2.1
Sejarah Triage
·
Definisi : dari kata Perancis “ Trier “ yang artinya membagi dalam 3 group
·
Di kembangkan di medan pertempuran
·
Konsep ini digunakan bila terjadi
bencana
·
Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari
1950 / 1960 karena 2 alasan :
o
Meningkatkan kunjungan
o
Meningkatkan penggunaan untuk non urgen
2.2
Pengertian Triage
Triage adalah suatu proses yang
mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya.
Triage terdiri
dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera
mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka melalui intervensi medis yang
segera. Sistem
triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian setempat. Prioritas yang
lebih tinggi diberikan pada korban yang prognosis jangka pendek atau jangka
panjangnya dapat dipengaruhi secara dramatis oleh perawatan sederhana yang
intensif.
Sistem triase biasanya
sering ditemukan pada perawatan gawat darurat di suatu bencana. Misalnya ada beberapa orang pasien yang harus ditangani oleh perawat
tersebut.dimana setiap
pasien dalam kondisi yang berbeda. Jadi perawat harus
mampu menggolongkan pasien
tersebut dengan sistem triase. Pasien pertama kondisinya sudah
tidak mungkin untuk diselamatkan lagi
( sudah meninggal), terdapat
luka parah atau kebocoran di kepala, sehingga pasien tersebut digolongkan pada
triase lampu hitam. pasien kedua kondisinya mengalami patah tulang, luka-luka dan memar pada tubuhnya, sehingga
pasien berteriak, mungkin karena kejadian yang membuat pasien syok, maka pasien
diklasifikasikan pada triase lampu hijau, tidak perlu penanganan cepat.
Selanjutnya ditemui pasien dengan kondisi lemah, kritis, nadi lemah, serta
pernafasan yang sesak. Maka pasien ini lah yang sangat membutuhkan pertolongan
pada saat itu, yang tergolong pada triase lampu merah. Karena jika tidak
diselamatkan, nyawa pasien bisa tidak tertolong lagi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem triase ini digunakan
untuk menentukan prioritas penanganan kegawat daruratan. Sehingga perawat
benar-benar memberikan pertolongan pada pasien yang sangat membutuhkan, dimana
keadaan pasien sangat mengancam nyawanya, namun dengan penanganan secara cepat
dan tepat, dapat menyelamatkan hidup pasien tersebut. Tidak membuang wakunya
untuk pasien yang memang tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan pasien
yang membutuhkan.
2.3 Tujuan Triage
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :
- Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
- Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
- Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat
Sistem
Triage dipengaruhi
- Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
- Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan pasien
- Denah bangunan fisik unit gawat darurat
- Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan medis
2.4 Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
·
pengetahuan
·
data yang tersedia
·
situasi yang berlangsung
Kode Warna International Dalam Triage
:
Sistem
triage dikenal dengan system kode 4 warna yang diterima secara internasional.
Merah menunjukan perioris tinggi perawatan atau pemindahan, Kuning menandakam
perioritas sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat jalan, dan hitam untuk
kasus kematian atau pasien menjelang ajal. Perawat harus mampu mampu mengkaji
dan menggolongkan pasien dalam waktu 2 – 3 menit.
1.
Prioritas 1 atau Emergensi: warna MERAH
(kasus berat)
Pasien dengan kondisi mengancam
nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera, perdarahan berat, pasien dibawa ke ruang resusitasi, waktu tunggu 0 (nol)
·
Asfiksia, cedera cervical, cedera pada
maxilla
·
Trauma kepala dengan koma dan proses
shock yang cepat
·
Fraktur terbuka dan fraktur compound
·
Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
·
Shock tipe apapun
2.
Prioritas 2 atau Urgent: warna
KUNING
(kasus sedang)
Pasien dengan penyakit yang akut, mungkin membutuhkan trolley, kursi roda
atau jalan kaki, waktu
tunggu 30 menit, area
critical care.
·
Trauma thorax non asfiksia
·
Fraktur tertutup pada tulang panjang
·
Luka bakar terbatas ( < 30% dari TBW
)
·
Cedera pada bagian / jaringan lunak
3.
Prioritas 3 atau Non Urgent: warna
HIJAU (kasus ringan)
Pasien yang biasanya dapat berjalan
dengan masalah medis yang minimal, luka
lama, kondisi
yang timbul sudah lama, area
ambulatory / ruang P3.
·
Minor injuries
·
Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
4. Prioritas
0: warna HITAM
(kasus meninggal)
·
Tidak ada respon pada semua rangsangan
·
Tidak ada respirasi spontan
·
Tidak ada bukti aktivitas jantung
·
Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
2.5 Proses Pengambilan Keputusan dan Triase
Pengambilan keputusan adalah bagian yang penting dan
integral pada medis dan praktik keperawatan. Penilaian klinis tentang pasien
membutuhkan baik pemikiran dan intuisi, dan keduanya harus didasarkan pada professional,pengetahuan
dan keterampilan. Banyak praktisi berpendapat bahwa pengambilan keputusan
kritis adalah hanya sekitar akal sehat dan pemecahan masalah, dan sampai batas
tertentu mereka sudah benar. Itu, bagaimanapun, lebih dari ini dan membutuhkan
tingkat keterampilan tertentu. Dalam proses pengambilan keputusan dokter
diharapkan untuk:
1. menafsirkan
2. mendiskriminasikan
3. mengevaluasi
Strategi pengambilan keputusan :
Sejumlah
strategi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan:
1. Pemikiran
Pada
dasarnya ada dua tipe penalaran yang terlibat dalam berpikir kritis:
o
Penalaran induktif adalah kemampuan untuk
mempertimbangkan semua kemungkinan, dan ini sangat berguna untuk yang kurang
berpengalaman. Melibatkan proses yang memakan waktu, mempertimbangkan semua
informasi pasien yang dikumpulkan dalam rangka untuk mencapai keputusan tentang
perawatan yang mereka butuhkan.
o
Penalaran deductive adalah 'menyiangi' yang simultan
dari solusi yang mungkin sementara aktif mengumpulkan informasi pasien, strategi
ini sering tidak diketahui atau tidak dikenal dan menjadi bagian dari praktek
ahli. Memungkinkan praktisi untuk cepat mengurutkan yang relevan dan tidak relevan dari informasi untuk mencapai keputusan.
2. Pengenalan
pola
Ini adalah
strategi yang paling umum digunakan oleh dokter, dan sangat penting ketika
membuat keputusan yang cepat berdasarkan informasi terbatas yang diperlukan
selama triase.
3.
Hipotesa berulang
Hipotesa berulang digunakan
oleh dokter untuk menguji penalaran diagnostik. Dengan mengumpulkan data untuk
mengkonfirmasi atau menghilangkan hipotesis, keputusan dapat dibuat. Tergantung
pada tingkat keahlian metode ini dapat berupa induktif atau deduktif.
4.
Representasi mental
Representasi mental adalah
metode menyederhanakan situasi untuk memberikan gambaran umum, dan memungkinkan
fokus pada informasi yang relevan. Strategi ini sering digunakan ketika suatu
masalah yang sangat kompleks atau besar. Penggunaan analogi membantu dokter
memvisualisasikan situasi dengan menyederhanakan masalah dan memungkinkan
perspektif yang berbeda. Triase keputusan harus cepat dan metode ini telah
digunakan secara terbatas pada tahap dalam perawatan pasien.
5. Intuisi
Intuisi adalah terkait erat dengan keahlian, dan umumnya dipandang sebagai kemampuan praktisi untuk memecahkan masalah dengan data yang relatif sedikit. Intuisi jarang melibatkan analisis sadar dan sering dinyatakan sebagai 'firasat' atau 'firasat yang kuat'. Praktisi ahli melihat situasi secara holistik dan menggambarkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Banyak pengetahuan mereka tertanam dalam praktek dan disebut sebagai lacit, di mana keputusan yang efektif yang dibuat dengan menggabungkan pengetahuan dengan teori-teori pengambilan keputusan dan berpikir intuitif. Perawat ahli banyak yang tidak menyadari proses mental yang mereka gunakan dalam penilaian dan pengelolaan pasien. Meskipun intition tetap terukur, nilai praktek klinis adalah mengakui dan didokumentasikan dengan baik.
Intuisi adalah terkait erat dengan keahlian, dan umumnya dipandang sebagai kemampuan praktisi untuk memecahkan masalah dengan data yang relatif sedikit. Intuisi jarang melibatkan analisis sadar dan sering dinyatakan sebagai 'firasat' atau 'firasat yang kuat'. Praktisi ahli melihat situasi secara holistik dan menggambarkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Banyak pengetahuan mereka tertanam dalam praktek dan disebut sebagai lacit, di mana keputusan yang efektif yang dibuat dengan menggabungkan pengetahuan dengan teori-teori pengambilan keputusan dan berpikir intuitif. Perawat ahli banyak yang tidak menyadari proses mental yang mereka gunakan dalam penilaian dan pengelolaan pasien. Meskipun intition tetap terukur, nilai praktek klinis adalah mengakui dan didokumentasikan dengan baik.
Pengambilan Keputusan Selama Triase
Terdiri dari tiga tahap utama:
·
Identifikasi masalah
·
Penentuan alternatif dan.
·
Pemilihan alternatif yang paling tepat
Pendekatan untuk membuat keputusan penting menggunakan lima langkah berikut:
1.
Mengidentifikasi masalah
Ini dilakukan dengan mendapatkan informasi dari pasien, penjaga atau personil perawatan pra-rumah sakit. Fase ini memungkinkan diagram alur presentasi yang relevan untuk diidentifikasi.
2.
Mengumpulkan dan menganalisis informasi yang terkait dengan solusi.
Satu diagram alur telah diidentifikasi fase ini yang difasilitasi karena diskriminator dapat dicari pada setiap tingkat. Diagram aliran memfasilitasi penilaian cepat dengan menyarankan pertanyaan terstruktur. Pengenalan pola juga memainkan bagian di tahap ini.
Satu diagram alur telah diidentifikasi fase ini yang difasilitasi karena diskriminator dapat dicari pada setiap tingkat. Diagram aliran memfasilitasi penilaian cepat dengan menyarankan pertanyaan terstruktur. Pengenalan pola juga memainkan bagian di tahap ini.
3.
Mengevaluasi semua alternatif dan memilih salah satu
untuk pelaksanaa.
Dokter mengumpulkan sejumlah besar data tentang pasien mereka menangani. Ini disusun ke dalam database mental mereka sendiri dan disimpan dalam kompartemen untuk mengingat mudah, hal ini paling efektif bila terkait dengan penilaian atau kerangka kerja organisasi. Kerangka ini berfungsi sebagai panduan untuk penilaian dan diatur sebagai kompartemen dengan sub-judul. Diagram alur penyajian menyediakan kerangka organisasi untuk memesan proses pemikiran selama triase. Diagram alur telah berkunjung ke link proses pengambilan keputusan ke dalam pengaturan klinis. Mereka membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan struktur, dan juga dukungan staf junior karena mereka memperoleh keterampilan pengambilan keputusan.
Dokter mengumpulkan sejumlah besar data tentang pasien mereka menangani. Ini disusun ke dalam database mental mereka sendiri dan disimpan dalam kompartemen untuk mengingat mudah, hal ini paling efektif bila terkait dengan penilaian atau kerangka kerja organisasi. Kerangka ini berfungsi sebagai panduan untuk penilaian dan diatur sebagai kompartemen dengan sub-judul. Diagram alur penyajian menyediakan kerangka organisasi untuk memesan proses pemikiran selama triase. Diagram alur telah berkunjung ke link proses pengambilan keputusan ke dalam pengaturan klinis. Mereka membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan struktur, dan juga dukungan staf junior karena mereka memperoleh keterampilan pengambilan keputusan.
4.
Mengimplementasikan alternatif yang dipilih
Hanya ada lima kategori triase mungkin untuk memilih. Ini memiliki nama spesifik dan
defenitons. Praktisi triase menerapkan kategori tergantung pada urgensi dari
kondisi pasien. Sekali prioritas dialokasikan jalur perawatan yang tepat dimulai.
5.
Memantau pelaksanaan dan mengevaluasi hasil.
Triase adalah dinamis dan harus responsif terhadap
kebutuhan pasien dan departemen. Metode triase yang diuraikan dalam buku ini
memastikan bahwa proses mencapai keputusan itu diatur. Oleh karena itu perawat
akan dapat mengidentifikasi bagaimana dan mengapa mereka mencapai hasil
(kategori). Ini memfasilitasi penilaian ulang dan konfirmasi berikutnya atau
mengubah dalam kategori.
2.6 START ( Simple triage And Rapid Treatment)
Adalah suatu system yang dikembangkan untuk memungkinkan
paramedic memilah korban dalam waktu yang singkat kira – kira 30 detik.
Yang perlu
diobservasi : Respiration, Perfusion, dan Mental Status ( RPM ).
System START di desain untuk membantu penolong untuk
menemukan pasien yang menderita luka berat.
Tahap pertama dalam START adalah
untuk memberitahu orang / korban yang dapat bangun dan berjalan untuk pindah ke area yang telah ditentukan. Supaya
lebih mudah untuk dikendalikan, bagi korban yang dapat berjalan agar dapat
pindah dari area tempat pertolongan korban prioritas utama (merah / immediate
). Korban ini sekarang ditandai dengan
status Minor / prioritas 3 ( hijau ).
Jika korban protes disuruh pindah
dikarenakan nyeri untuk berjalan, jangan paksa mereka untuk pindah.
Tahap ke dua: Mulai dari
tempat berdiri. Mulailah tahap ke 2 dari tempat
berdiri, bergeraklah pindah dengan pola yang teratur dan mengingat korban.
Berhenti pada masing – masing individu dan melakukan assesment dan tagging
dengan cepat.
Tujuannya
adalah untuk menemukan pasien yang butuh penanganan segera (immediate, merah).
START didasarkan pada 3
observasi : RPM ( respiration, perfusion,
and Mental Status )
Respiration / breathing
Jika pasien
bernafas, kemudian tentukan frekuensi pernafasanya, jika lebih dari 30 / menit,
korban ditandai Merah / immediate. Korban ini
menujukkan tanda – tanda primer shock dan butuh perolongan segera.
Jika pasien bernafas dan frekuensinya kurang dari 30 / menit, segera
lakukan observasi selanjutnya ( perfusion and Mental status ).
Jika pasien tidak
bernafas, dengan cepat bersihkan mulut korban dari bahan – bahan asing.
Buka jalan
nafas, posisikan pasien untuk mempertahankan jalan nafasnya, dan jika pasien
bernafas tandai pasien dengan immediate, jika pasien tidak bernafas setelah
dialkukan maneuver tadi, maka korban tersebut ditandai DEAD.
Perfusion or Circulating
Bertujuan untuk mengecek apakah jantungnya
masih memiliki kemampuan untuk mensirkulasikan darah dengan adekuat, dengan
cara mengecek denyut nadi. Jika denyut nadi lemah dan tidak teratur korban
ditandai immediate.
jika denyut
nadi telah teraba segera lakukan obserbasi status mentalnya.
Mental status
Untuk
mengetesnya dapat dilakukan dengan memnberikan instruksi yang mudah pada korban
tersebut :
“buka
matamu” atau “ tutup matamu “.
Korban yang
mampu mengikuti instuksi tersebut dan memiliki pernafasan dan sirkulasi yang
baik, ditandai dengan Delayed
Korban yang
tidak bisa mengikuti instruksi tersebut ditandai dengan Immediate
• Korban ‘D’
ditinggalkan di tempat mereka jatuh, ditutupi seperlunya.
• Korban ‘I’
merupakan prioritas utama dalam evakuasi karena korban ini memerlukan
Perawatan
medis lanjut secepatnya atau paling lambat dalam satu jam (golden hour).
• Korban
‘DEL’ dapat menunggu evakuasi sampai seluruh korban ‘I’ selesai ditranspor.
• Jangan evakuasi korban ‘M’ sampai seluruh korban ‘I’ dan ‘DEL’ selesai dievakuasi. Korban ini dapat menunda perawatan medis lanjut sampai beberapa jam lamanya. Re-triase korban tetap dilakukan untuk melihat apakah keadaan korban memburuk.
• Jangan evakuasi korban ‘M’ sampai seluruh korban ‘I’ dan ‘DEL’ selesai dievakuasi. Korban ini dapat menunda perawatan medis lanjut sampai beberapa jam lamanya. Re-triase korban tetap dilakukan untuk melihat apakah keadaan korban memburuk.
Reverse Triage
Sebagai
tambahan pada standar triase yang dijalankan, terdapat beberapa kondisi dimana
korban dengan cedera ringan didahulukan daripada korban dengan cedera berat.
Situasi yang memungkinkan dilakukan reverse triage yaitu pada keadaan perang
dimana dibutuhkan prajurit yang terluka untuk kembali ke medan pertempuran
secepat mungkin. Selain itu, hal ini juga mungkin dilakukan bila terdapat
seumlah besar paramedis dan dokter yang mengalami cedera, dimana akan merupakan
suatu keuntungan jika mereka lebih dulu diselamatkan karena nantinya dapat
memberikan perawatan medis kepada korban yang lain.
PENILAIAN DITEMPAT DAN PRIORITAS
TRIASE.
1.
Pertahankan keberadaan darah universal dan cairan.
2.
Tim respons pertama harus menilai lingkungan atas
kemungkinan bahaya, keamanan dan jumlah korban untuk menentukan tingkat respons
yang memadai.
3.
Beritahukan koordinator untuk mengumumkan musibah
massal dan kebutuhan akan dukungan antar instansi sesuai yang ditentukan oleh
beratnya kejadian.
4.
Kenali dan tunjuk pada posisi berikut bila petugas
yang mampu tersedia :
a.
Petugas Komando Musibah.
b.
Petugas Komunikasi.
c.
Petugas Ekstrikasi/Bahaya.
d.
Petugas Triase Primer.
e.
Petugas Triase Sekunder.
f.
Petugas Perawatan.
g.
Petugas Angkut atau Transportasi.
5.
Kenali dan tunjuk area sektor musibah massal :
a.
Sektor Komando/Komunikasi Musibah.
b.
Sektor Pendukung (Kebutuhan dan Tenaga).
c.
Sektor Musibah.
d.
Sektor Ekstrikasi/Bahaya.
e.
Sektor Triase.
f.
Sektor Tindakan Primer.
g.
Sektor Tindakan Sekunder.
h.
Sektor Transportasi.
6. Rencana Pasca Kejadian Musibah massal :
a.
Kritik Pasca Musibah.
b.
CISD (Critical Insident Stress Debriefing).
DAFTAR PUSTAKA
Manchester Triage Group. 2006.
Emergency Triage 2nd ed. Blackwell Publishing Ltd: USA
Pan American Health Organization, ed. Palupi Widyastuti. 2000. Bencana Alam
: Perlindungan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
S. Khatien, dkk. 2000. Emergency Nursing Secrets. Jakarta : EGC
by kel 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar