Asuhan Keperawatan pada Pasien Post
Mastektomi
A. Konsep
Dasar Carsinoma Mamae
·
Pengertian
Carsinoma Mammae
adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel pada jaringan mammae yang
tidak normal/abnormal yang tumbuh perlahan karena suplai limpatik yang jarang
ketempat sekitar jaringan mamae yang mengandung banyak pembuluh limfe dan
meluas dengan cepat dan segera bermetastase.
Penyakit kanker
payudara/mammae adalah penyakit keganasan yang berasal dari struktur parenchim
payudara. Paling banyak berasal dari epitel duktus laktiferus (70 %), epitel
lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit payudara,
kanker payudara/mammae tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa waktu
menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) keorgan vital lain
seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit. Tumor pada payudara dibagi atas
a.
Tumor jinak: fibroadenoma,
kista,
b.
Tumor ganas: invasif
duktal, invasif lobular dan varian lainnya (mukoid, papiler , meduler,
kribriform dll)
c.
Keganasan
insitu: insitu lobular, insitu duktal dan mikroinvasif
·
Etiologi
Karsinoma mammae
secara pasti tidak diketahui penyebabnya tapi pencetus yang sering disebabkan
olah estrogen yang lebih dikenal sebagai estrogen dependent mengandung reseptor
yang mengikat estradiol, suatu tipe esterogen yang pertumbuhnya dirangsang oleh
estrogen, karena reseptor ini tidak muncul pada jaringan payudara yang normal.
Faktor resiko kanker payudara:
·
Usia > 35 tahun
·
Menarche < 12 tahun
·
Menopause > 55 tahun
·
Nullipara
·
Riwayat keluarga (orang tua, saudara
kandung ) dengan kanker payudara
·
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
paling dini adalah berupa tumbuhnya benjolan pada daerah mamae,
Tahapan ukuran
tumor:
·
I
kurang dari 2 cm Tidak aa NO Tidak ada (MO)
·
II
Kurang dari 5 cm (T1 dan T2) Axillary nodes dapat berpindah (N1) Tidak ada (MO)
·
III
lebih dari 5 cm dengan invai kulit atau melebar pada dinding dada Axillary
nodes tetap atu dpat berpindah (N dan N2) Tidak ada (MO)
·
IV
setiap ukuran Setiap nodes Ya (M1)
·
Prognosa
Prognosa kanker
payudara dalam hal pencapaian survival yang tinggi dan perbaikan kualitas hidup
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor prognostik primer antara lain:
1. Status kelenjar getah bening (lympa node
status): jumlah kelenjar getah bening invasi kapsul
2. Diameter tumor (tumor size): diametr
tumor mempunyai korelasi dengan penyebarannya kelenjar getah bening
3. Hormon reseptor (HR) status: esterogen
reseptor (ER), progesteron reseptor (PR)
4. Histopathology status: nuclear rade,
histologic grade
5. S-phase: indeks profilasi sell, DNA
ploidy : ondeks diploid dan undiploid cell
6. HER-2 /new reseptor(C-er B-2 reseptor
7. Epidermal growth faktor reseptor (EGFR)
8. Cathepsin D
9. Angiognesis
10. Umur
11. Stadium panyakit
·
Diagnosa kanker payudara ditegakkan
dengan :
1. Diagnosa
konfirmasi keganasan : pemeriksaan klinis, FNA & pencitraan ( mamografi
dan/atau USG payudara. (tripple diagnostic)
2. Diagnosa
stadium kanker payudara : pemeriksaan klinis- laboratorium dan pencitraan (
foto toraks/paru- USG liver/abdomen- k/p bone scanning ).
Pada keadaan dimana salah satu komponen dari triple
diagnosticmengalami ketidak sesuaian interpretasi maka dikerjakan biopsi
dengan pemeriksaan potong beku (bila ada fasilitas) atau biopsi saja dulu untuk
mengetahui jenis histopatologinya. Terapi berikutnya tergantung dari hasil
histopatologinya
·
Penatalaksanaan Ca Mammae/kanker
payudara
1. Pembedahan
Terapi bedah
bertujuan kuratif dan paliatif.
Pengangkatan sel kanker
secara kuratif dapat dilakukan dengan cara:
·
Modified
radikal mastektomi
·
Breast
conversing treatment (BCT) ± rekontruksi payudara
·
Tumorrektomi
/lumpektomi /kuadran tektomi /parsial mastektomi ± diseksi axsila
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus.
Pengobatan bedah kuratif dilakukan pada kanker payudara dini (stadium 0, I, dan II), dan pegobatan paliatif bedah adalah dengan mengangkat kanker payudara secara makroskopis dan masih meninggalkan sel kanker secara mikroskopis dan biasanya dilakukan pada stadium II dan IV dan juga untk mengurangi keluhan-keluhan penderita baik perdarahan, patah tulang dan pengobatan ulkus.
·
Lympectomi
:Pembuangan sederhana benjolan tumor
·
Mastektomi
parsial : pembuangan
tumor dan 2,5 – 7,5 cm (1 sampai3 inci) jaringan sekitar subcutaneous
·
Mastektomy:
pembuangan seluruh jaringan yang mendasari tumor payudara, meninggalkan/ membiarkan
kulit, areola dan memasukkan putting intact)
·
mastectomy
sederhana: menghilangkan
seluruh payudara tapi tidak dengan nodus axillary
·
modifikasi
mastektomy radikal: menghilangkan
seluruh payudara (dengan atau tanpa pectoralis minor) menghilangkan beberapa
axilla lympa nodes
·
mastectoy
radikal :menghilangkan seluruh payudara, acillary lympa nodes, pectolaris
muscle (besar atau kecil, dan lemak dan fasia yang berdekatan dengan pembedahan)
2. Radioterapi
Pegobatan
radioterapi adalah untu pengobatan lokal /lokoregional yang sifatnya bisa
kuratif atau paliatif. Radioterapi dapat merupakan terapi utama, misalnya pada
operasi BCT dan kanker payudara stadium lanjut III. Sebagai terapi
tambahan/adjuvan biasanya diberikan bersama dengan terapi bedah dan kemoterapi
pada kanker stadium I, II dan IIIA .
Pengobatan kemoterapi umumnya diberikan
dalam regimen poliferasi lebih baik dibanding pemberian pengobatan monofaramasi
/ monoterapi
3. Hormon terapi
Pengobatan hormon terapi untuk
pengobatan sistemik untuk meningkatkan survival, yaitu dengan pemberian anti
esterogen, pemberian hormon aromatase inhibitor, antiGn RH, ovorektomi.
Pemberian hormon ini sebagai adjuvan stadium I, II, III, IV terutama pada
pasiien yang receptor hormon positif, hormon terapi dapat juga digunakan
sebagai terapi pravelensi kanker payudara.
4.
Terapi
Paliatif dan pain
Terapi paliatif untuk dapat dikerjakan
sesuai dengan keluhan pasien, untuk tujuan perbaikan kualitas hidup. Dapat
bersifat medikamentosa, paliatif (pemberian obat-obat paliatif) dan non
medicamentosa (radiasi paliatif dan pembedahan paliatif)
5.
Immunoterapi
dan ioterapi
Sampai saat ini penggunaan immunoterapi
seperti pemberian interferon, modified molekuler, biologi agent, masih bersifat
terbatas sebagai terapi adjuvan untuk mendukung keberhasilan
pengobatan-pengobatan lainnya. Pengobatan bioterapi dengan rekayasa genetika untuk
mengoreksi mutasi genetik masih dalam penelitian.
6. Rehabilitasi fisik dan psikis
Penderita kanker payudara sebaiknya
setelah mendapat pengobatan konvensiobnal seperti pembedahan, penyinaran,
kemoterapi sebaiknya dilakukan rehabolitasi fisik untuk mencegah timbulnya
komplikasi akiabt treatment tersebut. Rehabilitasi psikis juga diperlukan untuk
mendorong semangat hidup yang lebh baik.
7.
Kemoterapi
Pengobatan kemoterapi adalah pengobatan
sisitemik yang mengguanakan obat-obat sitostatika melalui aliran sisitemik,
sebagai terapi utama pada kanker stadium lanjut (stadium IIIB dan IV) dan
sebagai terapi tambahan. Pada
kasus karsinoma mammae dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan
mammae (Mastektomi). Pengangatan tergantung sejauh mana pertumbuhan dan
penyebaranya dipilih berdasar stadiumnya dan kemoterapi
·
Literatur
review tentang operasi MRM
a.
Definisi
Modified Radical Mastectomy adalah suatu tindakan
pembedahan onkologis pada keganasan payudara yaitu dengan mengangkat
seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh stroma dan parenkhim
payudara, areola dan puting susu serta kulit diatas tumornya
disertai diseksi kelenjar getah bening aksila ipsilateral level I,
II/III secara en bloc TANPA mengangkat m.pektoralis major dan minor.
b.
Ruang lingkup
Payudara adalah masa stroma dan parenkhim payudara yang
terletak di dinding torak anterior antara ICS II dan VI dan parasternal sampai
dengan garis axilaris medius. Payudara mendapat vaskularisasi utama dari cabang
a. mammaria interna, a. Torakoakromialis dan cabang a. Interkostalis 3,4,5.
KGB regional pada payudara adalah KGB aksila, supra dan
infraklavikula serta mammaria interna. KGB aksila dibagi atas 3 zona yaitu
Level I, II dan III. Level I adalah KGB yang terletak lateral dari muskulus
pektoralis minor, level II adalah KGB yang terletak dibelakang m.pektoralis
minor dan Level III adalah KGB yang terletak medial dari m.pektoralis minor.
Disamping itu juga ada KGB interpektoral atau disebut Rotter.
c.
Indikasi operasi
· Kanker payudara
stadium dini (I,II)
· Kanker payudara
stadium lanjut lokal dengan persyaratan tertentu
· Keganasan jaringan
lunak pada payudara.
d.
Kontra indikasi operasi
· Tumor melekat
dinding dada
· Edema lengan
· Nodul satelit
yang luas
· Mastitis
inflamatoar
e.
Diagnosa banding
· Keganasan
lainnya dari payudara ( sarkoma-limfoma dll ).
· Tumor phylodes
( ganas dan jinak ).
· Mastitis yang
luas ( terutama mastitis tuberkulosa )
f.
Pemeriksaan penunjang
· Mandatory
ü Mamografi
dan/atau USG payudara
ü Foto toraks
ü FNAB tumor
payudara
ü USG
liver/abdomen
ü pemeriksaan
kimia darah lengkap untuk persiapan operasi
· Oprional
ü bone scanning
ü pemeriksaan kimia darah/ tumor
marker : CEA, Ca 15-3, CA 125
g.
Tekhnik operasi
Secara singkat tekhnik operasi dari mastektomi radikal
modifikasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penderita dalam
general anastesia, lengan
ipsilateral dengan yang dioperasi diposisikan abduksi 900, pundak
ipsilateral dengan yang dioperasi diganjal bantal tipis.
2. Desinfeksi
lapangan operasi, bagian atas sampai dengan pertengahan leher, bagian bawah
sampai dengan umbilikus, bagian medial sampai pertengahan mammma kontralateral,
bagian lateral sampai dengan tepi lateral skapula. Lengan atas didesinfeksi
melingkar sampai dengan siku kemudian dibungkus dengan doek steril dilanjutkan
dengan mempersempit lapangan operasi dengan doek steril
3. Bila didapatkan
ulkus pada tumor payudara, maka ulkus harus ditutup dengan kasa steril tebal (
buick gaas) dan dijahit melingkar.
4. Dilakukan
insisi (macam –macam insisi adalah Stewart, Orr, Willy Meyer, Halsted, insisi
S) dimana garis insisi paling tidak berjarak 2 cm dari tepi tumor, kemudian
dibuat flap.
5. Flap atas
sampai dibawah klavikula, flap medial sampai parasternal ipsilateral, flap
bawah sampai inframammary fold, flap lateral sampai tepi anterior
m. Latissimus dorsi dan mengidentifikasi vasa dan. N. Thoracalis dorsalis
6. Mastektomi
dimulai dari bagian medial menuju lateral sambil merawat perdarahan,
terutama cabang pembuluh darah interkostal di daerah parasternal. Pada
saat sampai pada tepi lateral m.pektoralis mayor dengan bantuan haak jaringan
maamma dilepaskan dari m. Pektoralis minor dan serratus anterior (mastektomi
simpel). Pada mastektomi radikal otot pektoralis sudah mulai
7. Diseksi aksila
dimulai dengan mencari adanya pembesaran KGB aksila Level I (lateral m.
pektoralis minor), Level II (di belakang m. Pektoralis minor) dan level III (
medial m. pektoralis minor). Diseksi jangan lebih tinggi pada daerah vasa
aksilaris, karena dapat mengakibatkan edema lengan. Vena-vena yang menuju ke
jaringan mamma diligasi. Selanjutnya mengidentifikasi vasa dan n. Thoracalis
longus, dan thoracalis dorsalis, interkostobrachialis. KGB internerural
selanjutnya didiseksi dan akhirnya jaringan mamma dan KGB aksila terlepas
sebagai satu kesatuan (en bloc)
8. Lapangan
operasi dicuci dengan larutan sublimat dan Nacl 0,9%.
9. Semua alat-alat
yang dipakai saat operasi diganti dengan set baru, begitu juga dengan
handschoen operator, asisten dan instrumen serta doek sterilnya.
10. Evaluasi ulang
sumber perdarahan
11. Dipasang 2 buah
drain, drain yang besar ( redon no. 14) diletakkan dibawah vasa aksilaris,
sedang drain yang lebih kecil ( no.12) diarahkan ke medial.
12. Luka operasi
ditutup lapais demi lapis
h.
Komplikasi operasi
·
dini:
ü pendarahan,lesi
n. Thoracalis longus à wing
scapula
ü Lesi n.
Thoracalis dorsalis.
· Lambat :
ü Infeksi
ü nekrosis flap
ü wound
dehiscence
ü seroma
ü edema lengan
ü kekakuan sendi
bahu
i.
Perawatan pasca bedah
Pasca bedah penderita dirawat di ruangan dengan
mengobservasi produksi drain, memeriksa Hb pasca bedah. Rehabilitasi dilakukan
sesegera mungkin dengan melatih pergerakan sendi bahu. Drain dilepas bila
produksi masing-masing drain < 20 cc/24 jam. Umumnya drain sebelah medial
dilepas lebih awal, karena produksinya lebih sedikit. Jahitan dilepas umumnya
hari ke10 s/d 14.
j.
Follow up
Tahun 1 dan 2: kontrol tiap 2
bulan
Tahun 3 s/d 5: kontrol tiap 3
bulan
Setelah tahun 5: kontrol tiap 6
bulan
Pemeriksaan
fisik: tiap kali kontrol
Thorax foto:
tiap 6 bulan
Lab.
Marker : tiap 2-3 bulan
Mammografi
kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi
USG
abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi
Bone scanning : tiap 2 tahun atau
ada indikasi
·
Asuhan Keperawatan klien pra dan
pasca bedah Payudara
1.
Sebelum
dilakukan pembedahan, penderita disiapkan secara optimal antara lain :
a. Persiapan psikologis,
Persiapan psikologis bertujuan untuk membantu
klien mempersiapkan diri dalam menghadapi operasi, perawat diharapkan
mengetahui informasi dokter kepada pasien maupun keluarga, tentang macam
tindakan yang akan dilakukan manfaat dan akibat yang mungkin muncul dan terjadi
serta memberikan penjelasan tentang prosedur-prosedur yang akan dilakukan sebelum
operasi.
b. psikososial, persiapan psikososial di tujukan
menghindari adanya gangguan hubungan sosisal dan interpersonal dan peran
dimasyarakat, akibat perubahan kondisi kesehatan dimana klien seolah-olah klien
tidak mampu menerima simpati dariorang lain, meraik diri dari pergaulan dan
merasa canggung dan bersoislaisasi dengan masyarakat dalam kehidupan
sehari-hari
c. persiapan fisik yang baik, seperti: perawatan
ulkus pada kanker payudara, adanya bau yang tidak sedap yang dapat menggangu
lingkungan sekitarnya, karena itu perlu adanya perawatan yang intensif sebelum
operasi, bau ini terjadi karena adanya jaringan nekrotik yang disertai dengan
infeksi sekunder, untuk mengaurangi bau tersebut dapat dilakukan nekrotomi dan
pencucian luka, bisa dengan BWC 3 %, betadine 10%, dan antiseptik lainnya, dan
jangan lupa mengerjakan kultur pus dan sensitifitas tes bakterinya. Untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan atau komplikasi yang timbul kerena intervensi
anestesi maupun trauma pembedahannya.
d.
Mengontrol
data-data laboratorium, seperti:
ü pemeriksaan darah, fungsi lever, fungsi
normal, faal hemostasis, gula darah, urine. Mengontrol kelengkapan data-data
radiologi, seperti fhoto thorak, USG mamma, Mammografi, bone scan.
ü Pengosongan saluran pencernaan 6-8 jam
dipuasakan kemudian 3-4 jam dilakukan lavemen,
ü Pencukuran rambut ketiak dilakukan 2 jam
sebelum operasi
ü Mandi bersih dan keramas.
2. Perawatan sesudah operasi
Mastektomi
adalah suatu tindakan pengangkatan tumor beserta payudara dan kelenjar axilla.
a. Fase pasca anesthesia.
Setelah
dilakukan mastektomi, penderita dipindah ke ruang pemulihan disertai dengan
oleh ahli anesthesia dan staf profesional lainnya.
b. Mempertahankan ventilasi pulmoner.
Menghindari
terjadiya obstruksi pada periode anestesi pada saluran pernafasan, diakibatkan
penyumbatan oleh lidahyangjatuh, kebelakang dan tumpukan sekret, lendir yang
terkumpul dalam faring trakea atau bronkhial ini dapat dicegah dengan posisi
yang tepat dengan posisi miring/setengah telungkup dengan kepala ditengadahkan
bila klien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak atau lendir, harus dilakukan
penghisapan dengan suction.
c. Mempertahankan sirkulasi
Pada
saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur diatur ”semi fowler” untuk
mengurangi oozing venous (keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh darah halus)
lengan diangkat untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya udema,
semua masalah ini gangguan rasa nyaman (nyeri) akibat dari sayatan luka operasi
merupakan hal yang pailing sering terjadi
d.
Masalah
psikologis.
Payudara
merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita, kelainan atau kehilangan akibat
operasi payudara sangat terasa oleh pasien,haknya seperti dirampas sebagai
wanita normal, ada rasa kehilangan tentang hubungannya dengan ssuami, dan
hilangnya daya tarik serta serta pengaruh terhadap anak dari segi menyusui.
e. Mobilisasi fisik.
Pada
pasien pasca mastektomi perlu adanya latihan-latihan untuk mencegah atropi
otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi bahu, untuk mencegah kelainan bentuk
(diformity) lainnya, maka latihan harus seimbang dengan menggunakan secara
bersamaan.
3.
Perawatan
post mastektomi
a. Pemasangan plester /hipafik
Dalam
hal ini pemasangan plester pada operasi mastektomi hendaknya diperhatikan arah
tarikan-tarikan kulit (langer line) agar tidak melawan gerakkan-gerakkan
alamiah, sehingga pasien dengan rileks menggerakkan sendi bahu tanpa hambatan
dan tidak nyeri untuk itu perlu diperhatikan cara meletakkan kasa pada luka
operasi dan cara melakukan fiksasi plester pada dinding dada.
·
Plester
medial melewati garis midsternal
·
Plester
posterior melewati garis axillaris line/garis ketiak
·
Plester
posterior(belakang) melewati garis axillaris posterior.
·
Plester
superior tidak melewati clavicula
·
Plester
inferior harus melewati lubang drain
·
Untuk
dibawah klavicula ujug hifavik dipotong miring seperti memotong baju dan
dipasang miring dibawah ketiak sehingga tidak mengangu grakkan tangan.
b. Perawatan pada luka eksisi tumor.
Bila
dikerjakan tumorektomi,pakai hipafik ukuran 10 cm yang dibuat seperti BH
sehingga menyangga payudara .
c.
Klien
yang dikerjakan transplantasi kulit kalau kasa penutup luka basah dengan darah
atau serum harus segera diganti, tetapi bola penutup (thiersch) tidak boleh
dibuka.
d. Pemberian injeksi dan pengambilan darah.
e.
Pengukuran
tensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar