BAB I
PENDAHULUAN
Otitis
media adalah inflamasi pada bagian telinga tengah. Otitis media sebenarnya
adalah diagnosa yang paling sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15
tahun. Ada 3 ( tiga ) jenis otitis
media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu : Otitis Media Akut, Otitis Media Serosa (Otitis
media dengan efusi), Otitis
Media Kronik.
Pada makalah ini akan dijelaskan Otitis media akut dan
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Otitis media akut.
Penyebab
utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat
disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya atau reaksi alergik.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS OTITIS MEDIA AKUT
2.1 Defenisi
Otitis mediaakut (OMA) adalah peradangan akut sebagian
atau seluruh periosteum telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 1999). Otitis
media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah
dengan tanda dan gejala infeksi.
Yang paling sering terlihat ialah :
·
Otitis media viral
akut
·
Otitis media bakterial
akut
·
Otitis media nekrotik
akut
2.2 Etiologi
Penyebab
utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga
tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat
disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi
adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum
ditemukan adalah bakteri
piogenik seperti streptococcus haemolyticus, staphylococcus aureus,
pneumococcus , haemophylus influenza, escherecia coli, streptococcus
anhaemolyticus, proteus vulgaris, pseudomonas aerugenosa.
2.3 Patofisiologi
Umumnya otitis media dari nasofaring yang
kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang relatif jarang, yang
mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran timpani. Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba eusthacius
bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini
disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam telinga tengah,
akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri yang
datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan
virulensi bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala otitis media dapat
bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atau
sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
·
Membrane tymphani merah, sering
menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak pada
otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga
tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami
perforasi.
·
Otorrhea, bila terjadi rupture
membrane tymphani
·
Keluhan nyeri telinga ( otalgia
)
·
Demam
·
Anoreksia
·
Limfadenopati servikal anterior
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
·
Otoscope untuk melakukan
auskultasi pada bagian telinga luar
·
Timpanogram untuk mengukur
keseuaian dan kekakuan membrane timpani
·
Kultur dan uji sensitifitas ;
dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah
melalui membrane timpani).
2.6 Penatalaksanaan Medis
Hasil
penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis
antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan
status fisik klien.
Antibiotik
dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin;
pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap
amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin
generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi
penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim –
sulfa.
2.7 Komplikasi
·
Jika
gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat
umum.
·
Umumnya
penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama
beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
·
Otitis
media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah,
termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
·
Salah
satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati.
·
Otitis
media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran
permanen.
·
Cairan
di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak
serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa.
·
Otitis
media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama
3 bulan atau lebih.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa
Nama klien, No.
Rek. Media, Usia (Otitis
media sering dijumpai
pada anak – anak di bawah usia 15 tahun), Tinggi
dan berat badan, Tanggal
dan waktu kedatangan, Orang
yang dapat dihubungi.
b. Keluhan Utama : Menanakan alasan klien berobat ke rumah sakit dan
menanyakan apa saja keluhan yang ia rasakan.
c. Riwayat Kesehatan
Dulu : menanyakan
apakah klien pernah mengalami otitis media sebelumnya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
: menanyakan apakah ada anggota keluarga yang memiliki riwayat penyakit ini
sebelumnya
e. Riwayat penyakit sekarang
: tanyakan pada klien gejala-gejala apa saja yang dirasakannya saat ini.
f.
Pengkajian pola Fungsional Gordon
ü Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan
-
Tanyakan kepada klien
pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari
pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
-
Tanyakan tentang penggunaan
obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin,
inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat
anti-parkinson.
-
Tanyakan tentang penggunaan
alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien
ü Pola Nutrisi – Metabolik
-
Tanyakan bagaimana pola dan
porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
-
Tanyakan bagaimana nafsu makan
klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
-
Tanyakan apakah klien mengalami
gangguan dalam menelan
-
Tanyakan apakah klien sering
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
ü Pola Eliminasi
-
Tanyakan bagaimana pola BAK dan
BAB, warna dan karakteristiknya
-
Berapa kali miksi dalam sehari,
karakteristik urin dan defekasi
-
Adakah masalah dalam proses
miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
ü Pola Aktivitas – Latihan
-
Perubahan aktivitas
biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. Klien akan mengalami
kesulitan atau keterbatasan dalam beraktivitas sehubungan dengan luas lapang
pandangnya yang berkurang dan kekeruhan pada matanya akibat dari glaukoma yang
dideritanya.
-
Kekuatan Otot : Biasanya klien
tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah
pendengarannya.
-
Keluhan Beraktivitas : kaji
keluhan klien saat beraktivitas.
ü Pola Istirahat - Tidur
-
Kebiasaan : tanyakan lama,
kebiasaan dan kualitas tidur pasien
-
Masalah Pola Tidur : Tanyakan
apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada
telinganya
-
Bagaimana perasaan klien
setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
ü Pola Kognitif - Persepsi
-
Kaji status mental klien
-
Kaji kemampuan berkomunikasi
dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
-
Kaji tingkat anxietas klien
berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan
klien
-
Pendengaran : menuru karena masuknya bakteri patogenik ke dalam
telinga tengah yang normalnya adalah steril.
-
Penglihatan : Baik, biasanya
klien yang mengalami gangguan pendengaran, tidak berpengaruh terhadap
penglihatannya.
-
Kaji apakah klien mengalami
vertigo
-
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu
ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
ü Pola Persepsi Dan Konsep Diri
-
Tanyakan pada klien bagaimana
klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien
mengubah gambaran dirinya
-
Tanyakan apa yang menjadi
pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
-
Apakah ada hal yang menjadi
pikirannya
ü Pola Peran Hubungan
-
Tanyakan apa pekerjaan pasien
-
Tanyakan tentang system
pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
-
Tanyakan apakah ada masalah
keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
ü Pola Seksualitas/Reproduksi
-
Tanyakan masalah seksual klien
yang berhubungan dengan penyakitnya
-
Tanyakan kapan klien mulai
menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
-
Tanyakan apakah klien mengalami
kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
ü Pola Koping-Toleransi Stres
-
Tanyakan dan kaji perhatian
utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )
-
Kaji keadan emosi klien
sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien
). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi
masalahnya dengan orang-orang terdekat.
ü Pola Keyakinan-Nilai
-
Tanyakan agama klien dan apakah
ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan
ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
g. Pemeriksaan Fisik
ü Tanda
– tanda vital : ukur suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
ü Kaji
adanya perilaku nyeri verbal dan non verbal
ü Kaji
adanya pembesaran kelenjar limfe di daerah leher
ü Kaji
kemungkinan tuli
ü Pemeriksaan
fisik dilakukan dari hair to toe dan berurutan berdasarkan system.
3.2 Asuhan
Keperawatan berdasarkan NANDA, NOC dan NIC
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
1.
Nyeri
akut
Definisi : Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat yang di antisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6
bulan
Batasan karakteristik
ü
peningkatan
tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
ü
Adanya
laporan nyeri secara verbal dan non verbal
ü
Nafsu
makan menurun
ü Mual, muntah
|
·
Tingkat kenyamanan
Indikator:
ü Melaporkan
kondisi fisik yang membaik
ü Melaporkan
kondisi psikologis yang membaik
ü Mengekspresikan
kegembiraan terhadap lingkungan sekitar
ü Mengekspresikan
kepuasan dengan control nyeri
·
Kontrol Nyeri
Indikator:
ü Mengenal
factor penyebab
ü Mengenal
serangan nyeri
ü Mengenal
gejala nyeri
ü Melaporkan
control nyeri
·
Tingkat Nyeri
Indikator:
ü Melaporkan
nyeri
ü Frekuensi
nyeri
ü Ekspresi
wajah karena nyeri
ü Perubahan
tanda-tanda vital
|
·
Manajemen
nyeri
Aktivitas :
ü
Kaji
tipe intensitas, karakteristik dan lokasi nyeri
ü
Kaji
tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
ü
Anjurkan
istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
ü
Atur
sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
ü
Ajarkan
klien teknik relaksasai dan nafas dalam
ü
Anjurkan
klien menggunakan mekanism koping yang baik disaat nyeri terjadi
ü
Hindari
mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
ü
Alihkan
perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
ü
Hilangkan
atau kurangi sumber nyeri
·
Pemberian
analgesik
ü
Berikan
analgesik sesuai order dokter.
ü
Perhatikan
resep obat, nama pasien, dosis dan rute pemberian secara benar sebelum
pemberian obat.
|
2.
Gangguan persepsi
sensori-perseptual
pendengaran
|
· Kompensasi
Tingkah Laku Pendengaran
Indikator:
ü Pantau
gejala kerusakan pendengaran
ü Menggunakan
layananan pendukung untuk pendegaran yang lemah
ü Menghilangkan
gangguan
ü Menggunakan
bahasa isarat
ü Membaca
gerakan bibir
ü Memperoleh
alat bantu pendengaran
ü Mengingatkan
yang lain untuk menggunakan teknik yang menguntungkan pendengaran
ü Memakai
alat bantu pendengaran (misal, lampu pada telepon, alarm kebakarab, bel
pintu, TDD
ü Menggunakan
alat bantu dengar dengan benar
·
Gambaran tubuh
Indikator:
ü Gambaran
internal
ü Pribadi
ü Sesuai
antara kenyataan, ideal, dan perilaku tubuh
ü Deskripsi
pada bagian tubuh yang terkena dampak
ü Menyesuaikan
diri dengan berubahnya penampilan pisik
ü Menyesuaikan
diri dengan berubahnya fungsi tubuh
ü Menyesuaikan
diri dengan berubahnnya status kesehata
ü Kesediaan
untuk menggunakan strategi untuk meningkatkan penampilan dan fungsi tubuh
|
·
Peningkatan Komunikasi:
Defisit Pendengaran
Aktivitas:
ü Janjikan
untuk mempermudah pemeriksaan pendengaran sebagaimana mestinya
ü Memfasilitasi
penggunaan alat bantu sewajarnya
ü Beritahu
pasien bahwa suara akan terdengar berbeda dengan memakai alat bantu
ü Jaga
kebersihan alat bantu
ü periksa
secara rutin baterai alat bantu
ü Mendengar
dengan penuh perhatian
ü Menahan
diri dari berteriak pada pasien yang mengalami gangguan komunikasi
ü Memfasilitasi
lokasi penggunaan alat bantu
ü Memfasilitasi
letak telepon bagi gangguan pendengaran sebagaimana mestinya
·
Pembentukan kognisi
Aktivitas:
ü Bantu
pasien untuk menerima kenyataan bahwa statemen diri berada di tengah-tengah
timbulnya emosi
ü Bantu
pasien memahami akan ketidakmapuannya untuk menggapai perilaku yang
diinginkan sering disebabkan oleh statemen diri yang tidak masuk akal
ü Tunjukkan
bentuk-bentuk kelainan fungsi berpikir (misal, pikiran yang bertentangan,
terlalu banyak menggeneralisasi, penguatan, dan personalisasi)
ü Bantu
pasien mengenali emosi yang menyakitkan
yang ia rasakan
ü Bantu
pasien mengenal pemicu yang diterima (misal, situasi, kejadian, dan interaksi
dengan orang lain) yang membuat stress
ü Bantu
pasien untuk mengenal interpretasi pribadi yang salah mengeni faktor pemicu
yang diterima
ü Bantu
pasien untuk mengganti interpretasi yang salah dengan yang lebih realistis
berdasarkan situasi yang membuat stres, kejadian, dan interaksi
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar