Selasa, 08 November 2011

Askep Otitis Media Akut


BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu : Otitis Media Akut, Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi), Otitis Media Kronik.
Pada makalah ini akan dijelaskan Otitis media akut dan bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut.
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya  atau reaksi alergik.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS OTITIS MEDIA AKUT
2.1 Defenisi
Otitis mediaakut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan tanda dan gejala infeksi.
Yang paling sering terlihat ialah :
·         Otitis media viral akut
·         Otitis media bakterial akut
·         Otitis media nekrotik akut
2.2 Etiologi
Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan adalah bakteri piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus, pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
2.3 Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
·         Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.
·         Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani
·         Keluhan nyeri telinga ( otalgia )
·         Demam
·         Anoreksia
·         Limfadenopati servikal anterior
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
·         Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
·         Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani
·         Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).
2.6 Penatalaksanaan Medis
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien.
Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.
2.7 Komplikasi
·         Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum.
·         Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
·         Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
·         Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati.
·         Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.
·         Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.
·         Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.


BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
a.      Anamnesa
Nama  klien, No. Rek. Media, Usia (Otitis media  sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi dan berat badan, Tanggal dan waktu kedatangan, Orang yang dapat dihubungi.
b.     Keluhan Utama : Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
c.      Riwayat Kesehatan Dulu : menanyakan apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d.     Riwayat kesehatan keluarga : menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya
e.      Riwayat penyakit sekarang :  tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
f.        Pengkajian pola Fungsional Gordon
ü  Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
-          Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
-          Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson.
-          Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien
ü  Pola NutrisiMetabolik
-          Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
-          Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
-          Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
-          Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
ü  Pola Eliminasi
-          Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya
-          Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
-          Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
ü  Pola Aktivitas – Latihan
-          Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang dideritanya.
-          Kekuatan Otot : Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah pendengarannya.
-          Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
ü  Pola Istirahat - Tidur
-          Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
-          Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada telinganya
-          Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
ü  Pola Kognitif - Persepsi
-          Kaji status mental klien
-          Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
-          Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
-          Pendengaran : menuru  karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril.
-          Penglihatan : Baik, biasanya klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap penglihatannya.
-          Kaji apakah klien mengalami vertigo
-          Kaji nyeri : Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
ü  Pola Persepsi Dan Konsep Diri
-          Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
-          Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
-          Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
ü  Pola Peran Hubungan
-          Tanyakan apa pekerjaan pasien
-          Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
-          Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
ü  Pola Seksualitas/Reproduksi
-          Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
-          Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
-          Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
ü  Pola Koping-Toleransi Stres
-          Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )
-          Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
ü  Pola Keyakinan-Nilai
-          Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
g.      Pemeriksaan Fisik
ü  Tanda – tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
ü  Kaji adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
ü  Kaji adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
ü  Kaji kemungkinan tuli
ü  Pemeriksaan fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.
3.2 Asuhan Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC
NANDA
NOC
NIC
1.      Nyeri akut
Definisi : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang di antisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan
Batasan karakteristik
ü  peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
ü  Adanya laporan nyeri secara verbal dan non verbal
ü  Nafsu makan menurun
ü  Mual, muntah


















·      Tingkat kenyamanan
  Indikator:
ü Melaporkan kondisi fisik yang membaik
ü Melaporkan kondisi psikologis yang membaik
ü Mengekspresikan kegembiraan terhadap lingkungan sekitar
ü Mengekspresikan kepuasan dengan control nyeri
·      Kontrol Nyeri
  Indikator:
ü Mengenal factor penyebab
ü Mengenal serangan nyeri
ü Mengenal gejala nyeri
ü Melaporkan control nyeri
·      Tingkat Nyeri
  Indikator:
ü Melaporkan nyeri
ü Frekuensi nyeri
ü Ekspresi wajah karena nyeri
ü Perubahan tanda-tanda vital

·         Manajemen nyeri
Aktivitas :
ü  Kaji tipe intensitas, karakteristik dan lokasi nyeri
ü  Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
ü  Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
ü  Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
ü  Ajarkan klien teknik relaksasai dan nafas dalam
ü  Anjurkan klien menggunakan mekanism koping yang baik disaat nyeri terjadi
ü  Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
ü  Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
ü  Hilangkan atau kurangi sumber nyeri
·         Pemberian analgesik
ü  Berikan analgesik sesuai order dokter.
ü  Perhatikan resep obat, nama pasien, dosis dan rute pemberian secara benar sebelum pemberian obat.

2.   Gangguan persepsi sensori-perseptual 
pendengaran
·      Kompensasi Tingkah Laku Pendengaran
Indikator:
ü Pantau gejala kerusakan pendengaran
ü Menggunakan layananan pendukung untuk pendegaran yang lemah
ü Menghilangkan gangguan
ü Menggunakan bahasa isarat
ü Membaca gerakan bibir
ü Memperoleh alat bantu pendengaran
ü Mengingatkan yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan pendengaran
ü Memakai alat bantu pendengaran (misal, lampu pada telepon, alarm kebakarab, bel pintu, TDD
ü Menggunakan alat bantu dengar dengan benar
·      Gambaran tubuh
Indikator:
ü Gambaran internal
ü Pribadi
ü Sesuai antara kenyataan, ideal, dan perilaku tubuh
ü Deskripsi pada bagian tubuh yang terkena dampak
ü Menyesuaikan diri dengan berubahnya penampilan pisik
ü Menyesuaikan diri dengan berubahnya fungsi tubuh
ü Menyesuaikan diri dengan berubahnnya status kesehata
ü Kesediaan untuk menggunakan strategi untuk meningkatkan penampilan dan fungsi tubuh
·         Peningkatan Komunikasi: Defisit Pendengaran
Aktivitas:
ü  Janjikan untuk mempermudah pemeriksaan pendengaran sebagaimana mestinya
ü  Memfasilitasi penggunaan alat bantu sewajarnya
ü  Beritahu pasien bahwa suara akan terdengar berbeda dengan memakai alat bantu
ü  Jaga kebersihan alat bantu
ü  periksa secara rutin baterai alat bantu
ü  Mendengar dengan penuh perhatian
ü  Menahan diri dari berteriak pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi
ü  Memfasilitasi lokasi penggunaan alat bantu
ü  Memfasilitasi letak telepon bagi gangguan pendengaran sebagaimana mestinya
·      Pembentukan kognisi
Aktivitas:
ü Bantu pasien untuk menerima kenyataan bahwa statemen diri berada di tengah-tengah timbulnya emosi
ü Bantu pasien memahami akan ketidakmapuannya untuk menggapai perilaku yang diinginkan sering disebabkan oleh statemen diri yang tidak masuk akal
ü Tunjukkan bentuk-bentuk kelainan fungsi berpikir (misal, pikiran yang bertentangan, terlalu banyak menggeneralisasi, penguatan, dan personalisasi)
ü Bantu pasien mengenali emosi yang menyakitkan  yang ia rasakan
ü Bantu pasien mengenal pemicu yang diterima (misal, situasi, kejadian, dan interaksi dengan orang lain) yang membuat stress
ü Bantu pasien untuk mengenal interpretasi pribadi yang salah mengeni faktor pemicu yang diterima
ü Bantu pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan yang lebih realistis berdasarkan situasi yang membuat stres, kejadian, dan interaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar