BAB I
PENDAHULUAN
Peningkatan kewaspadaan masyarakat,
kesadaran masyarakat akan hak-haknya di muka hukum, terbukanya era pasar bebas,
meningkatnya persaingan nasional dan internasional, dan peningkatan kualitas
pendidikan dasar menjadi sebuah tantangan yang perlu dijawab oleh dunia
keperawatan. Orientasi bahwa sarjana keperawatan akan menjadi perawat yang baik
seharusnya sudah mulai ditinggalkan. Saat ini dunia telah mulai bergerak ke
arah entrepreneurship, dimana setiap anak bangsa harus memulai menjual kreatifitas dan
kemampuan yang dimilikinya. Tampaknya hal tersebut akan semakin sulit
direalisasikan oleh generasi keperawatan jika trends dunia tersebut tidak
diikuti oleh arahan penyelenggara pendidikan keperawatan dengan baik. Satu hal
yang sangat terlihat membedakan keperawatan dengan profesional kesehatan lain
saat ini adalah bahwa sampai dengan saat ini keperawatan masih belum menemukan
bentuk layanan pokok yang hanya dapat dilakukan dan menjadi kewenangan perawat
semata. Oleh karena itu, pengembangan entrepreneurship sejak masa pendidikan perlu ditanamkan agar kreatifitas mahasiswa
keperawatan dapat tumbuh dan menjadi nilai jual dan daya saing tersendiri bagi
pemiliknya kelak ketika memulai untuk terjun ke dunia kerja.
Entrepreneurship erat kaitannya dengan upaya mandiri untuk menghasilkan uang tanpa
harus banyak bergantung kepada pihak-pihak tertentu. Mungkin pernyataan
tersebut membuat sebagian orang berpikir tentang perdagangan. Lebih dari itu,
sebenarnya entrepreneurship tidak hanya berbicara soal penjual-pembeli, namun ke arah
pengembangan kreatifitas dalam membuka peluang baru untuk menciptakan lapangan
kerja sendiri, menjual ide baru, mengembangkan ide-ide dan peristiwa
sehari-hari, dan mengkombinasikan hal-hal biasa menjadi sesuatu yang luar biasa
dan memiliki selling point and value yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Selama ini rutinitas perawat di
ruangan saat pasien telah selesai diberikan tindakan dan asuhan kaperawatan,
seringkali menggunakan waktu luangnya untuk menyiapkan kasa dan kapas untuk
disterilisasi, menyiapkan set untuk perawatan klien harian dan hal-hal minor
yang lain. Boleh menjadi bayangan bagaimana jika contoh tersebut dikelola
sehingga bernilai jual. Contoh lainnya, saat ini penderita penyakit kronis
mengalami peningkatan dari segi kuantitas. Tentunya kondisi ini sedikit-banyak
jika dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu lama akan menurunkan kualitas
manajemen rumah sakit dan cost inefective. Jika peluang itu dapat ditangkap, maka seharusnya perawat mampu
meningkatkan peranannya di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KEPERAWATAN (NURSING)
Salah satu definisi Keperawatan menurut
Virginia Henderson : Fungsi unik dari perawat adalah membantu individu baik
sehat maupun sakit dalam melaksanakan kegiatan yang menunjang kesehatan serta
penyembuhan atau membimbing klien agar meninggal dunia dengan tenang.
Segala yang dilakukan perawat adalah untuk membantu meningkatkan dan
menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak bergantung pada
bantuan orang lain.
Kata kunci dari definisi
tersebut adalah menumbuhkan kemauan, kekuatan dan pengetahuan agar tidak
bergantung pada bantuan orang lain.
Perawat secara empiris
cenderung didasarkan pada kepribadian tipe sosial, hal ini terutama dipengaruhi
tokoh keperawatan dunia sejak zamannya Florence Nightingale. Tipe sosial (Senang membantu atau bekerja dengan orang
lain, menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan
ketrampilan berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam
kemampuan mekanikal dan sains. Tidak seperti
perawat Indonesia, Florence tidak mengalami mahalnya tarip dasar listrik,
tingginya harga BBM tanpa subsidi, mahalnya pendidikan anak berkualitas.
Keperawatan, hal ini telah menyebabkan banyaknya perawat kurang cerdas secra
finansial dan kurang dihargai.
Berdasarkan konsep King yang dilengkapi dengan
konsep John L Holland, saat ini dibutuhkan
perawat yang memiliki kepribadian Tipe usaha/enterprising.
Perawat tipe ini cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang baik
dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan
mempromosikan produk atau gagasan. Dengan perawat tipe ini ia akan lebih
mandiri secara finansial, klien akan sehat dan terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Dari definsi di atas dikemukakan
bahwa aspek ekonomi serta dukungan finansial akan mempengaruhi tuntutan dalam
dunia keperawatan, terutama yang menyangkut asuransi pelayanan kesehatan.
2.2. PENGERTIAN ENTREPRENEUR
Entrepreneur sebuah kata yang berasal dari
bahasa Perancis yang bermakna seseorang yang melakukan dan mengoperasikan
kegiatan enterprise (perdagangan) atau venture (bisnis) yang
dihubungkan dengan pengambilan resiko.
Secara umum entrepreneur
selalu dikaitkan dengan bisnis, namun sebenarnya tidak selalu demikian. Seorang entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk
pelayanan jasa/produk dalam market baru, baik itu bersifat profit ataupun non
profit.
Seorang entrepreneur
adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk pelayanan jasa/produk dalam market
baru. Dalam hal ini seseorang itu mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif
dengan daya kreasi dan membuat sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu
peluang serta berani mengambil risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat
mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba
memperebutkan kesempatan kerja yang sangat sempit, ia justru berpikir melakukan
suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi
sesamanya, ia dapat dikatakan sebagai seorang entrepreneur.
2.3. PENGERTIAN NURSEPRENEURS
Secara konseptual Nursepreneur termasuk dalam
pengembangan karir dari peran dan fungsi perawat. pengembngan karir tersebut
dapat menjadi pengelola klinik atau sarana kesehatan lainnya. Misalnya manager
spa, manager fisioterapi, manager Nursing Center, manager Balai kesehatan
swasta, pemilik massage dan refleksi, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana, dalam hal ini
perawat dapat bertindak sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham,
atau owner yang akan menggaji karyawannya. Hal seperti ini sudah mulai
ada di Indonesia, misalnya Saat pembubaran Konas jiwa. Di Bali perawat memiliki
balai Keperawatan yang dipadukan dengan fisioterapi.
Selain peran tersebut perawat juga dapat
melakukan penelitian-penelitian, sebagai contoh adanya tim riset yang meneliti
perawatan luka, cara ganti balutan efektif, kompres modern, terapi modalitas,
tehnik relaksasi dsb. Masalah penelitian direkomendasikan dari Rumah sakit atau
intistusi kesehatan yang membutuhkan solusi. Misalnya kenapa kunjungan ke RS
tertentu sangat rendah, maka perawat manajemen akan melakukan riset yang didanai
rumah sakit yang bersangkutan, termasuk riset kepuasan klien.
Disamping peran-peran di atas perawat dapat
juga bergerak dalam bidang pendidikan atau menyediakan pelatihan-pelatihan atau
sebagai konsultan. Misalnya pelatihan baby siter, pelatihan perawat
lansia, perawat anak di rumah atau perawat yang akan mendampingi klien saat
ibadah haji.
Nursepreneur adalah rangkaian dari dua kata
kata yaitu “nurse’ dan “entrepreneur”. Nurse artinya seorang perawat, sedangkan Entrepreneur
sendiri memiliki berbagai pengertian dan sifat, salah satunya yang disampaikan
oleh John G. Burch dalam http:wikipedia.org/wiki/Entrepreneur.,
Entreprenuer memiliki sifat :
- Berhasrat mencapai prestasi
- Seorang Pekerja keras
- Ingin bekerja untuk dirinya
- Mencapai kualitas
- Berorientasi kepada Reward dan Kesempurnaan
- Optimis
- Berorganisasi
- Berorientasi kepada keuntungan
Seseorang yang
berprofesi apapun, asal mampu menerapkan 8 aspek sifat entrepreneur dalam
kehidupan sehari-harinya, maka dapat dikategorikan sebagai entrepreneur,
termasuk seorang perawat. Dengan jiwa Entrepreneur masalah sehari-hari yang
dihadapi perawat di ruangan akan menjadi uang. Karena perawat yang berjiwa
entreperneur memilki ciri berorientasi pada keuntungan. Sebagai contoh masalah
menumpuknya botol infus bekas, abocate yang tak terpakai, sisa makanan
pasien, cucian keluarga perawat, penunggu pasien, terpisahnya orang tua yang
sakit dengan anak.
Disamping hal tersebut
ada fenomena menarik seperti apa-apa yang dilakukan oleh perawat yang tergabung
dalam asosiasi perawat Indonesia yang bekerja di malaysia, Saudi Arabia, Qatar
dan Kuwait. Mereka mencoba
berorganisasi sebagai ciri Nursepreneur dan memiliki keberanian untuk hijrah
dengan Berorientasi kepada keuntungan berupa besarnya gajih yang diperoleh,
gaji tersebut selanjutnya dijadikan aset yang akan menjadi mesin uang.
Secara konseptual
Nursepreneur memiliki ciri sebagai berikut :
1.
Pengerahan Diri: Pendisiplinan diri dan secara menyeluruh merasa nyaman bekerja
untuk diri sendiri.
2.
Pengasuhan Diri: Antusiasme tak terbatas untuk ide-ide Anda saat tak seorang
pun memilikinya.
3.
Orientasi pada Tindakan : Hasrat menyala untuk memujudkan, mengaktualisasikan
dan mengubah ide-ide Anda menjadi kenyataan.
4.
Energi Tingkat Tinggi : Mampu bekerja dalam waktu lama secara emosional, mental
dan fisik.
5.
Toleransi atas Ketidakmenentuan : Secara psikologis mampu menghadapi resiko
Entrepeneur bagi perawat
sebetulnya bisa dipelajari sambil melakukannya (learning by doing),
namun harus diingat bahwa wawasan tentang jenis usaha yang akan dipilih tetap
sangat diperlukan karena jika tanpa hal itu sama dengan menyelam ke dasar laut
tanpa tabung gas.
Jadi yang terpenting dari
seorang Nursepreneur adalah inovasi dan keberanian untuk mengambil risiko serta
siap bekerja keras mencapai tujuan dengan optimis. Inilah yang membuat
entreprenur selalu tampil dengan gagasan–gagasan baru yang segar, melawan arus
pemikiran orang banyak atau kreatif.
2.4. KIAT MENJADI NURSEPRENEUR
Seorang perawat dapat menjadi nurse entrepreneur atau menjadi nurse
intrapreneur. Seorang perawat nurse entrepreneur adalah seorang
perawat yang menjalankan wirausaha-nya sendiri atau dengan beberapa teman dalam
bisnis keperawatan. Sebaliknya seorang
perawat intrapreneur adalah seorang perawat yang menjalankan “bisnis”
dalam divisi atau bagian dari satu perusahaan yang telah ada. Menjadi seorang
intrapreneur lebih aman, mendapatkan karir, dan dapat melangkah menjadi
entrepreneur. Tentu saja ini berbeda dengan apa yang umumnya perawat lakukan,
dan bukan bekerja di RS yang tentu saja yang secara alamiah bukan tempat
“berbisnis”.
Ketrampilan dan karakter perawat yang diperlukan berbeda sekali, mesti
memiliki semangat wirausaha, memulai sendiri, bertanggung jawab secara keuangan,
mencoba hal baru, dan berani. Anda sebagai perawat juga dituntut memiliki jiwa
sales, customer services, budgeting, forecasting dan manajemen.
Secara mudahnya lebih baik menjadi perawat intrapreneur dulu, sambil
bekerja dalam satu institusi bisnis atau sambil bekerja sebagai perawat, namun
memiliki usaha sampingan di bidang wirausaha. Setelah kita yakin siap, maka
bisa langsung terjun dalam entrepreneurship untuk mengurus bisnis
sendiri.
2.5. MENJADI EMPLOYER KEMUDIAN INVESTOR
Menurut Robert Kiyosaki
tingkatan terendah dalam bekerja menurut penghasilannya adalah Employer
(pekerja), tingkatan kedua adalah owner (pemilk) dan tingkatan ketiga adalah
investor (pemilik modal). Jawaban menarik yang disampaikan oleh para perawat
yang bekerja di Kuwait kalau ditanyakan apakah ingin bekerja sebagai perawat
kembali di Indonesia nanti (saat resign)?. Sebagaian besar mereka
menjawab ”tidak”. Sehingga banyak dari mereka yang telah merintis berbagai
jenis usaha bisa berhubungan dengan dunia keperawatan/kesehatan atau bahkan
tidak sama sekali. Banyak teman perawat yang selalu setiap annual leave (cuti
tahunan) mulai merintis bidang usaha baru, yang dikelola keluarga/teman, atau
membuat kontrakan, transportasi, buka toko obat, bisnis fotocopy, makanan,
property, wartel/warnet, usaha komputer, service hp, bengkel, dsb.
Mereka memiliki keyakinan
bahwa dalam bidang pekerjaan apapun, yang namanya income harian,
mingguan, bulanan, tahunan dan “dadakan”, serta income antar negara
(income di LN dan di Indonesia ) semuanya penting terpenuhi. (4). Bekerja di LN bisa menjadi langkah awal
menjadi pebisnis dan investor. Perawat di luar negeri rata-rata mencapai gaji 10 x lipat perawat di
Indonesia. Sebelum menjadi pengusaha kita memang perlu modal finansial dan
modal karakter. Untuk mencari modal
finansial kita boleh menjadi karyawan dulu (employer). Setelah gaji kita
ditabungkan maka kita mulai punya modal finansial yang akan kita rubah menjadi
mesin pencetak uang (aset). Kemudian hasilnya dapat diinvestasikan oleh
perawat yang akan menjadi pasif income.
2.6. MAMPU BERPIKIR UNTUNG (THINK BENEFIT)
DAN MERUBAH PARADIGMA BERPIKIR (CHANGE THINKING PARADIGM)
Perawat sering
berhadapan dengan berbagai masalah saat bekerja misalnya macet saat mau dinas
ke Rumah sakit, mencuci baju putih yang gampang kotor, sampah medis yang
berserakan, sulitnya meninggalkan anak saat dinas, jauhnya kantin saat makan
siang, tidak keburu masak di rumah, mahalnya biaya berkomunkasi dengan suami.
Seorang perawat yang berjiwa entrepreneur
akan mulai berpikir beda dan berpikir untung. Tahap selanjtnya mungkin muncul
gagasan-gagasan segar dan ide-ide kreatif misalnya perawat menciptakan CD
rekaman English for nurse saat macet, laundry for nursing staf, Re-use
machine for waste medical, katering siap antar bagi perawat atau penitipan
bayi bagi perawat. Ide-ide tersebut harus dibiasakan muncul. Seberapa jeleknya
ide itu atau seberapa sepelenya ide itu tetap harus dimunculkan. Di luar negeri
justru ide sepele itulah yang menghasilkan royalti jutaan, misalnya ide tentang
alat penjepit kuping anjing jenis tertentu, yang telinganya menjuntai saat
makan dan tercelup pada makanan.
2.7. MODEL ENTREPRENEURSHIP
Model entrepreneurship
secara sederhana dimulai dengan diketahui adanya peluang, mampu menggunakannya,
kemudian jika terdapat hambatan, mampu mengatasi hambatan yang ada. Diperlukan
juga kemampuan cara melakukan entrepreneurship itu sendiri sehingga tercipta
usaha baru ( peluang menjadi usaha baru). Peluang perawat menjadi entrepreneur
dibagi menjadi:
·
Trend demografi
Jumlah lansia yang semakin banyak tentunya
memerlukan perawatan dalam menjalani hidupnya. Dalam menjalani pengobatan
mungkin beberapa klien memerlukan penjagaan atas privacy-nya sehingga
memerlukan pelayanan secara khusus .
·
Kesempatan di falitas
kesehatan
Terlibat dalam produksi atau
pendistribusian suplemen yang baik untuk pasien di rumah sakit. Mungkin
kedepannya tidak menutup kemungkinan rumah sakit akan melakukan outsourcing
tenaga perawat untuk memotong besarnya biaya rumah sakit, hal ini tentunya
rumah sakit tidak akan memaksakan tenaga perawat yang sedikit untuk merawat
pasien yang sangat banyak dan sebaliknya jika pasien sedikit rumah sakit bisa
menyesuaikan kebutuhan tenaga perawat.
·
Trend
sosial
Gaya hidup yang sibuk berdampak buruk terhadap
kesehatan seseorang sehingga untuk tetap sehat membutuhkan perawatan untuk
mempertahankan kesehatanny, dalam hal ini focus kepada kelompok – kelompok
tertentu seperti klub jantung sehat.
Peluang – peluang
diatas sangat mungkin dimanfaatkan oleh perawat karena perawat di rumah sakit
sangat dekat dengan pasien, namun untuk memanfatkan peluang tersebut perawat
sering menghadapi hambatan – hambatan diantaranya: isu malpraktek, tidak punya
hak istimewa dari rumah sakit, padangan skeptis dari beberapa dokter tentang
peran independen perawat, dan ketakutan rumah sakit akan menurunnya
kedisiplinan perawat.
v Aspek legal
Perawat dalam
menjalankan entrepreneurshipnya sering dihantui oleh sangsi hukum, oleh karena
itu banyak perawat berharap untuk disahkannya RUU praktik keperawatan. Tetapi
tentunya aspek hukum yang harus dikuasai bukan hanya tentang perawat tentunya
undang – undang atau peraturan hukum lainnya juga harus dikuasai oleh perawat.
v Etik dan konflik personal
Banyak perawat
beranggapan bahwa berbisnis bertentangan dengan kode etik dan nilai
perawat.dimana berbisnis maka akan menurunkan penilaian masyarakat terhadap
perawat. Dan untuk menghindari terjadinya konflik personal perawat lebih suka
bekerja di klinik tempat praktek dokter, hal ini menyebabkan fungsi mandiri
dari perawat dinilai tidak ada oleh masyarakat atau dengan kata lain tidak
kompeten dan menjadi perawat tidak survive untuk menunjukan eksistensi tindakan
keperawatan mandiri.
v Hambatan dari pengetahuan
Kemampuan perawat
dalam memulai bisnis belum terlihat hal ini disebabkan karena ketidakmampuan
mengembangkan perencanaan bisnis (akutansi, pemasaran, manajeriar, asuransi,
hukum, perencanaan, insurance, anggaran, pendanaan, negosiasi, penagihan,
keterampilan klinik dan keperawatan). Manajemen perawat lebih difokuskan kepada
manajemen pasien tidak kepada manajemen perusahaan dan masih banyak perawat
beranggapan bahwa masyarakat hanya membutuhkan rumah sakit dan dokter dalam
memberikan pelayanan kesehatan, kalau berbisnis mempunyai risiko yang tinggi.
Hal ini berdampak banyak perawat kesulitan dalam memulai usaha baru.
Solusi untuk mengatasi masalah diatas diantaranya
dengan cara :
ü Untuk memulai harus mempunyai mentor , dan
tentunya kepada perawat yang sudah menjadi entrepreneur sejati harus terpanggil
jika menginginkan terbentuk perawat yang berjiwa entrepreneur. Sehingga perawat
berani memulai bisnis baru.
ü Perawat harus membuat komuniti perawat
entrepreneurship sehingga dapat menggali potensi bisnis perawat, mengetahui
tren bisnis perawat yang baru dan membuat arahan – arahan yang positif untuk
meningkatkan income bagi bisnis perawat.
ü Organisasi profesi harus mampu membuat dan
mengembangkan area – area entrepreneurship perawat termasuk perlindungan
hukumnya.
ü Membuat komuniti untuk mengidentifikasi
portensi bisnis perawat, terhubung dengan trend bisnis baru dan meningkatkan
arahan – arahan untuk meningkatkan praktek
ü Perawat harus memperbaiki mental
entrepreneurnya dan mempelajari peran – peran seorang entrepreneur
ü Kerjasama dengan pihak – pihak lain
seperti rumah sakit, pemerintah dan swasta yang dapat dijembatani oleh organisasi
profesi.
BAB III
PENUTUP
Entrepreneur
sebagai peluang atau “The preneurship of creative destruction “ dan ini
merupakan peluang komersial , dan ini ada tiga pengaruh penting dalam
bisnis yaitu :a diharapkan bekerja sendiri ( self employed ), entrepreneurship
home care yang pada dasar nya membahas pengorgnisasian ,dan ketiga adalah
dorongan utama dibelakang inovasi dalam masyarakat sesuai dengan trend di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, E.T. & J. McFarlane, 2000. Community as Partner Theory and Practice in
Nursing 3rd Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Black, M. 2002. A Handbook on Advocacy – Child Domestic Workers: Finding a Voice.
Anti-Slavery International. Sussex, UK: The Printed Word.
Bracht, N. (Ed.). 1990. Health promotion at the community level. Newbury Park, CA: Sage.
Co, M.J. 2004. The Formal Institutional Framework of Entrepreneurship in the
Philippines: Lessons for Developing Countries. The Journal of
Entrepreneurship, 13 (2): 185-203.
Cohen, E. 1996. Nurse Case Management in the 21st Century. St. Louis: Mosby-Year
Book. Inc.
Cohen, D., de la Vega, R., & Watson, G.
2001. Advocacy for Social Justice: A
Global Action and Reflection Guide. Bloomfield, CT: Kumarian Press.
Community Health Nurses Association of Canada.
2003. Canadian community health nursing
standards of practice. Ottawa: Author.
Depkes RI. 2004a. Kajian Sistem Pembiayaan, Pendataan dan Kontribusi APBD untuk
Kesinambungan Pelayanan Keluarga Miskin (Exit Strategy). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Kemitraan. Pusat Promosi Kesehatan http://www. promokes.go.id,
diunduh pada tanggal 25 September 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar