Selasa, 08 November 2011

Entrepreneurship dalam perspektif keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN

Peningkatan kewaspadaan masyarakat, kesadaran masyarakat akan hak-haknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas, meningkatnya persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat yang baik seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak ke arah entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai menjual kreatifitas dan kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan semakin sulit direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal yang sangat terlihat membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain saat ini adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan bentuk layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat semata. Oleh karena itu,  pengembangan entrepreneurship sejak masa pendidikan perlu ditanamkan agar kreatifitas mahasiswa keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi pemiliknya kelak ketika memulai untuk terjun ke dunia kerja.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan tersebut membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu, sebenarnya entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual-pembeli, namun ke arah pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide-ide dan peristiwa sehari-hari, dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa dan memiliki selling point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di ruangan saat pasien telah selesai diberikan tindakan dan asuhan kaperawatan, seringkali menggunakan waktu luangnya untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien harian dan hal-hal minor yang lain. Boleh menjadi bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola sehingga bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak jika dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas manajemen rumah sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu meningkatkan peranannya di rumah sakit.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)
Salah satu definisi Keperawatan menurut Virginia Henderson : Fungsi unik dari perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan serta penyembuhan atau membimbing klien agar meninggal dunia dengan tenang.  Segala yang dilakukan perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Kata kunci dari definisi tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada bantuan orang lain.
Perawat secara empiris cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini terutama dipengaruhi tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale. Tipe sosial (Senang membantu atau bekerja dengan orang lain, menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal dan sains. Tidak seperti perawat Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik, tingginya harga BBM tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas. Keperawatan, hal ini telah menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas secra finansial dan kurang dihargai.
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan konsep John L Holland, saat ini dibutuhkan perawat yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising. Perawat tipe ini cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan mempromosikan produk atau gagasan. Dengan perawat tipe ini ia akan lebih mandiri secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Dari definsi di atas dikemukakan bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial akan mempengaruhi tuntutan dalam dunia  keperawatan, terutama yang menyangkut asuransi pelayanan kesehatan.

2.2. PENGERTIAN ENTREPRENEUR
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari bahasa Perancis yang bermakna seseorang yang melakukan dan mengoperasikan kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture (bisnis) yang dihubungkan dengan pengambilan resiko.
Secara umum entrepreneur selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non profit.
Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk dalam market baru. Dalam hal ini seseorang itu mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang entrepreneur.
2.3. PENGERTIAN NURSEPRENEURS
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam pengembangan karir dari peran dan fungsi perawat. pengembngan karir tersebut dapat menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai kesehatan swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham, atau owner yang akan menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai ada di Indonesia, misalnya Saat pembubaran Konas jiwa. Di Bali perawat memiliki balai Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.  
Selain peran tersebut perawat juga dapat melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh adanya tim riset yang meneliti perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi modalitas, tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit atau intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat juga bergerak dalam bidang pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan perawat lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat ibadah haji.  
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata kata yaitu “nurse’ dan “entrepreneur”. Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur sendiri memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang disampaikan oleh  John G. Burch dalam http:wikipedia.org/wiki/Entrepreneur., Entreprenuer memiliki sifat :
  • Berhasrat mencapai prestasi
  • Seorang Pekerja keras
  • Ingin bekerja untuk dirinya
  • Mencapai kualitas
  • Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
  • Optimis
  • Berorganisasi
  • Berorientasi kepada keuntungan
 Seseorang yang berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat entrepreneur dalam kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai entrepreneur, termasuk seorang perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari yang dihadapi perawat di ruangan akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa entreperneur memilki ciri berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan pasien, cucian keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang sakit dengan anak.
Disamping hal tersebut ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan oleh perawat yang tergabung dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia, Qatar dan Kuwait. Mereka mencoba berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki keberanian untuk hijrah dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gajih yang diperoleh, gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin uang.
Secara konseptual Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1.     Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja untuk diri sendiri.
2.     Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang pun memilikinya.
3.     Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
4.     Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental dan fisik.
5.     Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko
Entrepeneur bagi perawat sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing), namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap sangat diperlukan karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut tanpa tabung gas.
Jadi yang terpenting dari seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko serta siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang membuat entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus pemikiran orang banyak atau kreatif.
2.4. KIAT MENJADI NURSEPRENEUR
Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse intrapreneur. Seorang perawat nurse entrepreneur adalah seorang perawat yang menjalankan wirausaha-nya sendiri atau dengan beberapa teman dalam bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang perawat intrapreneur adalah seorang perawat yang menjalankan “bisnis” dalam divisi atau bagian dari satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat lakukan, dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat “berbisnis”.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan, mencoba hal baru, dan berani. Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa sales, customer services, budgeting, forecasting dan manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil bekerja dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha. Setelah kita yakin siap, maka bisa langsung terjun dalam entrepreneurship  untuk mengurus bisnis sendiri.
 2.5. MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR
Menurut Robert Kiyosaki tingkatan terendah dalam bekerja menurut penghasilannya adalah Employer (pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan tingkatan ketiga adalah investor (pemilik modal). Jawaban menarik yang disampaikan oleh para perawat yang bekerja di Kuwait kalau ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat kembali di Indonesia nanti (saat resign)?. Sebagaian besar mereka menjawab ”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang telah merintis berbagai jenis usaha bisa berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan tidak sama sekali. Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti tahunan) mulai merintis bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau membuat kontrakan, transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy, makanan, property, wartel/warnet, usaha komputer, service hp, bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian, mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar negara (income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal menjadi pebisnis dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang perlu modal finansial dan modal karakter. Untuk mencari modal finansial kita boleh menjadi karyawan dulu (employer). Setelah gaji kita ditabungkan maka kita mulai punya modal finansial yang akan kita rubah menjadi mesin pencetak uang (aset). Kemudian hasilnya dapat diinvestasikan oleh perawat yang akan menjadi pasif income.
 2.6. MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT) DAN MERUBAH PARADIGMA BERPIKIR (CHANGE THINKING PARADIGM)
Perawat sering berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet saat mau dinas ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis yang berserakan, sulitnya meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan siang, tidak keburu masak di rumah, mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami.
Seorang perawat yang berjiwa entrepreneur akan mulai berpikir beda dan berpikir untung. Tahap selanjtnya mungkin muncul gagasan-gagasan segar dan ide-ide kreatif misalnya perawat menciptakan CD rekaman English for nurse saat macet, laundry for nursing staf, Re-use machine for waste medical, katering siap antar bagi perawat atau penitipan bayi bagi perawat. Ide-ide tersebut harus dibiasakan muncul. Seberapa jeleknya ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus dimunculkan. Di luar negeri justru ide sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide tentang alat penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat makan dan tercelup pada makanan.
2.7. MODEL ENTREPRENEURSHIP
Model entrepreneurship secara sederhana dimulai dengan diketahui adanya peluang, mampu menggunakannya, kemudian jika terdapat hambatan, mampu mengatasi hambatan yang ada. Diperlukan juga kemampuan cara melakukan entrepreneurship itu sendiri sehingga tercipta usaha baru ( peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat menjadi entrepreneur dibagi menjadi:
·         Trend demografi
Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya memerlukan perawatan dalam menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan mungkin beberapa klien memerlukan penjagaan atas privacy-nya sehingga memerlukan pelayanan secara khusus .

·         Kesempatan di falitas kesehatan
Terlibat dalam produksi atau pendistribusian suplemen yang baik untuk pasien di rumah sakit. Mungkin kedepannya tidak menutup kemungkinan rumah sakit akan melakukan outsourcing tenaga perawat untuk memotong besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya rumah sakit tidak akan memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat pasien yang sangat banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.
·         Trend sosial
Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang sehingga untuk tetap sehat membutuhkan perawatan untuk mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini focus kepada kelompok – kelompok tertentu seperti klub jantung sehat.
Peluang – peluang diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat karena perawat di rumah sakit sangat dekat dengan pasien, namun untuk memanfatkan peluang tersebut perawat sering menghadapi hambatan – hambatan diantaranya: isu malpraktek, tidak punya hak istimewa dari rumah sakit, padangan skeptis dari beberapa dokter tentang peran independen perawat, dan ketakutan rumah sakit akan menurunnya kedisiplinan perawat.
v  Aspek legal
Perawat dalam menjalankan entrepreneurshipnya sering dihantui oleh sangsi hukum, oleh karena itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU praktik keperawatan. Tetapi tentunya aspek hukum yang harus dikuasai bukan hanya tentang perawat tentunya undang – undang atau peraturan hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.
v  Etik dan konflik personal
Banyak perawat beranggapan bahwa berbisnis bertentangan dengan kode etik dan nilai perawat.dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian masyarakat terhadap perawat. Dan untuk menghindari terjadinya konflik personal perawat lebih suka bekerja di klinik tempat praktek dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri dari perawat dinilai tidak ada oleh masyarakat atau dengan kata lain tidak kompeten dan menjadi perawat tidak survive untuk menunjukan eksistensi tindakan keperawatan mandiri.
v  Hambatan dari pengetahuan
Kemampuan perawat dalam memulai bisnis belum terlihat hal ini disebabkan karena ketidakmampuan mengembangkan perencanaan bisnis (akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi, hukum, perencanaan, insurance, anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan, keterampilan klinik dan keperawatan). Manajemen perawat lebih difokuskan kepada manajemen pasien tidak kepada manajemen perusahaan dan masih banyak perawat beranggapan bahwa masyarakat hanya membutuhkan rumah sakit dan dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan, kalau berbisnis mempunyai risiko yang tinggi. Hal ini berdampak banyak perawat kesulitan dalam memulai usaha baru.
Solusi untuk mengatasi masalah diatas diantaranya dengan cara :
ü  Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan tentunya kepada perawat yang sudah menjadi entrepreneur sejati harus terpanggil jika menginginkan terbentuk perawat yang berjiwa entrepreneur. Sehingga perawat berani memulai bisnis baru.
ü  Perawat harus membuat komuniti perawat entrepreneurship sehingga dapat menggali potensi bisnis perawat, mengetahui tren bisnis perawat yang baru dan membuat arahan – arahan yang positif untuk meningkatkan income bagi bisnis perawat.
ü  Organisasi profesi harus mampu membuat dan mengembangkan area – area entrepreneurship perawat termasuk perlindungan hukumnya.
ü  Membuat komuniti untuk mengidentifikasi portensi bisnis perawat, terhubung dengan trend bisnis baru dan meningkatkan arahan – arahan untuk meningkatkan praktek
ü  Perawat harus memperbaiki mental entrepreneurnya dan mempelajari peran – peran seorang entrepreneur
ü  Kerjasama dengan pihak – pihak lain seperti rumah sakit, pemerintah dan swasta yang dapat dijembatani oleh organisasi profesi.

BAB III
PENUTUP
Entrepreneur sebagai peluang atau “The preneurship of creative destruction “ dan ini merupakan peluang komersial , dan ini ada tiga pengaruh penting dalam bisnis yaitu :a diharapkan bekerja sendiri ( self employed ), entrepreneurship home care yang pada dasar nya membahas pengorgnisasian ,dan ketiga adalah dorongan utama dibelakang inovasi dalam masyarakat sesuai dengan trend di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner Theory and Practice in Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Black, M. 2002. A Handbook on Advocacy – Child Domestic Workers: Finding a Voice. Anti-Slavery International. Sussex, UK: The Printed Word.
Bracht, N. (Ed.). 1990. Health promotion at the community level. Newbury Park, CA: Sage.
Co, M.J. 2004. The Formal Institutional Framework of Entrepreneurship in the Philippines: Lessons for Developing Countries. The Journal of Entrepreneurship, 13 (2): 185-203.
Cohen, E. 1996. Nurse Case Management in the 21st Century. St. Louis: Mosby-Year Book. Inc.
Cohen, D., de la Vega, R., & Watson, G. 2001. Advocacy for Social Justice: A Global Action and Reflection Guide. Bloomfield, CT: Kumarian Press.
Community Health Nurses Association of Canada. 2003. Canadian community health nursing standards of practice. Ottawa: Author.
Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi APBD untuk Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit Strategy). Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan http://www. promokes.go.id, diunduh pada tanggal 25 September 2005.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar