1.
DEFENISI
Tromboembolisme
( oklusi suatu arteri atau vena karena thrombus atau emboli ) menyebabkan
iskemia ( kurang aliran darah ) yang mengakibatkan jaringan nekrosis (mati) di
bagian distal dari area obstruksi. Perlu kira-kira 1 sampai 2 minggu untuk
bekuan darah dapat berdisintegrasi dengan mekanisme fibrolitik natural. Jika
trombus atau emboli baru dapat dilarutkan lebih cepat maka jaringan nekrosis
yang terjadi hanya minimal dan aliran darah dapat kembali berfungsi lebih
cepat. Inilah dasar dari terapi trombolitik.
Terapi
trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi jaringan
miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat.
Bekuan darah yang terdapat dalam pembuluh darah akan mengganggu aliran darah ke
bagian tubuh yang dialiri oleh pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan suatu
kerusakan serius pada bagian-bagian tubuh. Jika bekuan terdapat pada arteri
yang memasok darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung. Jika
bekuan terdapat pada aliran darah ke otak, maka dapat terjadi stroke. Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan
bekuan darah yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.
Istilah Sindrom Koroner
Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untukmenggambarkan kejadian kegawatan
pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan
satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakitkoroner yaitu, angina tak
stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan
elevasi ST, maupun angina pektorispasca infark atau pasca tindakan intervensi
koroner perkutan. Alasan rasional
menyatukan semua penyakit itu dalam satu sindrom adalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. Semua disebabkan oleh terlepasnya plak yang merangsang terjadinya agregasi trombosit dan trombosis, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berta atau oklusi pada arteri koroner dengan
atau tanpa emboli.
Sedangkan letak perbedaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi
ST dan dengan elevasi ST adalah dari jenis trombus yangmenyertainya. Angina tak
stabil dengan trombus mural, Non-elevasiST dengan thrombus inkomplet/nonklusif,
sedangkan pada elevasi STadalah trombus komplet/oklusif.
2.
AGENT
TROMBOLITIK
Terapi
trombolisis menggunakan obat yang disebut agen trombolitik seperti alteplase ( Activase ), anistreplase (Eminase), streptokinase (Streptase,
Kabikinase), urokinase ( Abbokinase ), dan aktivator plasminogen jaringan (TPA) untuk membubarkan
gumpalan. Obat ini diberikan sebagai suntikan, hanya di bawah pengawasan
seorang dokter.
Agent trombolitik
dibagia menjadi 2 kategori :
a)
Fibrin
selektif
Karakteristik :
·
Aktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin
·
Penghancuran bekuan sangat cepat
Jenis
:
·
Tissue – Type Plasminogen Activator (t – PA )
-
Serine protease yang diproduksi oleh sel
endothelial pembuluh darah
-
Mengkonversi plasminogen menjadi plasmin
setelah terikat pada bekuan mengandung fibrin
-
Dosis : 15 mg bolus dilanjutkan 50 mg atau
0,75 mg/kgBB selama 30 menit atau 35 mg atau 0,5 mg/kgBB selama 60 menit dengan
total maximum dosis 100 mg
-
Waktu paruh : t – PA = 3 – 5 menit, r – PA =
15 menit
-
Efek samping : dapat terjadi reoklusi.
Diperlukan infus antikoagulasi sistemik/heparin
-
Reaksi alergi dan hipotensi ditemukan
·
Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( rt
– PA )
-
Dosis standar dipercepat dengan cara melalui
bolus 15 mg, 50 mg atau 0,75 mg / kgBB lebih dari 30 menit, dan 35 mg atau 0,50 mg / kgBB lebih dari 60 menit untuk dosis total maksimum 100 mg.
-
Direkomendasikan
untuk pasien yang berat badannya kurang dari 65 kg.
-
Waktu paruhnya adalah 5 menit.
·
Recombinant Plasminogen Activator ( reteplase,
r – PA )
Recombinant
Tissue Plasminogen Activator ( r – PA ) atau Retaplase adalah obat trombolitik yang
digunakan untuk memecah gumpalan darah. Obat ini bekerja dengan cara
mengaktifkan zat kimia yang membantu menghancurkan gumpalan darah.
Indikasi
penggunaan reteplase adalah untuk meningkatkan fungsi jantung dan mencegah
gagal jantung kongestif (CHF) atau kematian pada orang yang mengalami serangan
jantung.
·
Single-chain urokinase
plasminogen activator ( scu-PA atau prourokinase)
b). Non
selektif
Karakteristik :
·
Plasminogenolosis dan fibrinogenolisis
sistemik
·
Penghancuran bekuan lebih lambat
·
Status penghancuran sistemik lebih panjang
Jenis-
Jenis :

-
Agen trombolitik yang dihasilkan dari
– hemolitik streptokokus,
yang bila dikombinasikan dengan plasminogen akan berfungsi sebagai katalis
dalam konversi plasminogen menjadi plasmin.

-
Dapat diberikan
IV atau IC
-
Dosis : 1,5 juta
U dalam 30 – 60 menit
-
Dapat menyebabkan
respon alergi, pruritus, demam, mual, urtikaria, sakit kepala dan malaise
-
Efek samping :
hipotensi
-
Observasi : 12
jam

-
Bentuk kimiawi dari SK
-
APSAC memiliki waktu paruh relatif lama dan
hasil yang dinyatakan dalam fibrinogenolysis.
-
APSAC diberikan lewat bolus 30 U selama 2-5
menit
-
Karena APSAC
adalah bentuk SK, ia memiliki sifat antigenik yang sama SK.
-
Gejala alergi terjadi pada pasien yang
menerima APSAC.
-
Hipotensi dapat
terjadi pada pasien dan akan lebih parah jika obat diberikan
Semua
jenis dari agen trombolitik disertai dengan pemberian antiplatelet : heparin
atau
Aspirin
3.
INDIKASI
Kriteria seleksi yang digunakan untuk terapi
trombolitik
·
Tidak lebih dari 12 jam setelah waktu terapi :
nyeri dada, semakin cepat semakin baik
·
Elevasi segmen ST pada EKG atau onset baru
blok cabang berkas kiri
·
Nyeri dada istemik dengan durasi 30 menit
·
Nyeri dada tidak respon terhadap nitrogliserin
sub lingual atau nifedipin
·
Tidak mengalami kondisi yang dapat menjadi
predisposisi pendarahan
Indikasi
Kelas I
·
Usia pasien
< 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi
< 12 jam
·
Pasien dengan blok cabang-ikat dan adanya
riwayat AMI
Kelas
IIa
Usia pasien > 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari
0,1 mV, waktu untuk terapi < 12 jam
Kelas IIb
·
Pasien dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV,
waktu untuk terapi lebih dari 12 – 24 jam
·
Pasien dengan tekanan darah sistolik > 180
mmHg atau diastolic > 110 mmHg berhubungan dengan MI
Kelas III
·
Pasien dengan ST elevasi, waktu untuk terapi
> 24 jam dan nyeri istemik tertangani
·
Pasien dengan ST depresi
4.
KONTRAINDIKASI
Terapi trombolitik : Kontra indikasi absolut
1.
Sebelumnya mengalami stroke hemoragik; stroke
lain atau serebrovaskular yang terjadi dalam 1tahun terakhir
2.
Neoplasma intrakranial
3.
Perdarahan internal aktif (tidak termasuk
menstruasi)
4.
Suspek diseksi aorta
Terapi trombolitik : Kontraindikasi relatif
1.
Hipertensi berat (tekanan darah >180/110)
2.
Riwayat CVA / kelainan intraserebral
3.
Trauma yang baru terjadi (dalam 2-4 minggu),
termasuk cedera kepala atau resusitasi jantung > 10 menit atau operasi besar
< 3minggu
4.
Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir
5.
Penggunaan streptokinase sebelumnya (5 hari
sampai 2 tahun) atau riwayat alergi terhadap streptokinase
6.
Pengunaan antikoagulan
7.
Kehamilan
8.
Tukak lambung
9.
Riwayat hipertensi kronik yang berat
5. MANAJEMEN FARMAKOLOGI
Obat
|
Dosis
|
Tindakan
|
Pertimbangan khusus
|
Bekuan spesifik
|
|||
t- PA ( alteplase
|
IV : 100 mg lebih dari
90 menit dengan
15 mg pertama
diberikan melalui
bolus
|
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi
plasmin
|
Waktu paruh yang pendek, sehingga heparin
biasanya diberikan lewat bolus dan
kemudian diikuti dengan infuse.
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan
dilanjutkan q hari
|
r-PA ( reteplase )
|
10 U diberikan
lewat bolus, diulang dalam 30 menit
|
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi
plasmin
|
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan dalam 24
jam
|
TNKase (tenecteplase)
|
30-50 mg berdasarkan berat badan, diberikan
lewat bolus tunggal
|
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi
plasmin
|
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
|
Non-spesifik
|
|||
SK (streptokinase)
|
1,5 juta U diberikan lebih dari 60
menit
|
Mengkatalis pengubahan plasminogen menjadi plasmin, yang
menyebabkan lisis dari fibrin.
Memiliki efek litik sistemik |
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi.
Heparin dapat diberikan IV atau SQ
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
|
APSAC (anitreplase)
|
30 U melalui
bolus lambat selama
2-5 menit
|
Kombinasi molekul streptokinase dan plasminogen yang tindakannya serupa dengan streptokinase. Memiliki efek litik sistemik
|
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi
Waktu paruh lama, jadi heparin biasanya dimulai 4-6 jam setelah
APSAC
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
|
6. PENATALAKSANAAN PRE DAN POST TROMBOLISIS
Praprosedur
1.
Kaji tingkat
pengertian dan tingkat ansietas
2.
Libatkan keluarga
atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi
3.
Beri penguatan
penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil yang diinginkan, dan risiko
yang berhubungan
4.
Gambarkan
prosedur yang akan dilakukan :
·
Intrakoroner : sama
dengan kateterisasi jantung, dapat berakhir dalam 1 sampai 2 jam. Sensasi yang
dapat terjadi : tekanan selama pemasangan kateter, tak ada ketidaknyamanan
dalam penginfusan.
·
Intravena :
biasanya di bagian kedaruratan atau UPK, penginfusan diberikan lebih dari 3 jam
5.
Jelaskan dan
tinjau kembali tindakan intraprosedur dan
pascaprosedur
6.
Pemantauan di UPK
7.
Hak-hak
berkunjung
8.
Peralatan yang
digunakan (alat pemantauan jantung, pemberian oksigen, terapi IV)
9.
Jelaskan perlunya
tirah baring selama dan setelah pemberian dan perlunya sering mengambil contoh
darah untuk memantau masa pembekuan
10.
Instruksikan pada
pasien untuk segera memberi informasi pada perawat bila terasa nyeri dada.
Post prosedur
Komplikasi umum dari trombolisis
adalah pendarahan, tidak hanya sebagai hasil terapi trombolitik itu sendiri,
tetapi juga karena pasien secara rutin mendapat terapi antikoagulan selama
beberapa hari untuk meminimalisir kemungkinan retrombosis. Perawat juga harus
secara berkala memanatau manifestasi klinis dari pendarahan. Pendarahan gusi
dan kebocoran vena biasa terjadi. Pendarahan serius dapat terjadi seperti
pendarahan intrakranial dan pendarahan internal.
Sebagai tambahan untuk keakuratan
pengkajian pasien untuk membuktikan pendarahan, penatalaksanaan keperawatannya
termasuk tindakan preventif untuk meminimalisir potensial pendarahan. Contohnya
penanganan pasien yang terbatas, infeksi dapat dihindari jika memungkinkan, dan
tambahan tekanan dapat diberikan untuk memastikn hemosatatis dari venipuncture
dan tempat kebocoran arteri. Jalur intra vena dipasang sebelum pemberian terapi
lisis dan penguncian heparin dapat digunakan untuk penatalaksanaan selama
pengambilan spesimen labor. Antasid dapat diberikan khususnya jika pasien
mengalami ketidaknyaman di bagian gastrointestinal.
by kel 1 ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar