiroid, maka keluhan bisa ringan
sampai berat. Keluhan yang sering timbul antara lain adalah :
·
Kecemasan,ansietas,insomnia,dan tremor halus
·
Penurunan
berat badan walaupun nafsu makan baik
·
Intoleransi
panas dan banyak keringat
·
Papitasi,takikardi,aritmia
jantung,dan gagal jantung,yang dapat terjadi akibat efek tiroksin pada sel-sel
miokardium
·
Amenorea
dan infertilitas
·
Kelemahan
otot,terutama pada lingkar anggota gerak ( miopati proksimal)
·
Osteoporosis
disertai nyeri tulang
2.4
Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Pemeriksaan Penunjang yang
dilakukan yaitu:
·
Tes
ambilan RAI: meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada
tiriditis
·
T3 dan
T4 serum : meningkat
·
T3 dan
T4 bebas serum : meningkat
·
TSH:
tertekan dan tidak berespon pada TRH ( tiroid releasing hormon)
·
Tiroglobulin
: meningkat
·
Stimulasi
tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH daritidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
·
Ambilan
tiroid 131 : meningkat Ikatan protein sodium : meningkat
·
Gula
darah : meningkat ( kerusakan adrenal)
·
Kortisol
plasma : turun ( menurunnya pengeluaran oleh adrenal)
·
Pemerksaan
fungsi hepar : abnormal
·
Elektrolit
: hponatremi akibat respon adrenal atau efe delusi terapi cairan, hipokalemia
akibat dari deuresis dan kehilangan dari GI
·
Kateklamin
serum : menurun
·
kreatinin
urin : meningkat
·
EKG :
fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek kardiomegali
(DoengesE, Marilynn,2000 hal 711)
2.5 Komplikasi
Komplikasi
hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkembang secara spontan pada pasien
hipertiroid yang menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau
terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah
pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang menyebabkan takikardia,
agitasi, tremor, hipertermia (sampai 1060F), dan apabila tidak
diobati dapat menyebabkan kematian.
Komplikasi
lainnya adalah penyakit jantung hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.
Hipertiroid
yang terjadi pada anak-anak juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan.
Komplikasi lainnya pada penderita hipertiroid yaitu::
·
Gagal
ginjal kronis
·
Fraktur
·
Krisis
tiroid
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 1319)
2.6
Patofisiologi
Penyebab
hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga,
setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada
hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin
yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang mengikat
TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil
akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12
jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi
hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada
hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar
tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa
dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat
peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses
metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme mengalami
kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga
merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler.
Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai
daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola
mata terdesak keluar.
2.8 Pengkajian Berdasarkan Pola
Gordon
·
Pola
Persepsi-Managemen Kesehatan
Riwayat
pasien: Klien mengatakan bahwa dadanya mengalami nyeri, ia mengeluh pembesaran
di leher. Klien juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit ini.
·
Pola
Nutrisi-Metabolik
Riwayat
pasien: Klien mengatakan nafsu makannya meningkat, apabila ia makan terasa mual
dan terkadang sampai muntah, Klien juga mengatakan ia mengalami penurunan berat
badan lebih dari periode beberapa hari/minggu, klien sering mengalami haus.
·
Pola
Eliminasi
Riwayat
pasien: Klien mengatakan ia sering berkeringat, urinenya terlalu banyak, mengalami
diare dan klien mengalami muntah.
·
Pola
Latihan-Aktivitas
Riwayat
pasien: Klien mengatakan bahwa ia mengalami sensitivitas yang tinggi, ototnya
melemah, mengalami gangguan kordinasi dan kelemahan berat.
·
Pola
Kognitif Perseptual
Riwayat
pasien: Klien bicara cepat dan parau, gangguan penglihatan, pusing, pening,
kesemutan, kebas, terjadi gangguan status mental, perilaku (bingung,
disorientasi, gelisah, peka rangsang), tremor halus pada tangan, dan terjadi
reflex tendon dalam (RTP).
·
Pola
Istirahat-Tidur
Riwayat
pasien: Klien mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan tidur, apalagi saat nyeri
pada lehernya.
·
Pola Konsep
Diri-Persepsi Diri
Riwayat
pasien: Klien merasa tidak enak dengan keadaannya Karen terjadinya pembesaran
pada lehernya, Klien mengalami penurunan harga
diri
karena klien malu pada keadaannya. Klien berharap tidak terjadi kelainan lain
pada dirinya.
·
Pola Peran
Hubungan
Riwayat pasien: Klien cenderung bergantung pada orang
lain terhadap masalah finansial yang berhubungan dengan kondisinya.
·
Pola
Reproduksi/Seksualitas
Riwayat pasien: Pada laki-laki terjadi penurunan libido,
impoten. Sedangkan pada wanita terjadi rabas wanita (cenderung infeksi). Dan
kesulitan orgasme.
·
Pola
Keyakinan dan nilai
Riwayat pasien: Klien tidak mengalami gangguan pada nilai
dan kepercayaan. Dan klien percaya bahwa penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan
Yang Maha Esa.
2.9 Perumusan Diagnosa
Keperawatan (NANDA) Berdasarkan Pengkajian
2.9.1 Diagnosa 1:
Penurunan Curah Jantung (Decreased Cardiac Output p.139)
Domain
4 : Aktivitas/Istirahat
Kelas
4 : Kardiovaskuler/Respon
Jantung
Definisi : Dipompa oleh jantung yang tidak memadai
untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh.
Batasan Karakteristik :
ü
Perubahan Detak
Jantung/Irama : Aritmia, Bradikardi, Perubahan EKG, Berdebar-debar, Takikardi.
ü
Perubahan Preload : Edema,
Penurunan tekanan vena sentral (CVP), Penurunan tekanan arteri pulmonal (PAWP),
Kelelahan, Peningkatan CVP, Peningkatan PAWP, Distensi vena jugularis, Murmurs,
Berat badan.
ü
Perubahan Afterload : Kulit
Lembab,Nafas yang sulit, Penurunan perifer pulsa, Penurunan resistensi vascular
paru (PVR), Penurunan Resistensi Pembuluh Darah Sistemik (SVR), Peningkatan
PVR, Peningkatan SVR, Oliguria, Pengisian Kapiler Berkepanjangan, Perubahan
warna kulit, Variasi Pembacaan Tekanan Darah.
ü
Perubahan Kontraktilitas : Batuk,
Penurunan Fraksi Injeksi, Penurunan Indeks kerja ventrikel kiri stroke (LVSWI),
Penurunan volume Indeks Stroke (SVI), Penurunan Indeks Jantung, Orthopnea,
Paroksimal Nocturnal Dyspnea, Suara S3, Suara S4.
ü
Perilaku/Emosional :
Kegelisahan
Faktor yang Terkait
: Perubahan Denyut Jantung, Perubahan Kontraktilitas, Perubahan Irama.
2.9.2
Diagnosa 2: Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh (Imbalance Nutrion:
Less Than Body Requirments p.74)
Domain
2 : Nutrisi
Kelas
1 : Proses Menelan
Defenisi :
Keadaan dimana individu mengalami intake nutrisi yang kurang dari kebutuhan
tubuh untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
Batasan
karakteristik : Berat badan badan turun 20 % atau dibawah normal, kurang
informasi, berat badan turun karena intake makanan tidak adekuat, Diare,
Pecahnya Kapiler, Kesalahpahaman Informasi, Kurangnya Informasi.
Faktor yang
Terkait : Faktor Biologi, Ketidakmampuan penyerapan Nutrisi, Ketidakmampuan
pencernaan makanan, Faktor Psikologi
2.9.3 Diagnosa 3: Kelelahan (Fatigue p.133)
Domain 4 :
Aktivitas/Istirahat
Kelas
3 : Keseimbangan Energi
Defenisi : Rasa
kelelahan yang sangat besar dan berkelanjutan dan penurunan kapasitas kerja
fisik dan mental pada tingkat biasa.
Batasan Karakteristik : Penurunan Kinerja,
Ketidakmampuan untuk mempertahankan tingkat aktivitas fisik yang biasa,
Ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas biasa, Ketidakmampuan untuk
mengembalikan energy bahkan setelah tidur, Kenaikan keluhan fisik, Kenaikan
Persyaratan Lain, Intropeksi, Kurangnya energy, lesu, lelah.
Faktor yang Terkait :
ü
Psikologi : Kecemasan,
Kebosanan Gaya hidup, Depresi, Stres.
ü
Fisiologis : Anemia,
Malnutrisi, Miskin kondisi fisik, Kurang tidur.
ü
Lingkungan : Kelembaban,
Lampu, Kebisingan, suhu.
ü
Situasi : Peristiwa
Kehidupan yang negative.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges. E. Marylin.
1992.Nursing Care Plan. EGC: Jakarta
Herdman,T.Heather.2009.Nursing Diagnoses Defentions and Classification.Willey Blackwell
Mccloskey,Joanne C and Gloria M.B. 2009.Nursing interventions classification (NIC).New
York:Mosby
Marion J,dkk. 2009. Nursing Outcomes Classification (NOC).New York:Mosby
Price,SA and wilson,LM.2005.Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit,vol 2.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar