Minggu, 18 Maret 2012

Miss You Much ost 200 Pound Beauty

Miss You Much - Yumi

Shot like an arrow through my heart 
That's the pain i feel I feel whenever we're apart 

Not to say that i'm in love with you 
But who's to say that i'm not 

I just know that it feels wrong, When i'm away too long 
It makes my body hot, so let me tell ya baby 

I'll tell your mama I'll tell your friends 
I'll tell anyone Whose heart can comprehend 

Send it in a letter baby Tell you on the phone 
I'm not the kind of girl Who likes to be alone 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
I really miss you much (M-I-S-S you much) 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
Baby i really miss you much (M-I-S-S you much) 

I'm rushing home Just as soon as i can 
I'm rushing home to see Your smilin' face 
And feel your warm embrace It makes me feel so g-g-g good 
So i'll tell ya baby 

I'll tell your mama I'll tell your friends 
I'll tell anyone Whose heart can comprehend 

Send it in a letter baby Tell you on the phone 
I'm not the kind of girl Who likes to be alone 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
I really miss you much (M-I-S-S you much) 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
Baby i really miss you much (M-I-S-S you much) 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
I really miss you much (M-I-S-S you much) 

I miss ya much (boy-oh-i miss you much) 
Baby i really miss you much (M-I-S-S you much) 




Maria ost 200 Pound Beauty


Maria - Kim Ah Jung 

ja jigeum sijakhae jogeumssik tteugeopge Oh~ duryeowohajima 
pyeolchyeojin nunape jeo taeyangi gireul bichwo Oh~ jeoldae meomchujima 

Maria~ Ave maria~ jeo huin gureumkkeutkkaji nara 
Maria~ Ave maria~ geochin padottawin sanggwaneobsi 

gijeogeun ireoke ne nunape pyeolchyeoisseo Oh~ jeoldae meomchujima 

Maria~ Ave maria~ jeo huin gureumkkeutkkaji nara 
Maria~ Ave maria~ geochin padottawin sanggwaneobsi 
Maria~ 

meomchwobeorin simjang jeonchega geotjabeulsu eobsi ttwieowa 

Maria~ Ave maria~ jeo huin gureumkkeutkkaji nara 
Maria~ Ave maria~ geochin padottawin sanggwaneobsi 

Maria~ Ave maria~ jeo huin gureumkkeutkkaji nara 
Maria~ Ave maria~ geochin padottawin sanggwaneobs



Star ost. 200 Pound Beauty

Star (byeol) - Yumi 

baramgyeori changeul heundeulgo nae kimanhan jageun naui bangwiro 
areumdapge byeolbitteureul gadeuk chaewojuneyo 

sel su eobsi manheun byeoldeureun jichyeoinneun nareul eorumanjimyeo 
nae mamsoge gadeukdameun nunmul dakkajuneyo 

manhi apahajima nal kkok aneunchae dadogyeojumyeo 
jaljara wirohaejuneyo 

geotji motalmankeum hime gyeowo apawado nunmuri apeul garyeowado 
gatjimotal nae sarang apedo na useullaeyo 

jamsirado gyeote haengbokhaetdeon gieokdeureul gaseume ganjikhalkkeyo 
du nune sunohajin jeo byeoldeulcheoreom yeongwonhi 

kkumeul kkudeut dagaoneyo yunanhido balgeun naui byeol hana 
nunbusige banjjagimyeo eokkae wiro naeryeowa 

jakku seulpeohajima son kkok jabeunchae nal manjyeojumyeo 
ttaseuhi nal gamssajuneyo 

geotjimotalmankeum hime gyeowo apawado nunmuri apeul garyeowado 
gatjimotal nae sarang apedo na useullaeyo 

jamsirado gyeote haengbokhaetdeon gieokdeureul gaseumsoge ganjikhalkkeyo 
dunune sunohajin jeo byeoldeulcheoreom oh~ 

na oneulmaneun an ureoyo nunmuri gadeuk chawado 
jeogi jeo byeoldeulcheoreom na useullaeyo 

Oh oh~ haengbokhaetdeon gieok modu gaseume ganjikhalkkeyo 
dunune sunohajin jeo byeoldeulcheoreom yeongwonhi 


Beautiful Girl ost 200 Pound Beauty

Beautiful Girl(Teaser Edit Feat Alex) - Kim Ah Jung 

You're my beautiful girl beautiful girl 
geudaeneun areumdaun naui beautiful 

naneun neomu ippeo nan cham seksihae mimoneun naui mugi I'm a beautiful girl 
da nareul bomyeon modudeul sseureojine naneun beautiful girl 

sinsasungnyeo yeoreobun minyeoreul sogaehamnida 
eolgureun malhalgeot eopgo mommaedo jeongmal hwansangijiyo 
Hello hello~ 

naneun neomu ippeo nan cham seksihae mimoneun naui mugi I'm a beautiful girl 
da nareul bomyeon modudeul sseureojine naneun beautiful girl 
naneun beautiful girl naneun beautiful girl oh~Yeah~ 


Autistic disorder


AUTISTIC DISORDER

A.    Defenisi Autisme
Autisme adalah gangguan perkembangan kompleks pada fungsi otak yang disertai dengan defisit intelektual dan perilaku dalam rentang dan keparahan yang luas. Autisme dimanifestasikan selama bayi dan awal masa kanak-kanak terutama sejak usia 18 sampai 30 bulan. Autisme terjadi pada 1 : 2500 anak, sekitar empat kali lebih sering pada lelaki dibanding perempuan (meskipun biasanya perempuan terkena lebih parah) dan tidak berhubungan dengan tingkat sosioekonomi, ras atau gaya hidup orang tua. (Wong, Donna L 2008)
Gangguan autistik merupakan sindrom dari defisit perilaku dan perseptual dengan etiologi yang tidak diketahui, kemungkinan ditemukan saat lahir, yang secara simtomatologik ditemukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak yang sangat dini.
(Residen bagian psikiatri UCLA 1997)
Autisme dianggap merupakan gangguan perkembangan pervasif baik dilihat dari segi penelitian maupun segi klinis. Autisme mempengaruhi kualitas-kualitas manusia penting, yakni interaksi antarpribadi dan komunikasi. Anak-anak yang mengalami autisme memperlihatkan kerusakan berat pada interaksi interpersonal dan komunikasi.

B.     Etiologi
Teori dini dari gangguan fungsi keluarga yang menyebabkan autisme tidak didukung oleh semua penelitian. Autisme merupakan suatu sindrom yang dapat mempunyai sekumpulan penyebab. Data mendukung sejumlah kelainan, termasuk genetik(saudara sekandung mempunyai peningkatan kemungkinan 50 kali untuk mengalami autisme), biokimia(kelainan serotonin), kognitif(penyulit prenatal dan perinatal yang lebih tinggi).
Etiologi autisme tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat bukti kuat yang menyokong penyebab biologis multipel. Individu penderita autisme dapat memiliki elektroensefalogram abnormal, kejang epileptik, keterlambatan perkembangan dominasi tangan, refleks primitif menetap, anormalitas metabolik dan hipoplasia vermal serebelar (bagian tak yang terlibat dalam regulasi gerakan dan beberapa aspek memori).
Terdapat juga bukti kuat berbasis genetik bahwa anak kembar memiliki pola bawaan autosom resesif secara konsisten. Studi yang dilakukan pada anak kembar menunjukkan sangat tingginya kondordans (sifat bawaan yang terdapat pada dua orang saudara yang memiliki karakteristik sama) yaitu 96% untuk kembar monozigot (identik) dan 24% kondordans untuk kembar dizigot (non identik). Selain itu, antara 5% sampai 16% lelaki penderita autisme positif memiliki kromosom X fragille.
Terdapat 3% sampai 8% risiko kejadian autisme pada keluarga jika salah satu anak yang terkena. Meskipun gen transpor serotonin dianggap sebagai kemungkinan faktor penyebab autisme, gen spesifik untuk gangguan ini belum teridentifikasi.(Wong, Donna L 2008)

C.     Psikodinamika
Penjelasan-penjelasan psikodinamik awal tentang autisme berfokus pada peran dari kepribadian orang tua dan gaya mereka dalam mengasuh anak-anak. Misalnya, dikemukakan bahwa orang tua  dari  anak-anak autis adalah dingin, formal tanpa humor, terpisah, sangat rasional, dan objektif. Diduga bahwa orang tua semacam itu tidak mengasuh dan tidak  memberikan anak-anak mereka hubungan antarpribadi, juga diasumsikan bahwa anak itu kemudian menjauhi orang tua yang “mekanik” ini dan berbalik kepada dirinya sendiri untuk mencari kesenangan dan ransangan. Juga dikemukakan bahwa orang tua dari anak autis tidak menanamkan kepercayaan terhadap diri anaknya dan perasaan kemampuan dalam diri anak mereka karena mereka berusaha untuk menguasai anak atau menuntut perfomansi anak yang sangat tinggi ( Bettelheim, 1967). Karena anak kurang percaya terhadap dirinya sendiri, maka ia merasa tidak berdaya untuk mengontrol nasibnya, dan karena sadar akan penolakan orang tuanya, maka ia tidak mau bergaul dengan dunia luar melainkan mundur kedalam dunia privatnya sendiri. Akan tetapi, pendekatan psikodinamik ini tidak diterima karena tidak didukung oleh data penelitian dimana banyak penelitian telah menunjukkan bahwa orang tua dari anak autis tidak berbeda dengan orang tua dari anak yang normal atau orang tua dari anak yang kalut.

D.    Patofisiologi
Setelah anak lahir, terjadi proses pengaturan pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson, dendrit, dan sinaps. Proses ini dipengaruhi secara genetik melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brain growth factors dan proses belajar anak. Makin banyak sinaps terbentuk, anak makin cerdas. Pembentukan akson, dendrit, dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan. Bagian otak yang digunakan dalam belajar menunjukkan pertambahan akson, dendrit, dan sinaps. Sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukkan kematian sel, berkurangnya akson, dendrit, dan sinaps.
Kelainan genetis, keracunan logam berat, dan nutrisi yang tidak adekuat dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada proses – proses tersebut. Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.
Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide, calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak.
Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.
Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar hasil pemprosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas, peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan kematian sel Purkinye.
Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer yang terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan atau obat seperti thalidomide.
Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat, serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan kegagalan mengeksplorasi lingkungan.
Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan dalam proses memori).
Faktor lingkungan yang menentukan perkembangan otak antara lain kecukupan oksigen, protein, energi, serta zat gizi mikro seperti zat besi, seng, yodium, hormon tiroid, asam lemak esensial, serta asam folat.
Adapun hal yang merusak atau mengganggu perkembangan otak antara lain alkohol, keracunan timah hitam, aluminium serta metilmerkuri, infeksi yang diderita ibu pada masa kehamilan, radiasi, serta ko kain.
Awitan adalah dini selama masa bayi atau sebelum berumur 36 bulan, jarang setelah berumur 5 atau 6 tahun. Faktor prognostik yang baik termasuk IQ yang lebih tinggi dan gangguan bahasa dan sosial yang lebih ringan. Sebagian besar orang dewasa autistik mengalami cacat berat. Dari yang sebagian kecil satu dari enam orang independen, sebagian besar mempertahankan suatu afek yang dangkal, keterampilan antarpribadi yang buruk, minat yang sempit dan tak biasa, dan tidak adanya kesadaran nyata akan perasaan dan respons sosial orang lain. Beberapa dapat mengalami kejang sebelum mencapai kedewasaan, sebagian besar pada remaja dini.

E.     Gambaran klinis
1.      Indiferensi sosial.
Tidak adanya respon wajah atau kontak mata dengan orang baru dalam lapangan penglihatan anak, tidak adanya senyum sosial dan respon antisipatoar saat dikenali, dan tidak adanya kecemasan asing. Terdapat kecendrungan untuk menghindari kontak fisik dan permainan kerjasama.
2.      Respon abnormal terhadap asupan sensorik
Kemungkinan tidak terdapat respons terhadap suara keras, menakutkan, respon yang meninggi terhadap suara lain dan suatu daya tarik kuat yang nyata terhadap tekstur, bau, atau cahaya tertentu. Sering terdapat keingintahuan yang kuat akan perincian permukaan halus dari benda dan ransangan yang ditimbulkan sendiri, seperti menggosok-gosok kain, memilah tanah melalui tangan, atau menjentik telinga.
3.      Gangguan komunikasi
Dapat ditemukan ekolalia, lansung atau tertunda (tertunda bahkan hingga hari berikutnya, bicara aprosodik (bicara tanpa tonus emosional yang dialirkan dalam ritme, perubahan nada suara, dan nada), dan reversi kata ganti(contohnya, “ anda” untuk “saya”)
4.      Kekhasan aktivitas
Terdapat stereotipe motorik atau manerisme, seperti menggerakkan tangan secara ritmik dalam lapangan penglihatan dekat, mengelepak tangan, dan berjalan pada jari kaki, keasyikan memintal(baik benda dan dirinya), dan bergaya
5.      Kemajuan perkembangan tak sama
Sering terdapat diagnosis retardasi mental penyerta. Namun sering, ditemukan perkembangan mental yang cepat dan dataran tinggi yang panjang, dan seringkali, terdapat daerah kemajuan perkembangan besar yang berbatas jelas.
 6.  Pola Bermain yang tidak efektif
Tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya. Tidak suka bermain dengan anak – anak sebayanya. Tidak kreatif, tidak imajinatif. Tidak bermain sesuai fungsi mainan misalnya sepeda dibalik lalu rodanya diputar – putar. Senang akan benda – benda yang berputar, seperti kipas angin, roda sepeda. Dapat sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana – mana.
7.         Perilaku yang tidak efektif
Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif). Memperlihatkan prilaku stimulasi diri seperti bergoyang – goyang, mengepakan tangan seperti burung, berputar – putar, mendekatkan mata ke pesawat TV, lari/ berjalan bolak balik, melakukan gerakan berulang – ulang. Tidak suka pada perubahan. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong.
8.      Emosi yang labil
Sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa, menangis tanpa alasan. Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak diberikan keinginannya. Kadang suka menyerang dan merusak. Kadang – kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri.  Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.

F.      Prognosis
Autisme biasanya merupakan kondisi ketidakmampuan yang berat. Tetapi ada laporan bahwa anak-anak mengalami kemajuan dalam penguasaan keterampilan bahasa dan komunikasi dengan orang lain. Beberapa anak pada akhirnya dapat mencapai kemandirian , tetapi sebagian besar anak memerlukan pengawasan seumur hidup dari orang dewasa. Perburukan gejala psikiatrik terjadi pada sekitar setengah anak selama masa remaja, dengan anak perempuan memiliki kecendrungan mengalami perburukan terus-menerus.
Pengenalan perilaku sehubungan dengan autisme sejak dini sangat kritis agar dapat menerapkan intervensi dan keterlibatan keluarga yang tepat. Prognosis paling baik terdapat pada anak-anak yang telah memiliki perkembangan bicara komunikatif pada usia 6 tahun dan IQ diatas 50 pada saat diagnosa ditegakkan.

G.    Pertimbangan perawatan
Intervensi terapeutik untuk anak penderita autisme merupakan wilayah khusus yang melibatkan profesional terlatih. Meskipun tidak ada penyembuhan untuk autisme, berbagai terapi telah digunakan. Hasil yang paling menjanjikan adalah melalui program modifikasi perilaku yang dilakukan secara intensif da terstruktur. Secara umum, tujuan penanganan adalah meningkatkan penguatan positif, meningkatkan kesadaran sosial terhadap orang lain, mengajari keterampilan komunikasi verbal, dan mengurangi perilaku yang tidak dapat diterima. Memberikan rutinitas terstruktur untuk diikuti anak merupakan kunci dalam penatalaksanaan autisme.
Apabila anak ini dirawat di rumah sakit, orang tua sangat penting merencanakan asuhan dan idealnya harus tinggal bersama anak sesering mungkin. Perawat harus memahami bahwa tidak semua anak penderita autisme samadan bahwa mereka akan memerlukan pengkajian dan penatalaksanaan individual. Mengurangi stimulasi dengan menggunakan ruang pribadi, menghindari distraksi suara dan visual yang berlebihan, dan mendorong orang tua untuk membawakan barang-barang yang sangat enting bagi anak dapat mengurangi gangguan akibat rawat inap. Karena kontak fisik sering menjengkelkan anak ini maka menggendong dan kontak mata perlu dibatasi untuk menghindari ledakan perilaku . harus hati-hati saat melakukan prosedur, memberi obat, atau memberi makan anak, karena mereka susah makan sampai kelaparan sendiri atau melakukan muntah untuk menghindari  makan atau mengulum makanan, menelan semua benda yang bisa atau tidak bisa dimakan, seperti termometer.
Mereka perlu diperkenalkan kepada situasi baru secara perlahan, kunjungan pemberi asuhan dibuat singkat jika mungkin. Karena anak ini mengalami kesulitan mengatur perilaku dan mengarahkan kembali energi mereka, maka segala sesuatu yang harus dikerjakan mereka perlu diperintah secara lansung. Komunikasi harus sesuai dengan tigkat perkembangan anak, singkat dan konkret. Hanya satu permintaan diberikan ada satu kesempatan, seperti” duduk di tempat tidur”.

Dukungan orang tua
Orang tua memerlukan ahli untuk  konsultasi dini dalam riwayat penyakit anknya. Ketika anak mendekat masa dewasa dan orang tua menjadi semakin tua, keluarga mungkin memerlukan bantuan untuk mencari fasilitas penempatan jangka panjang.  

H.    Pengobatan dan terapi
Dalam hal ini termasuk dukungan keluarga, penempatan pendidikan yang sesuai, dan penatalaksanaan perilaku. Penelitian mendukung praktek klinis farmakoterapi untuk perilaku sasaran tertentu( khsusnya haloperidol, tetapi kurang mendukung untuk fenfluramin).
Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Budiman, 1998) yaitu :
1.      berat ringannya gejala/berat ringannya kelainan otak.
2.      usia, diagnosis dini sangat penting, karena semakin muda umur anak saat dimulainya terapi, semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
3.      kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya
4.      bicara dan bahasa. 20 % penyandang autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan sisanya mempunyai kemampuan berbicara dengan kefasihan yang berbeda-beda. Mereka dengan kemampuan bicara yang baik mempunyai prognosis yang lebih baik.
5.      terapi yang intensif dan terpadu.
Penderita autis biasanya dirawat dan disekolahkan dalam sekolah khusus anak autisme. Meskipun anak autis tidak bisa disembuhkan secara sempurna namur anak tsb dapat dilatih agar mampu hidup mandiri. Pendidikan yang diberikan pada sekolah khusus tsb umumnya menekankan pada pemberian stimulasi melalui  terapi-terapi (psikoterapi), sehingga anak dapat mengadakan kontak social dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang abnormal. Misalnya, dengan teori penguatan prilaku yaitu memberikan sesuatu yang disukai anak (buku puzzle) dengan syarat dia mau bergabung kembali dengan kelasnya, ataupun guru jira di sekolah yang mengingatkan anak untuk menatap matanya.
Keluarga juga sangat berperan dalam melakukan terapi perilaku. Kesabaran dan ketekunan orang tua untuk berusaha menerima dan memberi stimulus dengan kata-kata, ataupun dengan memberikan kasih sayang spt memeluk anak sampai tertidur. Beberapa terapi yang bisa dilakukan dengan anak autis, diantaranya :
1.    Terapi Edukasi
Dengan memberikan pendidikan kognitif secara sederhana dan praktis spt membaca, menulis/mengenalkan benda tertentu, anak diberi kumpulan kartu yang berisi gambar dan nama-nama orang disekitarnya serta hal-hal yang perlu diperhatikan, misalnya gambar oven, dengan tulisan hati-hati ini panas, atau jangan bicara pada orang asing.
2.    Terapi Okupasi (Gerak motorik otot-otot)
Dengan melatih gerakan motorik otot-ototnya, misalnya dengan melepaskan baju, atau menaruh tas, misal melatih anak membuat minuman sendiri, yaitu membuka bungkus minuman, lalu mengaduknya, walaupun anak belum bisa mengambil sendiri jenis minuman tsb.
3.    Terapi Bicara
Yaitu pemberian stimulus tertentu yang mendorong  anak untuk bicara. Contohnya tiap kali pulang dan masuk rumah selalu berkata, ”Mami, saya sudah pulang”, tidak peduli ada/tidak ibunya ditempat itu.
4.    Terapi Obat-obatan
Dengan memberikan obat yang menurunkan hiperaktifitas, sterotipik, menarik diri, kegelisahan, dan afek yang labil. Contohnya obat penenang (sesuai dosis).
5.    Terapi Makanan
Dengan memberikan gizi yang cukup pada makanannya agar perkembangan sel tubuh tidak terganggu.
6.    Fisioterapi
Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang berfungsi untuk merangsang perkembangan motorik dan kontrol tubuh.
7.    Alternatif Terapi lainnya
Selain itu ada beberapa terapi lainnya yang menjadi alternatif penanganan penyandang autis menurut pengalaman (Sleeuwen, 1996), yaitu :

*   Terapi Musik
Meliputi aktivitas menyanyi, manri mengikuti irama dan memainkan alat musik. Musik dapat sangat bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri, termasuk pada penyandang autis.
*   Son-rise Program
Program ini berdasarkan pada sikap menerima dan mencintai tanpa syarat pada anak-anak autis. Diciptakan oleh orangtua pada anaknya didiagnosa menderita autisme tapi karena program latihan dan stimulasi yang intensif dari orangtua anak dapat berkembang tanpa tampak adanya tanda-tanda autistik.
*   Program Fasilitas Komunikasi
Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tapi program ini merupakan metode penyediaan dukungan fisik kepada individu dalam mengeskpresikan pikiran/ ide-idenya melalui papan alfabet, papan gambar, mesin ketik/komputer.
*   Terapi Vitamin
Penyandang autis mengalami kemajuan yang berarti setelah mengkonsumsi vitamin tertentu spt B6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan Mg, mineral dan vitamin lainnya.
*   Diet Khusus (Dietary Intervention) yang disesuaikan dengan cerebral allergies yang diderita penyandang autis.
Autisme memang tidak dapat disembuhkan secara total, namun demikian diharapkan semakin dini dalam penanganan penderita autisme semakin besar kesempatannya untuk dapat berprilaku normal, mandiri, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya.
            Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan anaknya. Masalah perilaku yang besar seperti keadaan bising, gelisah atau melukai diri sendiri sebagian besar dapat diatasi dengan obat-obatan, seperti klorpomazin atau tioridazin. Keadan tidak dapat tidur dapat memberikan respon dengan  sedativa, seperti kloralhidrat, dan konvulsi perlu dikendalikan dengan antikonvulsant. Hiperkinesis merupakan masalah, dan jika keadaan ini menetap dan berat, maka dapat dicobakan diit yang bebas aditif (pengawet).
            Latihan dan pendidikan penting sekali dan digunakan berbagai metode, misalnya, penggunaan ”operant conditioning”, dimana digunakan dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif (hukuman). Tujuan umum adalah untuk menggunakan metode yang paling cocok untuk anak dalam membantunya mengatasi cacatnya, untuk mengembangkan keterampilan sosial dan mendorong keterampilan praktis. Kesabaran merupakan atribut essensial, karena kemajuan umumnya sangat lambat.
            Apapun pendekatan yang diambil, penting untuk melibatkan semua yang terlibat secara langsung dalam perawatan anak. Hal ini termasuk orang tua, perawat atau staf residen lainnya. Bagi orang tua sangat penting agar mereka merasa bahwa mereka ambil bagian dalam terapi anaknya. Juga penting bagi orang tua sadar akan kelompok untuk menolong diri sendiri seperti Scottish Society for Autistic Children dan National Society for Autistic Children, dimana mereka dapat memperoleh bantuan, dan disadarkan akan rentang pelayanan yang ada untuk anak autisme.
Terapi penyembuhan yang diterapkan dilakukan dengan berbagai varian tehnik, diantaranya tehnik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara vebal maupun non verbal, dengan melibatkan orang tua dan ada juga yang tidak.
I.       Diagnosa keperawatan :
1.      Kerusakan interaksi sosial
2.      Kerusakan komunikasi verbal
3.      Gangguan identitas diri

DAFTAR PUSTAKA

Residen bagian psikiatri UCLA.1997. Buku saku psikiatri. Jakarta : EGC
Semiun, Yustinus.2006.Kesehatan Mental 2. Jogjakarta : Kanisius
Wong, Donna L.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Sabtu, 25 Februari 2012

konbanwa....

konbanwa.................anata wa gakusei desuka??

refreshing



terapi trombolitik


1.            DEFENISI
Tromboembolisme ( oklusi suatu arteri atau vena karena thrombus atau emboli ) menyebabkan iskemia ( kurang aliran darah ) yang mengakibatkan jaringan nekrosis (mati) di bagian distal dari area obstruksi. Perlu kira-kira 1 sampai 2 minggu untuk bekuan darah dapat berdisintegrasi dengan mekanisme fibrolitik natural. Jika trombus atau emboli baru dapat dilarutkan lebih cepat maka jaringan nekrosis yang terjadi hanya minimal dan aliran darah dapat kembali berfungsi lebih cepat. Inilah dasar dari terapi trombolitik.
Terapi trombolitik adalah terapi klinis yang ditujukan untuk reperfusi jaringan miokardium dengan memperbaiki aliran darah pada pembuluh darah yang tersumbat. Bekuan darah yang terdapat dalam pembuluh darah akan mengganggu aliran darah ke bagian tubuh yang dialiri oleh pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan suatu kerusakan serius pada bagian-bagian tubuh. Jika bekuan terdapat pada arteri yang memasok darah ke jantung, maka dapat menyebabkan serangan jantung. Jika bekuan terdapat pada aliran darah ke otak, maka dapat terjadi stroke.  Terapi trombolitik digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang akan mengancam kehidupan jika tidak segera diatasi.
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untukmenggambarkan kejadian kegawatan pada pembuluh darah koroner. SKA merupakan satu sindrom yang terdiri dari beberapa penyakitkoroner yaitu, angina tak stabil (unstable angina), infark miokard non-elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST, maupun angina pektorispasca infark atau pasca tindakan intervensi koroner perkutan.  Alasan rasional menyatukan semua penyakit itu dalam satu sindrom adalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. Semua disebabkan oleh terlepasnya plak yang merangsang terjadinya agregasi trombosit dan trombosis, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan stenosis berta atau oklusi pada arteri koroner dengan
atau tanpa emboli.  Sedangkan letak perbedaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan elevasi ST adalah dari jenis trombus yangmenyertainya. Angina tak stabil dengan trombus mural, Non-elevasiST dengan thrombus inkomplet/nonklusif, sedangkan pada elevasi STadalah trombus komplet/oklusif.

2.            AGENT TROMBOLITIK
Terapi trombolisis menggunakan obat yang disebut agen trombolitik seperti alteplase ( Activase ), anistreplase (Eminase), streptokinase (Streptase, Kabikinase), urokinase ( Abbokinase ), dan aktivator plasminogen jaringan (TPA) untuk membubarkan gumpalan. Obat ini diberikan sebagai suntikan, hanya di bawah pengawasan seorang dokter.
Agent trombolitik dibagia menjadi 2 kategori :
a)            Fibrin selektif
         Karakteristik :
·               Aktivasi plasminogen yang terikat pada fibrin
·               Penghancuran bekuan sangat cepat
Jenis :
·               Tissue – Type Plasminogen Activator (t – PA )
-                Serine protease yang diproduksi oleh sel endothelial pembuluh darah
-                Mengkonversi plasminogen menjadi plasmin setelah terikat pada bekuan mengandung fibrin
-                Dosis : 15 mg bolus dilanjutkan 50 mg atau 0,75 mg/kgBB selama 30 menit atau 35 mg atau 0,5 mg/kgBB selama 60 menit dengan total maximum dosis 100 mg
-                Waktu paruh : t – PA = 3 – 5 menit, r – PA = 15 menit
-                Efek samping : dapat terjadi reoklusi. Diperlukan infus antikoagulasi sistemik/heparin
-                Reaksi alergi dan hipotensi ditemukan

·               Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( rt – PA )
-                Dosis standar dipercepat dengan cara melalui bolus 15 mg, 50 mg atau 0,75 mg / kgBB lebih dari 30 menit, dan 35 mg atau 0,50 mg / kgBB lebih dari 60 menit untuk dosis total maksimum 100 mg.
-                Direkomendasikan untuk pasien yang berat badannya kurang dari 65 kg.
-                Waktu paruhnya adalah 5 menit.

·               Recombinant Plasminogen Activator ( reteplase, r – PA )
Recombinant Tissue Plasminogen Activator ( r – PA ) atau Retaplase adalah obat trombolitik yang digunakan untuk memecah gumpalan darah. Obat ini bekerja dengan cara mengaktifkan zat kimia yang membantu menghancurkan gumpalan darah.
Indikasi penggunaan reteplase adalah  untuk meningkatkan fungsi jantung dan mencegah gagal jantung kongestif (CHF) atau kematian pada orang yang mengalami serangan jantung.
·               Single-chain urokinase plasminogen activator ( scu-PA atau prourokinase)

  b). Non selektif
         Karakteristik :
·               Plasminogenolosis dan fibrinogenolisis sistemik
·               Penghancuran bekuan lebih lambat
·               Status penghancuran sistemik lebih panjang
        
Jenis- Jenis :
*      Streptokinase ( SK )
-                      Agen trombolitik yang dihasilkan dari  – hemolitik streptokokus, yang bila dikombinasikan dengan plasminogen akan berfungsi sebagai katalis dalam konversi plasminogen menjadi plasmin.
-                      Dapat diberikan IV atau IC
-                      Dosis : 1,5 juta U dalam 30 – 60 menit
-                      Dapat menyebabkan respon alergi, pruritus, demam, mual, urtikaria, sakit kepala dan malaise
-                      Efek samping : hipotensi
-                      Observasi : 12 jam
*      Anisolated Plasminogen Streptokinase Activator ( APSAC )
-                Bentuk kimiawi dari SK
-                APSAC memiliki waktu paruh relatif lama dan hasil yang dinyatakan dalam fibrinogenolysis.
-                APSAC diberikan lewat bolus 30 U selama 2-5 menit
-                Karena APSAC adalah bentuk SK, ia memiliki sifat antigenik yang sama SK.
-                Gejala alergi terjadi pada pasien yang menerima APSAC.
-                Hipotensi dapat terjadi pada pasien dan akan lebih parah jika obat diberikan
         Semua jenis dari agen trombolitik disertai dengan pemberian antiplatelet : heparin atau
         Aspirin

3.            INDIKASI
Kriteria seleksi yang digunakan untuk terapi trombolitik
·               Tidak lebih dari 12 jam setelah waktu terapi : nyeri dada, semakin cepat semakin baik
·               Elevasi segmen ST pada EKG atau onset baru blok cabang berkas kiri
·               Nyeri dada istemik dengan durasi 30 menit
·               Nyeri dada tidak respon terhadap nitrogliserin sub lingual atau nifedipin
·               Tidak mengalami kondisi yang dapat menjadi predisposisi pendarahan

Indikasi
Kelas I
·         Usia pasien  < 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi < 12 jam
·         Pasien dengan blok cabang-ikat dan adanya riwayat AMI
Kelas IIa
Usia pasien  > 75 tahun dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi  < 12 jam

Kelas IIb
·         Pasien dengan ST elevasi lebih dari 0,1 mV, waktu untuk terapi lebih dari 12 – 24 jam
·         Pasien dengan tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 110 mmHg berhubungan dengan MI
Kelas III
·               Pasien dengan ST elevasi, waktu untuk terapi > 24 jam dan nyeri istemik tertangani
·               Pasien dengan ST depresi

4.            KONTRAINDIKASI
Terapi trombolitik : Kontra indikasi absolut
1.      Sebelumnya mengalami stroke hemoragik; stroke lain atau serebrovaskular yang terjadi dalam 1tahun terakhir
2.      Neoplasma intrakranial
3.      Perdarahan internal aktif (tidak termasuk menstruasi)
4.      Suspek diseksi aorta

Terapi trombolitik : Kontraindikasi relatif
1.      Hipertensi berat (tekanan darah  >180/110)
2.      Riwayat CVA / kelainan intraserebral
3.      Trauma yang baru terjadi (dalam 2-4 minggu), termasuk cedera kepala atau resusitasi jantung > 10 menit atau operasi besar < 3minggu
4.      Perdarahan internal dalam 2-4 minggu terakhir
5.      Penggunaan streptokinase sebelumnya (5 hari sampai 2 tahun) atau riwayat alergi terhadap streptokinase
6.      Pengunaan antikoagulan
7.      Kehamilan
8.      Tukak lambung
9.      Riwayat hipertensi kronik yang berat

5. MANAJEMEN FARMAKOLOGI

Obat
Dosis
Tindakan
Pertimbangan khusus
Bekuan spesifik
t- PA ( alteplase
IV : 100 mg lebih dari 90 menit dengan 15 mg pertama diberikan melalui bolus
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi plasmin
Waktu paruh yang pendek, sehingga heparin biasanya diberikan lewat bolus dan kemudian diikuti dengan infuse.
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
r-PA ( reteplase )
10 U diberikan lewat bolus, diulang dalam 30 menit
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi plasmin
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan dalam 24 jam
TNKase (tenecteplase)
30-50 mg berdasarkan  berat badan, diberikan lewat bolus tunggal
Mengikat fibrin pada bekuan dan mempromosikan aktivasi plasminogen menjadi plasmin
Heparin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari
Non-spesifik
SK (streptokinase)
1,5 juta U diberikan lebih dari 60 menit
Mengkatalis pengubahan plasminogen menjadi plasmin, yang menyebabkan lisis dari fibrin.
Memiliki efek litik sistemik
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi.
Heparin dapat diberikan IV atau SQ
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari

APSAC (anitreplase)
30 U melalui bolus lambat selama 2-5 menit
Kombinasi molekul streptokinase dan plasminogen yang tindakannya serupa dengan streptokinase. Memiliki efek litik sistemik
Dapat menyebabkan reaksi alergi dan hipotensi
Waktu paruh lama, jadi heparin biasanya dimulai 4-6 jam setelah APSAC
Aspirin dimulai dengan pemberian obat dan dilanjutkan q hari


6. PENATALAKSANAAN PRE DAN POST TROMBOLISIS
Praprosedur
1.         Kaji tingkat pengertian dan tingkat ansietas
2.         Libatkan keluarga atau orang terdekat dalam perawatan dan instruksi
3.         Beri penguatan penjelasan dokter tentang tujuan prosedur, hasil yang diinginkan, dan risiko yang berhubungan
4.         Gambarkan prosedur yang akan dilakukan :
·      Intrakoroner : sama dengan kateterisasi jantung, dapat berakhir dalam 1 sampai 2 jam. Sensasi yang dapat terjadi : tekanan selama pemasangan kateter, tak ada ketidaknyamanan dalam penginfusan.
·      Intravena : biasanya di bagian kedaruratan atau UPK, penginfusan diberikan lebih dari 3 jam
5.         Jelaskan dan tinjau kembali tindakan intraprosedur dan  pascaprosedur
6.         Pemantauan di UPK
7.         Hak-hak berkunjung
8.         Peralatan yang digunakan (alat pemantauan jantung, pemberian oksigen, terapi IV)
9.         Jelaskan perlunya tirah baring selama dan setelah pemberian dan perlunya sering mengambil contoh darah untuk memantau masa pembekuan
10.     Instruksikan pada pasien untuk segera memberi informasi pada perawat bila terasa nyeri dada.

Post prosedur
Komplikasi umum dari trombolisis adalah pendarahan, tidak hanya sebagai hasil terapi trombolitik itu sendiri, tetapi juga karena pasien secara rutin mendapat terapi antikoagulan selama beberapa hari untuk meminimalisir kemungkinan retrombosis. Perawat juga harus secara berkala memanatau manifestasi klinis dari pendarahan. Pendarahan gusi dan kebocoran vena biasa terjadi. Pendarahan serius dapat terjadi seperti pendarahan intrakranial dan pendarahan internal.
Sebagai tambahan untuk keakuratan pengkajian pasien untuk membuktikan pendarahan, penatalaksanaan keperawatannya termasuk tindakan preventif untuk meminimalisir potensial pendarahan. Contohnya penanganan pasien yang terbatas, infeksi dapat dihindari jika memungkinkan, dan tambahan tekanan dapat diberikan untuk memastikn hemosatatis dari venipuncture dan tempat kebocoran arteri. Jalur intra vena dipasang sebelum pemberian terapi lisis dan penguncian heparin dapat digunakan untuk penatalaksanaan selama pengambilan spesimen labor. Antasid dapat diberikan khususnya jika pasien mengalami ketidaknyaman di bagian gastrointestinal.

by kel 1  ....