A. JENIS IMUNISASI DASAR
1) DPT
(Difteri, Pertusis, Tetanus)
a). Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh
Corynebacterium Diphtheriae yaitu bakteri gram-positif yang
mengeluarkan toksin (racun) yang bisa menimbulkan gejala lokal maupun umum.
Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan
tampak adanya selaput putih kotor pada amandel yang dengan cepat meluas dan
menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat
menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf
b). Pertusis
Pertusis adalah radang
pernafasan (paru) disebut juga batuk rejan atau batuk 100
hari karena lamanya sakit bisa mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari. Gejala
penyakit ini sangat khas, batuk yang bertahap, panjang dan lama, disertai
bunyi dan diakhiri dengan muntah. Penyakit ini cukup berbahaya
bila menyerang anak balita, karena mata dapat bengkak dan berdarah atau bahkan
dapat menyebabkan kematian karena kesulitan bernafas(RSUD. DR. Saiful Anwar,
2002). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis,
tetapi di beberapa daerah kadang-kadang juga oleh Bordetella Parapertusis
(Gloria Cyber Ministries, 2001).
c). Tetanus
Penyakit ini disebabkan oleh
baksil Costridium Tetani yaitu bakteri gram-positif dan bersifat anaerob
(bisa berbiak di dalam lingkungan tanpa oksigen). Bakteri ini bisa membentuk
spora di dalam tanah, kotoran manusia dan binatang. Bila tidak terkena sinar
matahari, spora bisa tahan sampai bertahun-tahun. Bakteri clostridium
titani mengeluarkan toksin tetanospasmin. Jika racun ini masuk ke
dalam tubuh melalui luka di bagian tubuh, maka akan berubah menjadi aktif dalam
keadaan tanpa oksigen. Racun tetanospasmin kemudian menyebar dari luka
melalui ujung syaraf dan menimbulkan kontraksi otot di sekitar daerah luka.
Setelah itu, racun akan menjalar ke seluruh syaraf dan akhirnya mencapai sumsum
tulang belakang dan menimbulkan kontraksi pada semua otot polos.
2) Poliomyelitis
Penyakit Polio (Poliomyelitis
Anterior Akuta) disebabkan oleh infeksi virus polio. Gejalanya bervariasi,
mulai dari tanpa gejala sampai adanya kelumpuhan yang bersifat lemas tanpa
mengganggu saraf perasa. Biasanya pada tungkai bawah dan bersifat menetap
selamanya. Penyakit ini hanya menyerang manusia.
3) Campak
(Measles)
Penyakit ini mudah
menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit setelah
3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek. Bercak merah ini mula-mula
timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan anggota badan. Bercak merah
akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada anak
yang kurang gizi, penyakit ini diikuti oleh komplikasi yang berat seperti
radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing.
4) BCG
Penyakit
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Micobacterium
Tuberculosis yang mempunyai sifat tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga
disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari
langsung tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di temapat gelap dan
lembab (RSPI, 2003). Menurut SKRT 1995 Tuberkulosis (TB) di
Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah
jantung dan saluran pernafasan (Bambang Supriatno, dkk, 2002).
5) Hepatitis
B
Infeksi Hepatitis B
merupakan masalah kesehatan terutama di negara berkembang dan padat penduduk.
Untuk mencegah infeksi maka imunisasi Hepatitis B harus diberikan sedini
mungkin.. Virus hepatitis B menyerang hati dan dapat menjadi kronik (menahun)
yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati di
kemudian hari (Murtagh J., 1998: 540; Theophilus, 2000).
B. CARA DAN TEMPAT PEMBERIAN
1. Imunisasi BCG
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4
cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam,
sisanya dibuang.
Cara penyuntikan BCG : Bersihkan lengan dengan kapas air, Letakkan
jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang
menghadap keatas.Suntikan 0,05 ml intra kutan
2. Imunisasi Hepatitis B
Vaksin berisi HBsAg murni, Diberikan sedini mungkin setelah lahir, Suntikan secara Intra Muskular di daerah
deltoid, dosis 0,5 ml. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin
hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B, Dosis kedua 1 bulan berikutnya
Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan), Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan), Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
3. Imunisasi Polio
Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan,
dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium
klorida dan fenol merah. Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc
dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin
polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu, Imunisasi ulangan, 1 tahun
berikutnya, SD kelas I, VI
4. Imunisasi DPT
Terdiri dari toxoid difteri racun yang dilemahkan, Bordittela
pertusis bakteri yang dilemahkan, toxoid
tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat. Merupakan
vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya. Diberikan
pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis
0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha. Imunisasi dasar 3x, dengan
interval 4 minggu. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan
menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.
5. Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik
membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku
kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan
oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan
sub kutan di lengan kiri. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan,
diulang 6 bulan kemudian
C. PENYIMPANAN VAKSIN
Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu
a. Suhu terlalu dingin
: Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama
maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan
selama maksimum 1,5 – 2 jam.
b. Suhu terlalu panas
: Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar
(ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B
dan TT dapat bertahan 30 hari.
D. PERSIAPAN SEBELUM MELAKUKAN IMUNISASI
Sebulan sebelum waktu pelaksanaan perlu disampaikan
pesan-pesan kepada masyarakat antara lain:
·
Pentingnya
imunisasi bagi bayi dan balita
·
Mempersiapkan
jadwal pelaksanaan dan tempat-tempat/pos kapsul vitamin atau vaksin dan
pelayanan imunisasi campak (pakai poster “Pos Vaksin X” yang telah dikirim)
·
Bawa
anti anafilaktik untuk mengatasi bila terjadi anaphylactic shock karena
imunisasi
·
Pada
hari H-1 semua sarana pelayanan telah mendistribusikan:
·
Data
sasaran balita (alamat, nama ayah, nama ibu, tanggal lahir, umur).
·
“Undangan
“ kepada sejumlah sasaran yang telah terdata.
·
Kapsul
vitamin/ vaksin sebanyak 125 % jumlah sasaran.
·
Pakai
kapsul vitamin/ ampul vaksin yang diterima lebih awal terlebih dahulu, perhatikan
tanggal kadaluwarsa.
·
Alat
suntik sesuai jumlah sasaran. Perhatian, Alat suntik ini bersifat sekali pakai
(autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut
ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin
tidak akan dapat digunakan lagi
E. ASKEP PADA ANAK YANG AKAN DILAKUKAN IMUNISASI
·
Pengkajian
Pra Imunisasi :Tulis biodata klien secara lengkap. Pengkajian secara umum mulai
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Riwayat penyakit yang pernah diderita.
Riwayat imunisasi yang pernah didapatkan oleh anak. Riwayat prenatal. Riwayat
kejang. Riwayat penyakit keluarga ( Disfungsi imunologi,HIV/ AIDS, Kanker ).
Riwayat obat- obatan. Riwayat alergi terhadap obat tertentu.
·
Diagnosa
NANDA, Hasil NOC, dan Intervensi NIC
o
Nanda
NOC NIC
-
Kesiagaan
untuk meningkatkan status imunisasi : Kontrol imun yang hipersensitif
Status respirasi, nadi, gastrointestinal,dan ginjal dalam batas IER
Status respirasi, nadi, gastrointestinal,dan ginjal dalam batas IER
-
Bebas
reaksi alergi : Bebas respon imflamasi local, Bebas dari kejadian autoimun, Tidak
ada auto antibody atau auto-antigen
-
Status
imun : Infeksi ulangan tidak terjadi, Tidak ada
bengkak, Berat IER
Imunisasi sekarang
Imunisasi sekarang
-
Perilaku
imunisasi : Menyatakan resiko penyakit
tampa imunisasi, Mendeskripsikan resiko yang berhubungan dengan imunisasi
khusus, Mendeskripsikan kontraindikasi imunisasi khusus, Membawa kartu vaksin
setiap berkunjung, Konfirmasi jadwal imunisasi selanjutnya Pemberian
imunisasi/vaksin, Mengajarkan orang tua daftar imunisasi yang direkomendasikan,
cara imunisasi diberikan, alas an, keuntungan, reaksi berlawanan, dan efek
samping, Sediakan informasi imunisasi dalam bentuk tertulis, Sediakan teknik
pemberian yang tepat, Identifikasi rekomendasi terbaru tentang imunisasi,
Memantau pasien selama periode khusus setelah pemberian obat, Menahan anak selama imunisasi, Jadwal imunisasi
sesuai dengan interval waktu
-
Persiapan
vaksin
-
Kecemasan
Control kecemasan: Memantau intensitas kecemasan, Membuang penyebab cemas,
Menurunkan rangsangan lingkungan ketika cemas, Merencanakan strategi koping
pada situasi yang menekan, mempertahankan hubungan social, laporan adukuat
tidur, mengontrol kecemasan
-
Control
dorongan : mengidentifikasi sikap yang
membahayakan, identifikasi perasaan utama yang mendorong aksi impulsive,
identifikasi akibat aksi impulasif bagi diri dan orang lain, identifikasi
dukungan sosial
-
Keahlian
interaksi social : pengungkapan, kemudahan menerima, kerjasama, sensitifitas, konfrontasi,
kehangatan, rileks. Pertimbangan
-
Control
penyerangan : Menahan diri dari luapan, Menahan diri dari tempat personal orang
lain, Menahan diri dari membahayakan orang lain, Menahan diri dari merusak
property, Kebutuhan komunikasi tang tepat, Komunikasi perasaan yang yang tepat
-
Pengurangan
kecemasan : Berbicara dengan tenang, Jelaskan keadaan harapan untuk sikap
pasien, Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi seperti pengalaman pada
prosedur, Sediakan informaasi nyata tentang diagnosis, perlakuan dan prognosis,
Tinggal bersama pasien untuk memperkenalkan keselamatn dan mengurangi rasa
takut
-
Teknik
tenang : Pegang dan nyamankan bayi atau anak, Menguncang bayi jika perlu, Bicara lembut atau bernyanyi pada bayi atau
anak, Pertahankan kontak mata, Duduk dan bicara dengan pasien, Tawarkan minuman
hangat atau susu.
-
Kehadiran
: Deminstrasikan sikap menerima : Komunikasi verbal berempati, Tegakkan
kepercayaan dan perhatian yang positif, Dengarkan kecemasan pasien, Pegang pasien
untuk mengurangi kecemasan, Tawarkan atau hubungi orang lain yang bisa
mendukung
-
Manajemen
rasa khawatir berlebihan : Ikutsertakan keluarga dalam perencanaan, penyediaan,
evaluasi, dan perawatan, Pantau fungsi koognitif menggunakan standar alat
pengkajian, Sediakan cahaya yang cukup tapi tidak menyilaukan, Perkenalkan diri
pada inisiasi kontak, Berikan arah
sederhana pada waktu yang tepat, Berbicara jelas, lembut,hangat, dengan suara
yang respek
o
Intervensi
Keperawatan Saat akan melakukan penyuntikan vaksin
-
Komunikasi
teraupeutik dengan ortu/klg
-
Informasi
tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tdk imunisasi.
-
Periksa
kembali persiapan u/ imunisasi untuk mengantisipasi hal- hal yg tdk diinginkan.
-
Baca
dgn teliti informasi tentang produk
-
Tinjau
kembali apakah ada indikasi kontra thd vaksin yang akan diberikan.
-
Periksa
jenis vaksin dan yakinkan kalau vaksin disimpan dgn baik
-
Periksa
vaksin yang akan diberikan, apakah ada tanda- tanda perubahan pada vaksin
tersebut, periksa tanggal kadaluawarsa, dan catat hal- hal istimewa, seperti
ada perubahan warna.
-
Yakinkan
bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal, dan tawarkan tawarkan vaksin
lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.
-
Berikan
vaksin dgn tehnik yang benar.
F. PENGKAJIAN FISIK
a.
Urutan Pemeriksaan, Persiapan Anak
Biasanya,
urutan pemeriksaan pasien mengikuti arah dari kepala sampai ke kaki untuk
memberikan pedoman umum dalam mengkaji setiap daerah tubuh untuk meminimalkan
adanya bagian yang terlewat dalam pemeriksaan.
Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan
fisik antara lain:
-
Bicara
terlebih dahulu pada orang tua
-
Mulai
kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu.
-
Gunakan
mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk
berbicara pada anak
berbicara pada anak
-
Apabila
memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang
diinginkan
diinginkan
-
Pemeriksaan
yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir
-
Hindarkan
pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut,
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin
b.
Pengukuran Pertumbuhan
-
Panjang
Badan : kepala dipegang pada garis
tengah, merapatkan kedua tumit hati-hati, menekan kedua tumit sampai ekstensi
-
Tinggi
Badan : Berdiri setegak mungkin, Pandangan
sejajar lantai, Tanpa alas kaki
-
Pengukuran
Pertumbuhan
Berat Badan : Pastikan timbangan pada posisi nol, datar, Usia < 3 bulan
telanjang
-
Lingkar
Lengan : tempat pertengahan lengan
-
Lingkar
Kepala: sampai usia 36 bulan diameter terbesar diatas alis, daun telinga prominensia
oksipitalis usahakan ukuran sampai per sepuluh cm
c.
Pengukuran Fisiologis
-
Suhu :oral = 7 menit, rektal = 4
menit, axila = 5 menit,
-
Nadi :infant = apical, anak 2 th =
radial dihitung 1 menit
-
Pernafasan : bayi = gerakan abdomen, anak = gerakan
dada, dihitung 1 menit
-
Tekanan
darah : ukuran manset sesuai, gunakan
posisi sama, pertahankan ektremitas, baca manometer sejajar mata
d.
Pengkajian Penampilan Umum
Nutrisi = kurus,
gemuk, ideal
Tingkah laku = kepribadian,
aktifitas
Interaksi = orang
lain, ortu, perawat
Postur tubuh = posisi,
tipe gerak tubuh
Perkembangan = perlu
diuji ulang
Kebersihan diri = bau
badan, kondisi baju, bau mulut, gigi, kaki.
e.
Pengkajian pada Kulit
-
Warna : Normal : bervariasi (coklat, putih, hitam dll)
Abnormal : kebiruan, kekuningan, pucat dll
-
Tekstur : Normal : halus, lembut, lembab/basah, tidak berminyak
Abnormal : kering = kurang vit A basah = penyakit jantung dll
-
Suhu : Raba suhu kulit dan bandingkan
bag. lain.
-
Turgor : Cubit kulit abdomen dengan
telunjuk dan ibu jari, lepaskan dengan cepat
Baik : kembali cepat kurang dari 3
detik, Kurang : kembali ke keadaan semula lama, meningggalkan bekas / tanda.
f.
Pengkajian pada Kelenjar Limfe
Kelenjar getah bening
harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri
tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
g.
Pengkajian pada Kepala Leher dan Mata
·
Kepala
-
Bentuk
: Normal = Mesocepal, simetris, Besar (Macrocepal), Kecil (microsepal)
Asimetris = prematur (craniosynostosis)
-
Fontanel
: menutup (posterior = 2 bl, anterior = antara
12 s/d 18 bulan)
·
Leher
-
Pergerakan,
ukuran dan struktur : leher pendek
= sindrom turner, distensi vena leher = sulit bernafas, palpasi kel. Tiroid :
normal = tiroid bergerak saat menelan, massa di leher = catat dan laporkan
·
Mata
Kelopak mata/palpebra
: warna, ukuran, pergerakan ( strabismus )
Lapisan putih /
sklera: normal : putih, bersih. Warna biru, kuning (ikterus), merah (berdarah)
Kornea : normal =
bersih, transparan merah = darah
Pupil : normal =
isokor, diameter 2 mm ,dilatasi: (takut), anisokor (cidera cerebral)
Iris : normal = bulat
penuh, jernih, bintik (katarak)
Pemeriksaan
penglihatan
-
Binokularitas :Tes Reflek kornea,
Tes penutup mata
-
Ketajaman
Penglihatan :Tes Snellen
-
Penglihatan
Perifer :Tes Lapangan
pandang
-
Penglihatan
Warna :Test Ischihara,
Test Hardy Ranold Ritter
h.
Pengkajian pada Telinga
-
Inspeksi
struktur telinga luar
-
Pemeriksaan
telinga dalam = otoskop dan spekulum telinga
-
Pemeriksaan
kemampuan pendengaran
-
Tes
audiometer : Tes reflek kejut pada neonates, Tes Weber = garpu tala, Tes
Vestibular = kursi putar
i.
Pengkajian pada Hidung
-
Inspeksi
struktur eksternal
-
Terletak
di tengah wajah, diantara mata, dan diatas bibir, bentuk simetris
-
Inspeksi
struktur internal
-
Alat
otoskop dan spekulum hidung
-
Membran
nasal : normal = lebih merah dari membran mulut, seperti membengkak
-
Septum
: normal = simetris
j.
Pengkajian pada Mulut dan Tenggorokan
Mulut dan tenggorokan
Rongga mulut : bibir
s.d arkus palatofaringeal
Orofaring : epiglotis
s.d tepi bawah adenoid
Nasofaring : tepi
bawah adenoid s.d rongga hidung
Suruh anak membuka
mulut lebar-lebar, mengatakan “ahh”, bagian belakang mulut akan terlihat
Bayi dengn pijit
hidungnya atau dengan tongue spatel
k.
Pengkajian pada Dada
Melakukan : Inpeksi
ukuran dada, Bentuk, Simetri, Pergerakan, Perkembangan payudara,
Struktur tulang yang
dibentuk antara sternum dan iga
l.
Pengkajian pada Paru
Inspeksi : Jumlah pernafasan/menit, irama (reguler,irreguler,
periodik), kedalaman ( dalam, dangkal), kualitas (otomatis, tanpa usaha/dgn
usaha ).
Palpasi : letakkan tangan ke dada / punggung
Perkusi : lihat suara hasil perkusi
Auskultasi :
gunakan stetoskop
m. Pengkajian pada Jantung
-
Inspeksi
: pembesaran, nadi, distensi vena jugularis, edema, sianosis
-
Palpasi
: menentukan lokasi apikal impuls
-
Auskultasi
:Normalàbunyi jantung terdengar lebih keras pada apek jantung
daerah mitral dan tricuspid, murmur (vibrasi dlm rongga jantung/arteri utama).
n.
Pengkajian pada Abdomen
-
Inspeksi
abdomen luar: posisi supine dan lurus
-
Auskultasi
dilakukan ke 4 kuadran
-
Perkusi
: bunyi dulness / flatness terdengar di bawah iga kanan
-
Palpasi
: superfisial (permukaan) dan dalam
o.
Pengkajian pada Genitalia
-
Pemeriksaan
posisi supine
Genetalia pria :
glans, tangkai penis, preputium, lubang uretra dan skrotum
Genetalia wanita :
labia mayora, labia minora, uretra, orifisum orifice, vulva.
p.
Pengkajian pada Anus
Anus : lipatan gluteal, spingter ani
q.
Pengkajian pada Punggung dan
Ekstremitas
Punggung : Periksa punggung sepanjang tulang
belakang, Bentuk tulang belakang, Pergerakan tulang belakang. Normal : pergerakan
kepala ke semua arah tidak mengalami kesulitan
Ekstremitas : Kaji bentuk simetris terhadap panjang dan
lebar, Hitung jumlah jari kaki dan jari tangan, Catat adanya clubing, sianosis,
kuku dan kebersihan, sendi, reflek. Inspeksi suhu, warna, kekuatan otot Gaya
berjalan dan sudut berjalan
r.
Pengkajian Neurologis
Uji fungsi serebral :
-
Uji Jari ke Hidung : Dengan lengan anak terbuka lebar, minta anak
untuk menyentuh hidungnya dengan menggunakan jari telunjuk dengan mata terbuka
kemudian tertutup.
-
Uji Tumit ke Tulang Kering: sambil berdiri minta anak untuk
menggerakkan tumit salah satu kaki kearah bawah tulang kering atau bagian
anterior tibia tungkai lainnya baik dengan mata terbuka kemudian tertutup,
minta anak berdiri.
-
Uji Romber:
dengan mata tertutup minta anak berdiri dengan tumit
menempel satu sama lain, jatuh atau miring ke salah satu sisi adalah abnormal
dan disebut tanda romberg.
-
Uji koordinasi dengan meminta anak untuk meraih suatu mainan,
kencing baju, tali sepatu atau menggambar garis lurus pada selembar kertas.
Refleks
Pemeriksaan refleks dilakukan dengan menggunakan palu refleks berkepala karet, bagian datar jari, atau samping tangan. Refleks tendon dalam merupakan refleks peregangan dari suatu otot. Refleks tendon yang paling umum adalah hentakan lutut atau refleks patela (refleks quadrisep).
Pemeriksaan refleks dilakukan dengan menggunakan palu refleks berkepala karet, bagian datar jari, atau samping tangan. Refleks tendon dalam merupakan refleks peregangan dari suatu otot. Refleks tendon yang paling umum adalah hentakan lutut atau refleks patela (refleks quadrisep).
Saraf cranial (Kuesioner Perkembangan Praskrining Denver II )
PDQ-II
adalah revisi lebih lanjut dari PDQ dan R-PDQ. Versi ini menggunakan
standar-standar (persentil ke-90 dan ke-75) dari DENVER II. PDQ-II adalah
jawaban praskrining orang tua yang terdiri atas 91 pertanyaan dari DENVER-II,
walaupun hanya satu bagian pertanyaan yang ditanyakan untuk setiap kelompok
usia.
Empat
usia berbeda tersedia dan diseleksi berdasarkan usia : jingga (0 sampai 9
bulan), ungu (9 sampai 24 bulan), krem(2 sampai 4 tahun), putih (4 sampai 6
tahun). Jawaban pertanyaan pemberi perawatan sampai (1) tiga kali ‘tidak’
dilingkari (tidak perlu berurutan) atau (2) semua pertanyaan pada semua sisi
formulir telah di jawab. Pemberian skor berdasarkan jumlah keterlambatan atau
peringatan.
Skoring DDST II
Interpretasi skor DDST II
Lanjut—Butir
secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia ( dilewati oleh
kurang dari 25% anak pada usia yang lebih tua daripada usia anak ).
OK—Butir
yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia pada atau
diantara persentil ke-75
Peringatan—Butir
yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara
persentil ke-75 dan ke 90.
Terlambat—Butir
secara keseluruhan gagal, dilewati pada sebelah kiri garis usia juga dapat
dianggap, terlambat, karena alasan menolak mungkin akibat ketidakmampuan
melakukan tugas.
Interpretasi Uji
Normal—tidak
ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan. Dicurigai—Satu atau
lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih peringatan.
Tidak
dapat diuji—Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis
usia atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area
75% sampai 90%.
Rekomendasi
Perujukan pada Uji yang Mencurigakan atau yang Tidak Dapat Diuji. Lakukan uji
ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan factor-faktor sementara.
Jika
hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji, gunakan
penilaian klinis berdasarkan hal-hal berikut ini jumlah peringatan dan
keterlambatan; butir mana yang menjadi peringatan dan keterlambatan; tingkat
perkembangan masa lalu, pemerikasaan klinis dan riwayat, ketersedian
sumber-sumber rujukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar