Senin, 14 November 2011

Konsep Persalinan Normal

KEPERAWATAN MATERNITAS
Konsep Persalinan Normal

               
             Oleh Kelompok 2 

                      Wilya Harmila 
                   Widia Enggri Yusri 
                    Oryza Florencia
                         Trinovalaila
                   Sherli Prima Dewi 
                          Harmeliza 
                        Yudhi Aulia 
               Faraditha Nurul Putri             

Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
2011

A.    Konsep Persalinan Normal
Persalinan normal adalah:
Ø terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur)
Ø mempunyai onset spontan (tidak di induksi)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (35-39 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlansung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
·         Fase-Fase Persalinan
1.      Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 1988 : 165).
Proses pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a)      Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
b)      Fase aktif
dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
-     Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
-     Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
-     Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 ncm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara primi dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium uteri eksternum membuka. Pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira kira 12 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2.      Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah :
a)         His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik
b)        Menjelang akhir I ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak
c)         Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus frankenhauser
d)        Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e)         Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung
f)         Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
-     Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu belakang
-     Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
-     Bayi lahir diikuti oleh air ketuban
Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam (Manuaba, 1998 : 165 – 166).
3.      Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placentanya pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :
a)         Uterus menjadi budar
b)        Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim
c)         Tali pusat bertambah panjang
d)        Terjadi perdarahan
Melahirkan placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede pada fundus uteri. Biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
4.      Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah:
a)         Tingkat kesadaran penderita
b)        Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan
c)         Kontraksi uterus
d)        Terjadi perdarahan (Manuaba, 1998 : 166)
Pada sebagian rumah sakit, satu atau dua jam setelah persalinan selesai disebut sebagai kala empat (pembagian persalinan menjadi kala satu sampai empat juga digunakan di Indonesia). periode persalinan ini merupakan salah satu perubahan dramastis pada tubuh seorang wanita. ketika berbagai komplikasi dari persalinan atau pelahiran cendrung terjadi. komplikasi yang seing ditemukan pada stadium ini adalah perdarahan, akibat relaksasi uterus. komplikasi emergensi lainnya dapat timbul pada wanita hamil sehat, seperti reaksi pada obat yang diberikan.
Wanita yang baru bersalin dibiarkan dahulu di ruang persalinan atau dipindahkan ke ruangan pemulihan atau ruang “kala empat”, tempat tersedianya berbagai fasilitas yang sesuai untuk mengatasi keadaan emergensi, observasi dlakukan selama satu jam.
Dalam proses persalinan terdapat upaya kerja sama 3 kekuatan vital, yaitu:
1.      Power (kekuatan His dan mengejan)
Kemampuan untuk memberikan tuntunan persalinan sehingga resultan ketiga kekuatan tersebut berlansung baik agar terbentuk persalinan spontan belakang kepala.
2.      Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri atas jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir tulang harus memenuhi syarat, bentuk ukuran luas bagian dalamnya dalam batas normal, sehingga proses adaptasi dengan kepala baik, yang memberi kemungkinan persalinan berjalan normal. jalan lahir lunak, terdiri atas otot dasar panggul, elastic, mampu terbuka dengan baik sehingga proses persalinan berjalan normal dan lancer.
3.      Passenger (janin)
Bentuk, besarnya dan posisi harus normal sehingga mampu beradaptasi dengan baik terhadap jalan lahir dan kekuatan pendorong, sehingga proses persalinan berjalan lancer dan normal.
B.     Adaptasi Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Selama Proses Persalinan
·         Adaptasi Fisiologi Ibu
1.      Perubahan Kardiovaskular
Perawat dapat berharap akan menemukan beberapa perubahan pada sistem kardiovaskular pada wanita selama bersalin. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk kedalam sistem vaskular ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30-50% pada tahap II persalinan.
Pada tahap II kontraksi dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memiliki resiko hipertensi kini resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi seperti perdarahan otak. Wanita harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver Valsalva (menahan  nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk mendorong selama tahap II. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks, mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan TD meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan manuver valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat wanita menarik nafas.
Hipotensi supine terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine jika pembesaran uterus berlebihan akibat kehamilan kembar, hydramnion, obesitas, atau dehidrasi, dan hipovolemia. Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat menyebabkan hipotensi. Sel darah putih meningkat seringkali meningkat.
2.      Perubahan Pernapasan
Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dam hipokapnea (CO2 menurun). Pada tahap II persalinan jika wanita tidak diberi obat-obatan maka dia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.
3.      Perubahan pada Ginjal
Pada trimester II, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi kandung kemih dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan karena edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1 dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respon rusaknya jaringan otot akibat kerja fisik selama persalinan.
4.      Perubahan Integumen
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi obekan-robekan kecil pada kulit sekitar intoitus vagina sekalipun tidak dilakukan epiostomi atau tidak terjadi laserasi.
5.      Perubahan musculoskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteinuria (+1) dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktifitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin ) terjadi sebagai akibat semakin meregangnya sendi selama masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
6.      Perubahan Neurologi
Akan timbul stres dan rasa tidak nyaman selama masa persalinan. Perubahan sensoris terjadi saat wanita masuk ke tahap I persalinan dan saat masuk ke setiap saat berikutnya. Mula-mula mungkin ia merasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi serius dan kemudian mengalami amnesia di antara traksi selama tahap II. Akhirnya wanita merasa sangat senang atau merasa sangat letih setelah melahirkan. Endorfin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi. Selain itu anestesia fisiologis jaringan perineum yang menimbulkan tekanan bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
7.      Perubahan Pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap proses persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks meningkat. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat meraba tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
8.      Perubahan Endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar gula darah dapat menurun akibat proses persalinan.
·         Adaptasi Psikologi Ibu
Masalah psikologis yang mungkin terjadi;
1.      Kecemasan menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
2.      Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3.      Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung.

C.    Penatalaksanaan Nyeri Non Farmakologi
·        Penatalaksanaan nyeri non farmokologi dalam persalinan
1.      Metode kelahiran bayi dengan persiapan dapat membantu klien untuk merasa lebih memiliki kontrol dan relaks, membantu nya berkolaborasi dengan kontraksi, ini dapat memperpendek persalinan.
2.      Hipnosis bisa digunakan untuk beberapa klien
3.      Intervensi yang bertujuan mendukung klien selama persalinan mungkin dapat membantu, intervensi meliputi:
-       Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan.
-       Mendorong teknik-teknik yang dipelajari di kelas persiapan kelahiran bayi.
-       Membimbing metode pernapasan,mengangkat abdomen, mengejan, menurunkan tekanan eksternal, distraksi, stimulasi kutaneus dan relaksasi.
·        Penatalaksanaan nyeri nonfarmakologi secara umum
1.      Stimulasi kutaneus
a)      Menghitung tekanan : teknik ini berguna untuk membantu wanita hamil dalam mengatasi sensasi tekanan internal dan nyeri di punggung bagiann bawah. Biasanya sangat membantu ketika terjadi nyeri punggung yang disebabkan oleh tekanan occiput melawan sum-sum tulang belakang saat kepala bayi berada pada posisi posterior.
b)      Effleurage atau light massage : kejutan cahaya, biasanya di abdomen, dengan irama pernapasan saat berkontraksi. Teknik ini digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontaksi.
c)      Therapeutik touch and massage : sentuhan dan massase merupakan bagian integral dari proses perawatan tradisional. Ada terdapat berbagai macam teknik massase yang aman dan efektif selama persalinan.
d)     Berjalan
e)      Perubahan posisi
f)       Application heat and cold
g)      Terapi Air/ hydroterapi
h)      Intradermal water block
2.      Stimulasi sensori
-       Aromatherapy
-       Teknik napas 
-       Music
3.      Startegi kognitif
-       Pendidikan bayi baru lahir
-       Hypnosis
-       Biofeedback
D.    Tindakan Pembedahan Pada Persalinan
1.      Indikasi tindakan operasi persalinan
Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa alasa medis atau indikasi yang tepat. alas an umum yang menjadidasar tindakan operasi makin liberal adalah keinginan mencapai “well born baby and well health mother”. sehingga tindakan operasi per vagina yang sulit dapat diganti dengan operasi persalinan section sesaria, yang mempunyai resiko ringan, aman, dan terjamin untuk ibu maupun bayi nya.
2.      Indikasi ibu
Indikasi profilaksis, tindakan operasi dilakukan untuk lebih menjamin keselamatan ibu dan janinnya, untuk ibu dengan penyakit jantung, paru, atau tekanan darah tinggi atau pada ibu dengan komplikasi pre eklampsia atau eklampsia atau ibu kelelahan saat persalinan.
Indikasi vital (petunjuk yang mendesak), pecahnya rahim yang mengancam, rahim yang pecah, kehamilan dengan perdarahan, perjalan kehamilan yang terhanbat, kesempitan panggul, kelainan letak janin dalam rahim, kelainan posisi kepala janin di jalan lahir, persalinan lama.
3.      Indikasi janin
Tindakan operasi dilakukan pada kasus gawat janin dalam rahim, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin dalam rahim, tali pusat janin menumbung. setiap tindakan operasi dapat menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi nya sehingga diperlukan persiapan yang cukup baik. pada kasus dengan rencana operasi persalinan terjadwal, persiapan dapat dilakukan dengan baik berkaitan dengan kesiapan mental dan kesiapan fisik, persiapan mental meliputi member penjelasan dengan baik mengapa perasi persalinan perlu dilakukan sejelas-jelasnya sehingga penderita dan keluarganya dapat memahami dan member persetujuan dalam informed consent dengan baik.
Informed consent sangat penting artinya sebagai pelindung kedua belah pihak dalam melakukan pertolongan persalinan dengan operasi bila kemudian terdapat tuntutan hukum.
Persiapan tindakan operasi:
Persiapan fisik meliputi persiapan fisik umum dengan puasa lebih dari 6 jam, istirahat cukup, pemeriksaan TTV (nadi, suhu, pernapasan, dan TD). pemeriksaan laboratorium, mempersiapkan donor darah. persiapan fisik khusus meliputi pemasangan infuse untuk mengatasi kehilangan cairan,pemberian antibiotika profilaksis, kandung kemih dikosongkan dengan kateter, mungkin perlu mengosongkan usus, persiapan obat untuk mengatasi kemungkinan infeksi ibu dan janin.
Alat yang dipergunakan dalam kesiapan operasi, alat yang digunakan sebaiknya telah siap saat diperlukan. tim pembantu tindakan operasi siap setiap saat dan merupakan paket rumah sakit. dalam memilih tindakan operasi yang tepat, bergantung pada keadaan khusus pada penderita dan bayi nya.
Dengan demikian observasi pada pertolongan persalinan kala pertama, kedua, ketiga dan kala ke empat sangat penting, sehingga setiap saat mampu mengambil tindakan tepat untuk menyelamatkan ibu dan janin. orientasi pertolongan persalinan menuju “well born baby and well health mother”, aspek social operasi section sesaria merupakan pertolongan memperhitungkan masa depan kehidupan janin dan kesehatan alat reproduksi.
Selanjutnya adalah pengisian informed concent dimana disini diberikan penjelasan pengenai tindakan operasi yang akan dilakukan, serta diminta persetujuan dari piahak keluarga dimana ini berguna untuk bukti pertanggung jawaban atas tindakan yang telah dilakukan. Informasi dalam informed concent adalah:
-     tindakan medis bedah yang diperlukan
-     memanfaatkan tindakan bedah
-     kemungkinan penyulit tindakan bedah
-     kemungkinan akibat yang terjadi setelah tindakan bedah
-     bagaimana persiapan tindakan bedah
-     siapa yang akan melakukan tindakan bedah
-     tempat pembedahan dan biaya yang diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar