Kraniotomi
A.
Landasan
Teori
Ø Pengertian
1.
Kraniotomi adalah setiap operasi terhadap cranium. (Dorland,1998 )
2.
Kraniotomi adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor,
mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff,
Sue. 1999).
3.
Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk
meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)
4.
Jadi post kraniotomi adalah setelah dilakukannya operasi pembukaan tulang
tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah
atau menghentikan perdarahan.
Ø Anatomi Fisiologi
Otak
adalah suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat computer
dari semua alat tubuh, jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang
tengkorak yang kuat dan terletak dalam cavum cranii. Otak terdiri dari tiga
selaput otak (meningen).Otak terdiri dari tiga selaput otak (meningiens) :
1) Duramater (lapisan sebelah luar)
Selaput keras pembungkus otak yang
berasal dari jaringan ikat tebal dan kuat.
2) Arakhnoida (lapisan tengah)
Selaput tipis yang memisahkan
duramater dengan piamater membentuk sebuah balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh sistem syaraf sentral.
3) Piamater (lapisan dalam)
Selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak, piamater berhubungan dengan arakhnoid melalui
struktur-struktur jaringan ikat disebut tuberkel.
Bagian-bagian Otak :
1)
Serebrum (otak besar)
Merupakan bagian terluas dan
terbesar dari otak, berbentuk telur mengisi peuh depan ats rongga pada otak
besar ditemukan lobus-lobus yaitu :
a) Lobus Frontalis adalah bagian depan
dari serebrum yang terletak di depan sulkus sentralis. Lobus Frontalis pada korteks serebri
terutama mengendalikan keahlian motorik ( misalnya menulis, memainkan alat
musik atau mengikat tali sepatu) lobus frontalis juga mengatur ekspresi wajah
dan isyarat tangan.
b) Lobus Parietalis, terdapat dibawah
lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis. Lobus paretalis pada korteks serebri
menggabungkan kesan dari bentuk tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum,
kemampuan matematika dan bahasa berasal dari daerah ini, juga membantu
mengarhkan posisi pada ruang sekitarnya dan mersakan posisi dari bagian
tubuhnya.
c) Lobus temporalis, terdapat di bawah
lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis. Lobus temporalis mengolah kejadian
yang baru saja terjadi menjadi mengingatnya sebagai memori jangka panjang, juga
memahami suara dan gambaran, menyimpan memori dan mengingatnya kembali serta
menghasilkan jalur emosional.
d) Lobus Oksipitalis, yang mengisi
bagian belakang dari cerebrum.
2) Batang Otak (trunkus serebri)
Disensepalon ke atas berhubungan dengan serebrum dan medula oblongata ke bawah
dengan medula spinalis. Serebrum melukat pada batang otak di bagian medula oblongata,
pons varoli dan mensesepalon.
3) Serebrum (otak kecil)
Terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan
dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakang oleh pons varoli dan di
atas medula oblongata. Oragn ini banyak menerima serabut aferent sensoris
merupakan pusat koordinasi dan intelegensi.
Ø Etiologi
1. Oleh benda tajam
2. Pukulan benda tumpul
3. Pukulan benda tajam
4. Kecelakaan lalu lintas
5. Terjatuh
6. Kecelakaan kerja
Ø Manifestasi Klinis
1. Penurunan kesadaran dan nyeri kepala
sebentar, kemudian membaik.
2. Beberapa waktu kemudian timbul
gejala yang berat dan sifatnya progresif seperti : nyeri kepala hebat, pusing,
penurunan kesadaran.
3. Pada kepala terdapat hematoma
subkutan, pipil anisokor.
4. Kelemahan respon motorik
kontralateral (berlawanan dengan tempat hematoma).
5. Refleks hiperaktif atau sangat cepat.
6. Bila hematoma semakin meluas akan
timbul gejala deserebrasi dan gangguan tanda vital dan fungsi pernafasan.
Ø Patofisiologi
Trauma pada bagian kepala yang menyebabkan Fraktur Cranium dan
pecahnya Pembuluh
darah sehingga
terjadi perdarahan pada bagian otak. Perdarahan tersebut akan mengakibatkan
menurunnya Perfusi
Cerebral Peningkatan TIK, Iskhemia Herniasi cerebri, Metabolisme Anaerob Penekanan batang
otak, Penimbunan asam laktat Kematian, serta PO2 PCO2 PH dan Pompa Natrium dan Kalium terganggu
Ø Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
pascabedah intrakranial atau kraniotomi adalah sebagai berikut : (Brunner & Suddarth. 2002).
1.
Peningkatan tekanan intrakranial
2.
Perdarahan dan syok hipovolemik
3.
Ketidakseimbangan cairan dan elekrolit
4.
Infeksi
5.
Kejang
6.
Edema pulmonal
7.
Kebocoran cairan serebrospinal
8.
Herniasi otak
9.
Kegagalan pernafasan
10. Defisit neurologis
Ø Pemeriksaan Diagnostik
Prosedur diagnostik praoperasi dapat meliputi : (Doenges, Marilynn.E, 1999)
1.
Tomografi komputer (pemindaian CT)
Untuk menunjukkan lesi dan memperlihatkan derajat
edema otak sekitarnya, ukuran ventrikel, dan perubahan posisinya/pergeseran
jaringan otak, hemoragik.
Catatan : pemeriksaan berulang mungkin diperlukan
karena pada iskemia/infark mungkin tidak terdeteksi dalam 24-72 jam pasca
trauma.
2.
Pencitraan resonans magnetik (MRI)
Sama dengan skan CT, dengan tambahan keuntungan
pemeriksaan lesi di potongan lain.
3.
Electroencephalogram (EEG)
Untuk memperlihatkan keberadaan atau
berkembangnya gelombang patologis
4.
Angiografy Serebral
Menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti
pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan trauma
5.
Sinar-X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang
(fraktur), pergeseran struktur dari garis tengah (karena perdarahan,edema),
adanya fragmen tulang
6.
Brain Auditory Evoked Respon (BAER) : menentukan fungsi korteks dan batang
otak
7.
Positron Emission Tomography (PET) : menunjukkan perubahan aktivitas
metabolisme pada otak
8.
Fungsi lumbal, CSS : dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan
subarakhnoid
9.
Gas Darah Artery (GDA) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau
oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK
10. Kimia/elektrolit darah : mengetahui
ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK/perubahan mental
11. Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang
mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
12. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk
mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
Ø
Penatalaksanaan
Medis
1.
Praoperasi
Pada penatalaksaan bedah intrakranial praoperasi
pasien diterapi dengan medikasi antikonvulsan (fenitoin) untuk mengurangi
resiko kejang pascaoperasi. Sebelum pembedahan, steroid (deksametason) dapat
diberikan untuk mengurangai edema serebral. Cairan dapat dibatasi. Agens
hiperosmotik (manitol) dan diuretik (furosemid) dapat diberikan secara
intravena segera sebelum dan kadang selama pembedahan bila pasien cenderung
menahan air, yang terjadi pada individu yang mengalami disfungsi intrakranial.
Kateter urinarius menetap di pasang sebelum pasien dibawa ke ruang operasi
untuk mengalirkan kandung kemih selama pemberian diuretik dan untuk
memungkinkan haluaran urinarius dipantau. Pasien dapat diberikan antibiotik
bila serebral sempat terkontaminasi atau deazepam pada praoperasi untuk
menghilangkan ansietas.
Kulit kepala di cukur segera sebelum pembedahan
(biasanya di ruang operasi) sehingga adanya abrasi superfisial tidak semua
mengalami infeksi.
2.
Pascaoperasi
Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapat dipasang untuk
memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi
dan mendapat terapi oksigen tambahan.
Mengurangi Edema Serebral : Terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi
pemberian manitol, yang meningkatkan osmolalitas serum dan menarik air bebas
dari area otak (dengan sawar darah-otak utuh). Cairan ini kemudian dieksresikan
malalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap
6 jam selama 24 sampai 72 jam ; selanjutnya
dosisnya dikurangi secara bertahap.
Meredakan Nyeri dan Mencegah Kejang :Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu di atas 37,50C
dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah
kraniotomi, biasanya sebagai akibat syaraf kulit kepala diregangkan dan
diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan
lewat parenteral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan (fenitoin,
deazepam) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi
supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah prosedur bedah neuro
supratentorial. Kadar serum dipantau untuk mempertahankan medikasi dalam
rentang terapeutik.
Memantau Tekanan Intrakranial : Kateter ventrikel, atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada
pasien yang menjalani pembedahan untuk tumor fossa posterior. Kateter
disambungkan ke sistem drainase eksternal. Kepatenan kateter diperhatikan
melalui pulsasi cairan dalam selang. TIK dapat di kaji dengan menyusun sistem
dengan sambungan stopkok ke selang bertekanan dan tranduser. TIK dalam dipantau
dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem
tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang
tepat untuk menghindari drainase cairan serebrospinal, yang dapat mengakibatkan
kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Kateter diangkat
ketika tekanan ventrikel normal dan stabil. Ahli bedah neuro diberi tahu
kapanpun kateter tanpak tersumbat.
Pirau ventrikel kadang dilakukan sebelum prosedur bedah tertentu untuk
mengontrol hipertensi intrakranial, terutama pada pasien tumor fossa posterior.
B.
Asuhan
Keperawatan berdasarkan teoritis
Ø Pengkajian
a. Data
demografi
b. Data
riwayat kesehatan
·
Riwayat kesehatan
sekarang
·
Riwayat kesehatan
dahulu
·
Riwayat kesehatan
keluarga
c. Pemeriksaan
fisik
Pasien
nampak tegang, wajah menahan sakit, lemah. Kesadaran somnolent, apatis, GCS :
4-5-6, T 120/80 mmHg, N 98 x/menit, S 374 0C, RR 20 X/menit.
1.
Abdomen.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.
Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati teraba 2 jari bawah iga,dan limpa tidak membesar, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Distensi abdominal dan peristaltic usus adalah pengkajian yang harus dilakukan pada gastrointestinal.
2. Ekstremitas
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan pucat.
Mampu mengangkat tangan dan kaki. Kekuatan otot ekstremitas atas 4-4 dan ekstremitas bawah 4-4., akral dingin dan pucat.
3. Integumen.
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
Kulit keriput, pucat. Turgor sedang
4. Pemeriksaan
neurologis
a)
Bila perdarahan
hebat/luas dan mengenai batang otak akan terjadi gangguan pada nervus
cranialis, maka dapat terjadi :
b)
Perubahan status mental
(orientasi, kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah
laku dan memori).
c)
Perubahan dalam
penglihatan, seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang
pandang, foto fobia.
d)
Perubahan pupil (respon
terhadap cahaya, simetri), deviasi pada mata.
e)
Terjadi penurunan daya
pendengaran, keseimbangan tubuh.
f)
Sering timbul
hiccup/cegukan oleh karena kompresi pada nervus vagus menyebabkan kompresi
spasmodik diafragma.
g) Gangguan
nervus hipoglosus. Gangguan yang tampak lidah jatuh kesalah satu sisi,
disfagia, disatria, sehingga kesulitan menelan.
d. Pemeriksaan
laboratorium
Ø Pengkajian fungsional Gordon
1. Pola
persepsi manajemen kesehatan
Perawat
perlu mengkaji tentang bagaimana penanganan kesehatan klien ketika sakit dan bagaimana persepsi klien terhadap penyakitnya,
apakah klien ada memeriksakan diri ke klinik terdekat sebelum dibawa kerumah
sakit atau klien percaya kepada hal-hal gaib.
Pada klien
kraniotomi
2. Pola
nutrisi metabolik
Perawat perlu mengkaji
bagaimana pola nutrisi metabolic klien, berapa kali klien makan sehari?
bagaimana nafsu makan klien,menurun atau meningkat? bagaimana dengan BB klien,
apakah ada perubahan?
3. Pola
Eliminasi
perawat perlu mengkaji bagaimana
BAB dan BAK klien,konsistensinya,warnanya,berapa kali klien BAB dan BAK dalam
sehari, apakh klien pakai alta bantu defekasi dan miksi?
4. Pola
aktivitas dan latihan
bagimana pola aktivitas klien? apakah klien mandiri?
atau beraktivitas dibantu oleh keluarga?
5. Pola
istirahat dan tidur
perawat perlu mengkaji lebih lanjut
seperti berapa lama klien biasanya tidur dalam sehari,jam berapa klien biasanya
klien tidur,serta apakah ada gangguan dalam tidurnya?
6. Pola
persepsi kognitif
Perawat harus mengkaji dan
memeriksa bagaimana respon penglihatan, pendengaran, reseptor nyeri dan respon
alat indra lainya,kemampuan berpikir klien,apakah klien bisa membuat keputusan.
7. Pola
persepsi diri
perawat perlu mengkaji apakah klien
mengalami trauma,bagaimana klien memandang dirinya.
8. Pola
Koping dan toleransi stress
Perawat perlu mengkaji bagaimana
manajemen stress klien. Apa yang biasa dilakukan klien ketika stress?
9. Pola
peran hubungan
Perawat perlu mengkaji bagaimana
hubungan klien didalam keluarganya, apakah klien mengalami kesulitan dalam
menjalankan perannya.
10. Pola
reproduksi seksual
Perawat
perlu mengkaji bagaimana pola seksual klien. Apakah klien sudah mempunyai anak.
11. Pola
keyakinan
Pola
keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan spiritual
klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. kaji apakah ada
pantangan agama dalam proses pengobatan klien.
Ø Diagnosa Keperawatan
·
Diagnosa Keperawatan Pra operasi
Gangguan
perfusi jaringan perifer
Kurangnya pengetahuan
·
Diagnosa
keperawatan Pasca operasi
Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan dengan invasi MO
Gangguan rasa nyaman nyeri
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
Pra Operasi
|
||
1. Gangguan
perfusi Jaringan Perifer
|
Hasil yang disarankan
1.
Status
neurologi
Defenisi
: memperluas reseptor, proses , dan respon sistem saraf pusat dan peripheral
untuk stimulus eksternal dan internal
Indikator
:
·
Fungsi neurologis :
Kesadaran
·
Fungsi Neurologis :
Fungsi Sensorik dan Motorik
2. Perfusi Jaringan Cerebral
Defenisi
: Memperluas aliran darah ke otak dan memelihara fungsi otak
Indikator
:
·
Fungsi neurologis
·
Tekanan Intra Kranial
|
1.
Monitoring Neurologi
Defenisi :
Mengumpulkan dan menganalisa data pasien untuk mencegah atau meminimalkan
komplikasi neurologi
Aktivitas :
·
Monitor ukuran pupil,
ketajaman dan kesimetrisan
·
Monitor tingkat
kesadaran
·
Monitor Skala Gaslow
·
Monitor TTV
·
Monitor pengobatan
|
2. Kurangnya pengetahuan
Bidang 5:
Persepsi/Pengetahuan
Kelas 4 : Pengetahuan
Pengertian : ketiadaan atau
kekurangan informasi teori yang berhubungan yang berhubungan dengan suatu
topik tertentu/spesifik
Menetapkan Karasteristik
- Perilaku yang dilebih-lebihkan
- Instruksi yang tidak akurat
- Pencapaian tes yang tidak akurat
- Perilaku yang tidak sesuai (misalnya :
histeris, bermusuhan, tidak tenang, bersikap masa bodoh)
- Verbalisasi masalah
Faktor yang Berhubungan
- Keterbatasan teori
- Kesalahan menafsirkan informasi
- Tidak terbuka
- Tidak ada minat dalam belajar
- Ketiadaan daya ingat
- Tidak tahu dengan sumber informasi
|
Hasil yang
disarankan:
-Pengetahuan: Perawatan Penyakit
-Pengetahuan: Mengontrol Infeksi
-Pengetahuan: Pengobatan
-Pengetahuan: Keselamatan Pribadi
|
Mengajarkan : Setelah Operasi
Pengertian:
membantu pasien untuk memahami dan mempersiapkan mental mengahadapi perawatan dan periode
kesembuhan setelah operasi
Aktifitas:
|
Posca Operasi
|
||
1.
Resiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan invasi MO
Domain 11 : Keamanan/Perlindungan
Kelas 1 : Infeksi
Definisi : Kenaikan resiko karena diserang oleh organisme
penyakit.
Faktor Resiko
·
Penyakit kronik
·
Mendapatkan kekebalan yang
tidak adekuat
·
Pertahanan utama yang tidak
adekuat (e.g., kerusakan kulit, jaringan yang luka, pengurangan dalam
tindakan, perubahan pada sekresi PH, mengubah gerak peristaltic)
·
Pertahanan kedua yang tidak
adekuat (pengurangan hemoglobin, leucopenia, respon yang menekan sesuatu yang
menyebabkan radang)
·
Pertambahan pembukaan
lingkungan pada pathogen
·
Penekanan imun
·
Prosedur yang bersifat
menyerang
·
Tidak cukupnya pengetahuan
untuk menghindari pembukaan pada pathogen
·
Malnutrisi
·
Agen farmasi (ex: zat yang
menghambat reaksi imun)
·
Membran amniotic pecah
sebelum waktunya
·
Memperpanjang perpecahan
pada membrane amniotic
·
Trauma/luka berat
·
Destruksi jaringan
|
Hasil yang
disarankan:
·
Integritas diameter
jalan masuk.
·
Konsekuensi keadaan yang tak bergerak : Fisiologi
·
Status imun
·
Kebiasaan imunisasi
·
Pengetahuan : Kontrol infeksi
·
Status nutrisi
·
Kontrol resiko
·
Kontrol resiko : Penyakit Seksual Menular (PSM)
·
Integritas jaringan : Kulit dan selaput lendir
·
Kebiasaan pengobatan : Sakit atau luka
·
Penyembuhan luka: Tujuan utama
·
Penyembuhan luka: Tujuan kedua
|
1.
Kontrol infeksi
Definisi
:Meminimalkan pendapatan dan transmisi dari infeksi.
Tindakan :
·
Alokasikan dengan tepat kekakuan pasien dengan indikasi
pedoman CDC.
·
Bersihkan lingkungan sekitar setelah digunakan pasien.
·
Ganti peralatan pengobatan pasien setiap protocol/ pemeriksaan.
·
Batasi jumlah pengunjung/pembezuk.
·
Ajarkan mencuci tangan untuk memperbaiki kesehatan pribadi.
·
Ajarkan teknik mencuci tangan yang benar.
·
Ajarkan pengunjung untuk mencuci tangan saat masuk dan
meninggalkan kamar pasien.
·
Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan
benar.
·
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada
pasien.
·
Gunakan aturan umum.
·
Gunakan sarung tangan sebagai pengaman yang umum.
·
Gunakan sarung tangan yang bersih.
·
Gosok kulit pasien dengan alat anti bakteri dengan tepat.
·
Bersihkan dan siapkan tempat sebagai persiapan untuk
prosedur infasi/pembedahan.
·
Jaga lingkungan agar tetap steril selama insersi di
tempat tidur.
·
Jaga lingkungan agar tetap steril ketika mengganti saluran
dan botol TPN.
·
jaga kerahasiaan klien ketika melakukan pemeriksaan
invasif
·
Ganti peripheral IV dan balutan berdasarkan petunjuk
CDC.
·
Pastikan keadaan steril saat menangani IV.
·
Pastikan teknik perawatan luka yang tepat.
·
Gunakan kateter untuk mengurangi kejadian infeksi kandung
kemih.
·
Dorong/ajarkan cara nafas dalam dan batuk yang
benar.
·
Tingkatkan pemasukkan nutrisi yang tepat.
·
Tingkatkan pemasukancairan yang tepat.
·
Banyak istirahat.
·
Lakukan terapi antibiotic yang tepat.
·
Ajarkan pasienuntuk memakan antibiotic sesuai resep.
·
Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan.
2.
Perlindungan terhadap infeksi
Definisi: Pencegahan
dan pendeteksian dini pada pasien yang beresiko infeksi.
Tindakan :
·
Memeriksa sistem dan tanda-tanda dan gejala-gejala infeksi.
·
Mengontrol mudahnya terserang infeksi.
·
Mengontrol jumlah granulosit, WBC, dan hasil yang
berbeda.
·
Mengikuti pencegahan dengan neutropenic.
·
Membatasi jumlah pengunjung/pembezuk.
·
Membersihkan pengunjung dari penyakit yang dapat menular.
·
Menjaga kebersihan pasien yang beresiko.
·
Melakukan teknik isolasi.
·
Memberikan perawatan kulit yang tepat pada daerah
edema.
·
Melihat kondisi kulit dan membrane mukosa yang
memerah, hangat dan mengelupas.
·
Melihat kondisi luka bedah.
·
Mendapatkan pemeliharaan sesuai kebutuhan.
·
Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang cukup.
·
Mendorong pemasukan cairan.
·
Meningkatkan istirahat.
·
Mendorong pernafasan dalam dan batuk.
·
Memberikan agen imunisasi.
·
Menginstruksikan pasien menggunakan antibiotic
sesuai resep.
|
2.
Nyeri
akut
domain 12: kenyamanan
kelas 1: kenyamanan fisik
defenisi: sensori dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang ditimbulkan oleh
kerusakan jaringan potensial atau actual/ gambaran pada bagian yang rusak
tersebut. Tiba-tiba/ memperlambat intensitas dari ringan sampai berat dengan
akhir diantisipasi/diprediksi berdurasi < 6 bulan.
batasan karakteristik
·
Perubahan nafsu makan
·
Perubahan tekanan darah
·
Perubahan curah jantung
·
Perubahan laju pernafasan
·
Diaporesis
·
Laporan verbal terhadap nyeri
·
Gangguan prilaku seperti: mencari orang lain dan aktivitas serta
mengulang-ngulang aktivitas
·
Prilaku ekspresif, seperti gelisah, merintih, meringis,
kewaspadaan, lekas marah, mendesah
·
Menjaga prilaku
|
NOC
Outcome yang disarankan
·
Status kenyamanan: fisik
·
Tingkat ketidaknyamanan
·
Kontrol nyeri
·
Tingkat nyeri
·
Tingkat stress
·
Tanda vital
|
1.
Manajemen
Nyeri
·
melakukan tidakan
yang komprehensif mulai dari lokasi
nyeri, karakteristik, durasi, frequensi, kualitas, intensitas, atau keratnya
nyeri dan factor yang berhubungan.
·
observasi isyarat
ketidak nyamanan khususnya pada ketidak mamapuan mengkomunikasikan secara
efektif.
·
memberi perhatian
perawatan analgesic pada pasien.
·
menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
menyampaikan rasa sakit dan menyampaikan penerimaan dari respon pasien
terhadap nyeri.
·
mengeksplorasi pengetahuan pasien dan keyakinan tentang rasa
sakit.
·
mempertimbangkan pengaruh budaya pada respon nyeri.
·
menentukan dampak dari pengalaman rasa sakit dari
pengalaman nyeri pada kualitas hidup (tidur, nafsu makan, aktivitas, kognisi,
mood, hubungan, kinerja kerja, dan tanggung jawab peran).
·
memberi tahu pasien tentang hal-hal yang dapat memperburuk
nyeri
·
kaji pengalaman nyeri klien dan keluarga, baik nyeri
kronik atau yang menyebabkan ketidaknyamanan.
·
ajarkan prinsip manajemen nyeri
2. Bantuan Kontrol analgesik pada
pasien
·
Berkolaborasi dengan dokter,pasien dan anggota keluarga
untuk memilih tipe obat bius yang digunakan.
·
ajarkan pasien dan keluarga untuk memonitor
intensitas,kualitas,dan durasi nyeri.
·
Hindari penggunaan hidroklorida meperidin
·
Pastikan pasien tidak alergi terhadap analgesic yang
diberikan.
·
Ajarkan pasien dan anggota keluarga bagaimana menggunakan
perangkat PCA
·
bantu pasien dan keluarga untuk menghitung konsentrasi
obat yang tepat untuk cairan, mengingat jumlah cairan yang dikirimkan per jam
mel alui perangkat PCA
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar