Kamis, 29 September 2011

Imunisasi dan Pemeriksaan Fisik

A.    JENIS IMUNISASI DASAR
1)      DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
a).   Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh Corynebacterium Diphtheriae yaitu bakteri gram-positif yang mengeluarkan toksin (racun) yang bisa menimbulkan gejala lokal maupun umum. Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam tinggi dan tampak adanya selaput putih kotor pada amandel yang dengan cepat meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman difteri dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf
b).   Pertusis
Pertusis  adalah radang pernafasan (paru) disebut juga  batuk  rejan  atau batuk 100 hari karena lamanya sakit bisa mencapai 3 bulan lebih atau 100 hari. Gejala penyakit ini sangat khas, batuk yang bertahap, panjang dan lama, disertai bunyi  dan diakhiri dengan muntah.  Penyakit ini cukup berbahaya  bila menyerang anak balita, karena mata dapat bengkak dan berdarah atau bahkan dapat menyebabkan kematian karena kesulitan bernafas(RSUD. DR. Saiful Anwar, 2002). Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis, tetapi di beberapa daerah kadang-kadang juga oleh Bordetella Parapertusis (Gloria Cyber Ministries, 2001).
c).   Tetanus
Penyakit ini disebabkan oleh baksil Costridium Tetani yaitu bakteri gram-positif dan bersifat anaerob (bisa berbiak di dalam lingkungan tanpa oksigen). Bakteri ini bisa membentuk spora di dalam tanah, kotoran manusia dan binatang. Bila tidak terkena sinar matahari, spora bisa tahan sampai bertahun-tahun. Bakteri clostridium titani mengeluarkan toksin tetanospasmin. Jika racun ini masuk ke dalam tubuh melalui luka di bagian tubuh, maka akan berubah menjadi aktif dalam keadaan tanpa oksigen. Racun tetanospasmin kemudian menyebar dari luka melalui ujung syaraf dan menimbulkan kontraksi otot di sekitar daerah luka. Setelah itu, racun akan menjalar ke seluruh syaraf dan akhirnya mencapai sumsum tulang belakang dan menimbulkan kontraksi pada semua otot polos.
2)      Poliomyelitis
Penyakit Polio (Poliomyelitis Anterior Akuta) disebabkan oleh infeksi virus polio. Gejalanya bervariasi, mulai dari tanpa gejala sampai adanya kelumpuhan yang bersifat lemas tanpa mengganggu saraf perasa. Biasanya pada tungkai bawah dan bersifat menetap selamanya. Penyakit ini hanya menyerang manusia.
3)      Campak (Measles)
Penyakit ini  mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya bercak-bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh, dan anggota badan. Bercak merah akan menjadi coklat kehitaman dan menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada anak yang kurang gizi, penyakit ini diikuti oleh komplikasi yang berat seperti radang otak (encephalitis), radang paru, atau radang saluran kencing.
4)      BCG
Penyakit  Tuberkulosis  adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Micobacterium Tuberculosis yang mempunyai sifat tahan terhadap asam pada pewarnaan sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi dapat bertahan hidup  beberapa jam di temapat gelap dan lembab  (RSPI, 2003). Menurut SKRT 1995 Tuberkulosis  (TB) di Indonesia menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian setelah  jantung dan saluran pernafasan (Bambang  Supriatno, dkk, 2002).
5)      Hepatitis B
Infeksi  Hepatitis B merupakan masalah kesehatan terutama di negara berkembang dan padat penduduk. Untuk mencegah infeksi maka imunisasi Hepatitis B harus diberikan sedini mungkin.. Virus hepatitis B menyerang hati dan dapat menjadi kronik (menahun) yang mungkin berkembang menjadi cirrhosis (pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari (Murtagh J., 1998: 540; Theophilus, 2000).

B.     CARA DAN TEMPAT PEMBERIAN
1.      Imunisasi BCG
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.
Cara penyuntikan BCG : Bersihkan lengan dengan kapas air, Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas.Suntikan 0,05 ml intra kutan
2.      Imunisasi Hepatitis B
Vaksin berisi HBsAg murni,  Diberikan sedini mungkin setelah lahir,  Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml. Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B,  Dosis kedua 1 bulan berikutnya
Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan),  Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
3.      Imunisasi Polio
Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol merah. Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml). Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu, Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
4.      Imunisasi DPT
Terdiri dari toxoid difteri racun yang dilemahkan, Bordittela pertusis bakteri yang dilemahkan,  toxoid tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat. Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya. Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil. Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha. Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu. Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.
5.      Imunisasi Campak
Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5 cc pelarut aquades. Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian
C.    PENYIMPANAN VAKSIN
Kerusakan Vaksin Terhadap Suhu
a.       Suhu terlalu dingin : Pada vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu - 0,5 ºC dapat bertahan selama maksimum ½ jam dan DPT, DT, TT pada suhu - 5 ºC S/D -10 ºC dapat bertahan selama maksimum  1,5 – 2 jam.
b.      Suhu terlalu panas : Sedangkan vaksin DPT, DPT-HB, DT pada suhu beberapa ºC diatas suhu udara luar (ambient temperature < 34 ºC) dapat bertahan 14 hari sedangkan Hepatitis B dan TT dapat bertahan 30 hari.


D.    PERSIAPAN SEBELUM MELAKUKAN IMUNISASI
Sebulan sebelum waktu pelaksanaan perlu disampaikan pesan-pesan kepada masyarakat antara lain:
·         Pentingnya imunisasi bagi bayi dan balita
·         Mempersiapkan jadwal pelaksanaan dan tempat-tempat/pos kapsul vitamin atau vaksin dan pelayanan imunisasi campak (pakai poster “Pos Vaksin X” yang telah dikirim)
·         Bawa anti anafilaktik untuk mengatasi bila terjadi anaphylactic shock karena imunisasi
·         Pada hari H-1 semua sarana pelayanan telah mendistribusikan:
·         Data sasaran balita (alamat, nama ayah, nama ibu, tanggal lahir, umur).
·         “Undangan “ kepada sejumlah sasaran yang telah terdata.
·         Kapsul vitamin/ vaksin sebanyak 125 % jumlah sasaran.
·         Pakai kapsul vitamin/ ampul vaksin yang diterima lebih awal terlebih dahulu, perhatikan tanggal kadaluwarsa.
·         Alat suntik sesuai jumlah sasaran. Perhatian, Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi
E.     ASKEP PADA ANAK YANG AKAN DILAKUKAN IMUNISASI
·         Pengkajian Pra Imunisasi :Tulis biodata klien secara lengkap. Pengkajian secara umum mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Riwayat penyakit yang pernah diderita. Riwayat imunisasi yang pernah didapatkan oleh anak. Riwayat prenatal. Riwayat kejang. Riwayat penyakit keluarga ( Disfungsi imunologi,HIV/ AIDS, Kanker ). Riwayat obat- obatan. Riwayat alergi terhadap obat tertentu.
·         Diagnosa NANDA, Hasil NOC, dan Intervensi NIC
o   Nanda NOC NIC
-          Kesiagaan untuk meningkatkan status imunisasi : Kontrol imun yang hipersensitif
Status respirasi, nadi, gastrointestinal,dan ginjal dalam batas IER
-          Bebas reaksi alergi : Bebas respon imflamasi local, Bebas dari kejadian autoimun, Tidak ada auto antibody atau auto-antigen
-          Status imun           :  Infeksi ulangan tidak terjadi, Tidak ada bengkak,  Berat IER
Imunisasi sekarang
-          Perilaku imunisasi : Menyatakan resiko penyakit tampa imunisasi, Mendeskripsikan resiko yang berhubungan dengan imunisasi khusus, Mendeskripsikan kontraindikasi imunisasi khusus, Membawa kartu vaksin setiap berkunjung, Konfirmasi jadwal imunisasi selanjutnya Pemberian imunisasi/vaksin, Mengajarkan orang tua daftar imunisasi yang direkomendasikan, cara imunisasi diberikan, alas an, keuntungan, reaksi berlawanan, dan efek samping, Sediakan informasi imunisasi dalam bentuk tertulis, Sediakan teknik pemberian yang tepat, Identifikasi rekomendasi terbaru tentang imunisasi, Memantau pasien selama periode khusus setelah pemberian obat,  Menahan anak selama imunisasi, Jadwal imunisasi sesuai dengan interval waktu
-          Persiapan vaksin
-          Kecemasan Control kecemasan: Memantau intensitas kecemasan, Membuang penyebab cemas, Menurunkan rangsangan lingkungan ketika cemas, Merencanakan strategi koping pada situasi yang menekan, mempertahankan hubungan social, laporan adukuat tidur, mengontrol kecemasan
-          Control dorongan :  mengidentifikasi sikap yang membahayakan, identifikasi perasaan utama yang mendorong aksi impulsive, identifikasi akibat aksi impulasif bagi diri dan orang lain, identifikasi dukungan sosial
-          Keahlian interaksi social : pengungkapan, kemudahan menerima, kerjasama, sensitifitas, konfrontasi, kehangatan, rileks. Pertimbangan
-          Control penyerangan : Menahan diri dari luapan, Menahan diri dari tempat personal orang lain, Menahan diri dari membahayakan orang lain, Menahan diri dari merusak property, Kebutuhan komunikasi tang tepat, Komunikasi perasaan yang yang tepat
-          Pengurangan kecemasan : Berbicara dengan tenang, Jelaskan keadaan harapan untuk sikap pasien, Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi seperti pengalaman pada prosedur, Sediakan informaasi nyata tentang diagnosis, perlakuan dan prognosis, Tinggal bersama pasien untuk memperkenalkan keselamatn dan mengurangi rasa takut
-          Teknik tenang : Pegang dan nyamankan bayi atau anak, Menguncang bayi jika perlu,  Bicara lembut atau bernyanyi pada bayi atau anak, Pertahankan kontak mata, Duduk dan bicara dengan pasien, Tawarkan minuman hangat atau susu.
-          Kehadiran : Deminstrasikan sikap menerima : Komunikasi verbal berempati, Tegakkan kepercayaan dan perhatian yang positif, Dengarkan kecemasan pasien, Pegang pasien untuk mengurangi kecemasan, Tawarkan atau hubungi orang lain yang bisa mendukung
-          Manajemen rasa khawatir berlebihan : Ikutsertakan keluarga dalam perencanaan, penyediaan, evaluasi, dan perawatan, Pantau fungsi koognitif menggunakan standar alat pengkajian, Sediakan cahaya yang cukup tapi tidak menyilaukan, Perkenalkan diri pada inisiasi kontak,  Berikan arah sederhana pada waktu yang tepat, Berbicara jelas, lembut,hangat, dengan suara yang respek
o   Intervensi Keperawatan Saat akan melakukan penyuntikan vaksin
-          Komunikasi teraupeutik dengan ortu/klg
-          Informasi tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tdk imunisasi.
-          Periksa kembali persiapan u/ imunisasi untuk mengantisipasi hal- hal yg tdk diinginkan.
-          Baca dgn teliti informasi tentang produk
-          Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra thd vaksin yang akan diberikan.
-          Periksa jenis vaksin dan yakinkan kalau vaksin disimpan dgn baik
-          Periksa vaksin yang akan diberikan, apakah ada tanda- tanda perubahan pada vaksin tersebut, periksa tanggal kadaluawarsa, dan catat hal- hal istimewa, seperti ada perubahan warna.
-          Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal, dan tawarkan tawarkan vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.
-          Berikan vaksin dgn tehnik yang benar.

F.     PENGKAJIAN FISIK
a.      Urutan Pemeriksaan, Persiapan Anak
Biasanya, urutan pemeriksaan pasien mengikuti arah dari kepala sampai ke kaki untuk memberikan pedoman umum dalam mengkaji setiap daerah tubuh untuk meminimalkan adanya bagian yang terlewat dalam pemeriksaan.
Adapun komunikasi yang dilakukan perawat sebelum melakukan pemeriksaan fisik antara lain:
-          Bicara terlebih dahulu pada orang tua
-          Mulai kontak dengan anak dengan menceritakan sesuatu yang lucu.
-          Gunakan mainan sebagai pihak ketiga dalam bentuk yang lain sebagai titik masuk
berbicara pada anak
-          Apabila memungkinkan, ajukan pilihan pada anak tersebut tentang pemeriksaan yang
diinginkan
-          Pemeriksaan yang menimbulkan trauma dilakukan paling terakhir
-          Hindarkan pemeriksaan dengan menggunakan alat yang menimbulkan rasa takut,
misalnya termometer atau stetoskop yang terasa dingin
b.      Pengukuran Pertumbuhan
-          Panjang Badan   : kepala dipegang pada garis tengah, merapatkan kedua tumit hati-hati, menekan kedua tumit sampai ekstensi
-          Tinggi Badan     : Berdiri setegak mungkin, Pandangan sejajar lantai, Tanpa alas kaki
-          Pengukuran Pertumbuhan
Berat Badan       : Pastikan timbangan pada posisi nol, datar, Usia < 3 bulan telanjang
-          Lingkar Lengan  : tempat pertengahan lengan
-          Lingkar Kepala: sampai usia 36 bulan diameter terbesar diatas alis, daun telinga prominensia oksipitalis usahakan ukuran sampai per sepuluh cm
c.       Pengukuran Fisiologis
-          Suhu                :oral = 7 menit, rektal = 4 menit, axila = 5 menit, 
-          Nadi                :infant = apical, anak 2 th = radial  dihitung 1 menit
-          Pernafasan       : bayi = gerakan abdomen, anak = gerakan dada, dihitung 1 menit 
-          Tekanan darah : ukuran manset sesuai, gunakan posisi sama, pertahankan ektremitas, baca manometer sejajar mata 
d.      Pengkajian Penampilan Umum
Nutrisi = kurus, gemuk, ideal
Tingkah laku = kepribadian, aktifitas
Interaksi = orang lain, ortu, perawat
Postur tubuh = posisi, tipe gerak tubuh
Perkembangan = perlu diuji ulang
Kebersihan diri = bau badan, kondisi baju, bau mulut, gigi, kaki.
e.       Pengkajian pada Kulit
-          Warna              : Normal          : bervariasi (coklat, putih, hitam dll)
Abnormal        : kebiruan, kekuningan, pucat dll
-          Tekstur            : Normal          : halus, lembut, lembab/basah, tidak berminyak
Abnormal        : kering = kurang vit A   basah = penyakit jantung dll
-          Suhu                : Raba suhu kulit dan bandingkan bag. lain.
-          Turgor             : Cubit kulit abdomen dengan telunjuk dan ibu jari, lepaskan dengan cepat
Baik : kembali cepat kurang dari 3 detik, Kurang : kembali ke keadaan semula lama, meningggalkan bekas / tanda.
f.       Pengkajian pada Kelenjar Limfe
Kelenjar getah bening harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
g.      Pengkajian pada Kepala Leher dan Mata
·         Kepala
-          Bentuk : Normal = Mesocepal, simetris, Besar (Macrocepal),  Kecil (microsepal) Asimetris = prematur (craniosynostosis)
-          Fontanel : menutup (posterior  = 2 bl, anterior = antara 12 s/d 18 bulan)
·         Leher
-          Pergerakan, ukuran dan struktur         : leher pendek = sindrom turner, distensi vena leher = sulit bernafas, palpasi kel. Tiroid : normal = tiroid bergerak saat menelan, massa di leher = catat dan laporkan
·         Mata
Kelopak mata/palpebra : warna, ukuran, pergerakan ( strabismus )
Lapisan putih / sklera: normal : putih, bersih. Warna biru, kuning (ikterus), merah (berdarah)
Kornea : normal = bersih, transparan merah = darah
Pupil : normal = isokor, diameter 2 mm ,dilatasi: (takut), anisokor (cidera cerebral)
Iris : normal = bulat penuh, jernih, bintik (katarak)
Pemeriksaan penglihatan
-          Binokularitas                           :Tes Reflek kornea, Tes penutup mata
-          Ketajaman Penglihatan           :Tes Snellen
-          Penglihatan Perifer                  :Tes Lapangan pandang
-          Penglihatan Warna                  :Test Ischihara, Test Hardy Ranold Ritter
h.      Pengkajian pada Telinga
-          Inspeksi struktur telinga luar
-          Pemeriksaan telinga dalam = otoskop dan spekulum telinga
-          Pemeriksaan kemampuan pendengaran
-          Tes audiometer : Tes reflek kejut pada neonates, Tes Weber = garpu tala, Tes Vestibular = kursi putar
i.        Pengkajian pada Hidung
-          Inspeksi struktur eksternal 
-          Terletak di tengah wajah, diantara mata, dan diatas bibir, bentuk simetris
-          Inspeksi struktur internal
-          Alat otoskop dan spekulum hidung
-          Membran nasal : normal = lebih merah dari membran mulut, seperti membengkak
-          Septum : normal = simetris
j.        Pengkajian pada Mulut dan Tenggorokan
Mulut dan tenggorokan
Rongga mulut : bibir s.d arkus palatofaringeal
Orofaring : epiglotis s.d tepi bawah adenoid
Nasofaring : tepi bawah adenoid s.d rongga hidung
Suruh anak membuka mulut lebar-lebar, mengatakan “ahh”, bagian belakang mulut akan terlihat
Bayi dengn pijit hidungnya atau dengan tongue spatel
k.      Pengkajian pada Dada
Melakukan : Inpeksi ukuran dada, Bentuk, Simetri, Pergerakan, Perkembangan payudara,
Struktur tulang yang dibentuk antara sternum dan iga
l.        Pengkajian pada Paru
Inspeksi           : Jumlah pernafasan/menit, irama (reguler,irreguler, periodik), kedalaman ( dalam, dangkal), kualitas (otomatis, tanpa usaha/dgn usaha ).
Palpasi             : letakkan tangan ke dada / punggung
Perkusi            : lihat suara hasil perkusi
Auskultasi        : gunakan stetoskop
m.    Pengkajian pada Jantung
-          Inspeksi : pembesaran, nadi, distensi vena jugularis, edema, sianosis
-          Palpasi : menentukan lokasi apikal impuls
-          Auskultasi :Normalàbunyi jantung terdengar lebih keras pada apek jantung daerah mitral dan tricuspid, murmur (vibrasi dlm rongga jantung/arteri utama).
n.      Pengkajian pada Abdomen
-          Inspeksi abdomen luar: posisi supine dan lurus
-          Auskultasi dilakukan ke 4 kuadran
-          Perkusi : bunyi dulness / flatness terdengar di bawah iga kanan
-          Palpasi : superfisial (permukaan) dan dalam
o.      Pengkajian pada Genitalia
-          Pemeriksaan posisi supine
Genetalia pria : glans, tangkai penis, preputium, lubang uretra dan skrotum
Genetalia wanita : labia mayora, labia minora, uretra, orifisum orifice, vulva.
p.      Pengkajian pada Anus
Anus : lipatan gluteal, spingter ani
q.      Pengkajian pada Punggung dan Ekstremitas
Punggung        : Periksa punggung sepanjang tulang belakang, Bentuk tulang belakang, Pergerakan tulang belakang. Normal : pergerakan kepala ke semua arah tidak mengalami kesulitan
Ekstremitas     : Kaji bentuk simetris terhadap panjang dan lebar, Hitung jumlah jari kaki dan jari tangan, Catat adanya clubing, sianosis, kuku dan kebersihan, sendi, reflek. Inspeksi suhu, warna, kekuatan otot Gaya berjalan dan sudut berjalan
r.       Pengkajian Neurologis
Uji fungsi serebral :
-          Uji Jari ke Hidung : Dengan lengan anak terbuka lebar, minta anak untuk menyentuh hidungnya dengan menggunakan jari telunjuk dengan mata terbuka kemudian tertutup.
-          Uji Tumit ke Tulang Kering: sambil berdiri minta anak untuk menggerakkan tumit salah satu kaki kearah bawah tulang kering atau bagian anterior tibia tungkai lainnya baik dengan mata terbuka kemudian tertutup, minta anak berdiri.
-          Uji Romber: dengan mata tertutup minta anak berdiri dengan tumit menempel satu sama lain, jatuh atau miring ke salah satu sisi adalah abnormal dan disebut tanda romberg.
-          Uji koordinasi dengan meminta anak untuk meraih suatu mainan, kencing baju, tali sepatu atau menggambar garis lurus pada selembar kertas.
Refleks
Pemeriksaan refleks dilakukan dengan menggunakan palu refleks berkepala karet, bagian datar jari, atau samping tangan. Refleks tendon dalam merupakan refleks peregangan dari suatu otot. Refleks tendon yang paling umum adalah hentakan lutut atau refleks patela (refleks quadrisep).
Saraf cranial (Kuesioner Perkembangan Praskrining Denver II )
PDQ-II adalah revisi lebih lanjut dari PDQ dan R-PDQ. Versi ini menggunakan standar-standar (persentil ke-90 dan ke-75) dari DENVER II. PDQ-II adalah jawaban praskrining orang tua yang terdiri atas 91 pertanyaan dari DENVER-II, walaupun hanya satu bagian pertanyaan yang ditanyakan untuk setiap kelompok usia.
Empat usia berbeda tersedia dan diseleksi berdasarkan usia : jingga (0 sampai 9 bulan), ungu (9 sampai 24 bulan), krem(2 sampai 4 tahun), putih (4 sampai 6 tahun). Jawaban pertanyaan pemberi perawatan sampai (1) tiga kali ‘tidak’ dilingkari (tidak perlu berurutan) atau (2) semua pertanyaan pada semua sisi formulir telah di jawab. Pemberian skor berdasarkan jumlah keterlambatan atau peringatan.
Skoring DDST II
Interpretasi skor DDST II
Lanjut—Butir secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia ( dilewati oleh kurang dari 25% anak pada usia yang lebih tua daripada usia anak ).
OK—Butir yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil ke-75
Peringatan—Butir yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil ke-75 dan ke 90.
Terlambat—Butir secara keseluruhan gagal, dilewati pada sebelah kiri garis usia juga dapat dianggap, terlambat, karena alasan menolak mungkin akibat ketidakmampuan melakukan tugas.
Interpretasi Uji
Normal—tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan. Dicurigai—Satu atau lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih peringatan.
Tidak dapat diuji—Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area 75% sampai 90%.
Rekomendasi Perujukan pada Uji yang Mencurigakan atau yang Tidak Dapat Diuji. Lakukan uji ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan factor-faktor sementara.
Jika hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji, gunakan penilaian klinis berdasarkan hal-hal berikut ini jumlah peringatan dan keterlambatan; butir mana yang menjadi peringatan dan keterlambatan; tingkat perkembangan masa lalu, pemerikasaan klinis dan riwayat, ketersedian sumber-sumber rujukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar