KEPERAWATAN
MATERNITAS
“Konsep Persalinan Normal“
Oleh
Kelompok 2
Wilya
Harmila
Widia
Enggri Yusri
Oryza
Florencia
Trinovalaila
Sherli
Prima Dewi
Harmeliza
Yudhi
Aulia
Faraditha
Nurul Putri
Program
Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran Universitas
Andalas
2011
A. Konsep Persalinan
Normal
Persalinan
normal adalah:
Ø terjadi
pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur)
Ø mempunyai
onset spontan (tidak di induksi)
Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (35-39 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlansung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
·
Fase-Fase
Persalinan
1.
Kala
I
Kala
I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol
sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan (Manuaba, 1988 :
165).
Proses
pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase, yaitu :
a) Fase
laten
Berlangsung selama 8
jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm
b) Fase
aktif
dibagi dalam 3 fase
lagi, yaitu :
-
Fase akselerasi, dalam
waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm
-
Fase dilatasi maksimal,
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
-
Fase deselerasi,
pembukaan menjadi lambat sekali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 ncm menjadi
lengkap.
Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida. Mekanisme pembukaan serviks berbeda antara
primi dan multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka
lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru kemudian ostium
uteri eksternum membuka. Pada primigravida ostium uteri internum sudah sedikit
terbuka. Ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama.
Kala
I selesai apabila pembukaan serviks telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira kira 12 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2.
Kala
II
Kala II disebut
juga dengan kala pengeluaran. Gejala utama dari kala II adalah :
a)
His semakin kuat,
dengan interval 2 sampai 3 menit dengan durasi 50 sampai 100 detik
b)
Menjelang akhir I
ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak
c)
Ketuban pecah pada
pembukaan mendeteksi lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya
fleksus frankenhauser
d)
Kedua kekuatan, his dan
mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu,
subocciput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar,
dahi, hidung dan muka serta kepala seluruhnya.
e)
Kepala lahir seluruhnya
dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada punggung
f)
Setelah putar paksi
luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan:
-
Kepala dipegang pada
osocciput dan dibawah dagu, ditarik cunam kebawah untuk melahirkan bahu
belakang
-
Setelah kedua bahu
lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
-
Bayi lahir diikuti oleh
air ketuban
Pada
primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata
0,5 jam (Manuaba, 1998 : 165 – 166).
3.
Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus
berhenti sekitar 5 sampai 10 menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan
placentanya pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Lepasnya
placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda :
a)
Uterus menjadi budar
b)
Uterus terdorong keatas
karena placenta dilepas ke segmen bawah rahim
c)
Tali pusat bertambah
panjang
d)
Terjadi perdarahan
Melahirkan
placenta dilakukan dengan dorongan ringan secara erede pada fundus uteri.
Biasanya placenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir
4.
Kala
IV
Kala
IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah:
a)
Tingkat kesadaran
penderita
b)
Pemeriksaan tanda-tanda
vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan
c)
Kontraksi uterus
d)
Terjadi perdarahan
(Manuaba, 1998 : 166)
Pada
sebagian rumah sakit, satu atau dua jam setelah persalinan selesai disebut
sebagai kala empat (pembagian persalinan menjadi kala satu sampai empat juga
digunakan di Indonesia). periode persalinan ini merupakan salah satu perubahan
dramastis pada tubuh seorang wanita. ketika berbagai komplikasi dari persalinan
atau pelahiran cendrung terjadi. komplikasi yang seing ditemukan pada stadium
ini adalah perdarahan, akibat relaksasi uterus. komplikasi emergensi lainnya
dapat timbul pada wanita hamil sehat, seperti reaksi pada obat yang diberikan.
Wanita
yang baru bersalin dibiarkan dahulu di ruang persalinan atau dipindahkan ke
ruangan pemulihan atau ruang “kala empat”, tempat tersedianya berbagai
fasilitas yang sesuai untuk mengatasi keadaan emergensi, observasi dlakukan
selama satu jam.
Dalam
proses persalinan terdapat upaya kerja sama 3 kekuatan vital, yaitu:
1.
Power (kekuatan
His dan mengejan)
Kemampuan
untuk memberikan tuntunan persalinan sehingga resultan ketiga kekuatan tersebut
berlansung baik agar terbentuk persalinan spontan belakang kepala.
2. Passage (jalan
lahir)
Jalan lahir
terdiri
atas jalan lahir tulang dan jalan lahir lunak. Jalan lahir tulang harus memenuhi syarat,
bentuk ukuran luas bagian dalamnya dalam batas normal, sehingga proses adaptasi
dengan kepala baik, yang memberi kemungkinan persalinan berjalan normal. jalan
lahir lunak, terdiri atas otot dasar panggul, elastic, mampu terbuka dengan
baik sehingga proses persalinan berjalan normal dan lancer.
3.
Passenger (janin)
Bentuk,
besarnya dan posisi harus normal sehingga mampu beradaptasi dengan baik
terhadap jalan lahir dan kekuatan pendorong, sehingga proses persalinan
berjalan lancer dan normal.
B.
Adaptasi
Fisik Dan Psikologis Pada Ibu Selama Proses Persalinan
·
Adaptasi Fisiologi Ibu
1.
Perubahan
Kardiovaskular
Perawat dapat berharap
akan menemukan beberapa perubahan pada sistem kardiovaskular pada wanita selama
bersalin. Pada setiap kontraksi 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk
kedalam sistem vaskular ibu. Hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar
10-15% pada tahap I persalinan dan sekitar 30-50% pada tahap II persalinan.
Pada tahap II kontraksi
dapat meningkatkan tekanan sistolik sampai 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai
25 mmHg. Akan tetapi, baik tekanan sistolik maupun diastolik akan tetap sedikit
meningkat diantara kontraksi. Wanita yang memiliki resiko hipertensi kini
resikonya meningkat untuk mengalami komplikasi seperti perdarahan otak. Wanita
harus diberitahu bahwa ia tidak boleh melakukan manuver Valsalva (menahan nafas dan menegangkan otot abdomen) untuk
mendorong selama tahap II. Aktivitas ini meningkatkan tekanan intratoraks,
mengurangi aliran balik vena, dan meningkatkan tekanan vena. Curah jantung dan
TD meningkat, sedangkan nadi melambat untuk sementara. Selama wanita melakukan
manuver valsalva, janin dapat mengalami hipoksia. Proses ini pulih kembali saat
wanita menarik nafas.
Hipotensi supine
terjadi saat vena kava asenden dan aorta desenden tertekan. Ibu memiliki resiko
lebih tinggi untuk mengalami hipotensi supine jika pembesaran uterus berlebihan
akibat kehamilan kembar, hydramnion, obesitas, atau dehidrasi, dan hipovolemia.
Selain itu, rasa cemas dan nyeri serta penggunaan analgesik dan anestetik dapat
menyebabkan hipotensi. Sel darah putih meningkat seringkali meningkat.
2.
Perubahan Pernapasan
Sistem
pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktifitas fisik dan peningkatan
pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi
dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dam
hipokapnea (CO2 menurun). Pada tahap II persalinan jika wanita tidak diberi
obat-obatan maka dia akan mengkonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan
juga meningkatkan pemakaian oksigen.
3.
Perubahan pada Ginjal
Pada
trimester II, kandung kemih menjadi organ abdomen. Apabila terisi kandung kemih
dapat teraba di atas simfisis pubis. Selama persalinan, wanita dapat mengalami
kesulitan untuk berkemih secara spontan karena edema jaringan akibat tekanan
bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Proteinuria +1
dapat dikatakan normal dan hasil ini merupakan respon rusaknya jaringan otot
akibat kerja fisik selama persalinan.
4.
Perubahan Integumen
Adaptasi
sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daya distensibilitas daerah
introitus vagina (muara vagina). Tingkat distensibilitas ini berbeda-beda pada
setiap individu. Meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi
obekan-robekan kecil pada kulit sekitar intoitus vagina sekalipun tidak
dilakukan epiostomi atau tidak terjadi laserasi.
5. Perubahan
musculoskeletal
Sistem
muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan,
proteinuria (+1) dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan
aktifitas otot yang menyolok. Nyeri punggung dan nyeri sendi (tidak berkaitan
dengan posisi janin ) terjadi sebagai akibat semakin meregangnya sendi selama
masa aterm. Proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki
dapat menimbulkan kram tungkai.
6. Perubahan
Neurologi
Akan
timbul stres dan rasa tidak nyaman selama masa persalinan. Perubahan sensoris
terjadi saat wanita masuk ke tahap I persalinan dan saat masuk ke setiap saat
berikutnya. Mula-mula mungkin ia merasa euforia. Euforia membuat wanita menjadi
serius dan kemudian mengalami amnesia di antara traksi selama tahap II.
Akhirnya wanita merasa sangat senang atau merasa sangat letih setelah
melahirkan. Endorfin endogen meningkatkan ambang nyeri dan menimbulkan sedasi.
Selain itu anestesia fisiologis jaringan perineum yang menimbulkan tekanan
bagian presentasi menurunkan persepsi nyeri.
7. Perubahan
Pencernaan
Persalinan
mempengaruhi sistem cerna wanita. Bibir dan mulut dapat menjadi kering akibat
wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap
proses persalinan. Selama persalinan, motilitas dan absorbsi saluran cerna
menurun dan waktu pengosongan lambung menjadi lambat. Wanita seringkali merasa
mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna setelah bersalin. Mual dan
sendawa juga terjadi sebagai respon refleks terhadap dilatasi serviks
meningkat. Ibu dapat mengalami diare pada awal persalinan. Perawat dapat meraba
tinja yang keras atau tertahan pada rektum.
8.
Perubahan Endokrin
Sistem
endokrin aktif selama persalinan. Awitan persalinan dapat diakibatkan oleh
penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin dan
oksitosin. Metabolisme meningkat dan kadar gula darah dapat menurun akibat
proses persalinan.
·
Adaptasi Psikologi Ibu
Masalah
psikologis yang mungkin terjadi;
1.
Kecemasan
menghadapi persalinan
Intervensinya: kaji
penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital
(tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik2 relaksasi, pengaturan nafas untuk
memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.
2.
Kurang
pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya: kaji
tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan
persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3.
Kemampuan
mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif)
Intervensinya:
berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu
mendampingi selama proses persalinan berlangsung.
C.
Penatalaksanaan
Nyeri Non Farmakologi
·
Penatalaksanaan
nyeri non farmokologi dalam persalinan
1.
Metode kelahiran bayi dengan persiapan dapat membantu klien
untuk merasa lebih memiliki kontrol dan relaks, membantu nya berkolaborasi
dengan kontraksi, ini dapat memperpendek persalinan.
2.
Hipnosis bisa digunakan untuk beberapa klien
3.
Intervensi yang bertujuan mendukung klien selama persalinan
mungkin dapat membantu, intervensi meliputi:
-
Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan.
-
Mendorong teknik-teknik yang dipelajari di kelas persiapan
kelahiran bayi.
- Membimbing metode
pernapasan,mengangkat abdomen, mengejan, menurunkan tekanan eksternal,
distraksi, stimulasi kutaneus dan relaksasi.
·
Penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologi secara umum
1.
Stimulasi kutaneus
a)
Menghitung tekanan : teknik ini berguna untuk
membantu wanita hamil dalam mengatasi sensasi tekanan internal dan nyeri di
punggung bagiann bawah. Biasanya sangat membantu ketika terjadi nyeri punggung
yang disebabkan oleh tekanan occiput melawan sum-sum tulang belakang saat
kepala bayi berada pada posisi posterior.
b)
Effleurage atau light massage : kejutan cahaya,
biasanya di abdomen, dengan irama pernapasan saat berkontraksi. Teknik ini
digunakan untuk mengurangi nyeri akibat kontaksi.
c)
Therapeutik touch and massage : sentuhan dan
massase merupakan bagian integral dari proses perawatan tradisional. Ada terdapat
berbagai macam teknik massase yang aman dan efektif selama persalinan.
d) Berjalan
e)
Perubahan posisi
f)
Application heat and cold
g)
Terapi Air/ hydroterapi
h)
Intradermal water block
2.
Stimulasi sensori
- Aromatherapy
- Teknik napas
- Music
3.
Startegi kognitif
- Pendidikan bayi baru
lahir
- Hypnosis
- Biofeedback
D.
Tindakan
Pembedahan Pada Persalinan
1.
Indikasi
tindakan operasi persalinan
Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi
persalinan makin liberal tetapi bukan tanpa alasa medis atau indikasi yang
tepat. alas an umum yang menjadidasar tindakan operasi makin liberal adalah
keinginan mencapai “well born baby and well health mother”. sehingga tindakan
operasi per vagina yang sulit dapat diganti dengan operasi persalinan section
sesaria, yang mempunyai resiko ringan, aman, dan terjamin untuk ibu maupun bayi
nya.
2.
Indikasi
ibu
Indikasi profilaksis, tindakan operasi
dilakukan untuk lebih menjamin keselamatan ibu dan janinnya, untuk ibu dengan
penyakit jantung, paru, atau tekanan darah tinggi atau pada ibu dengan
komplikasi pre eklampsia atau eklampsia atau ibu kelelahan saat persalinan.
Indikasi vital (petunjuk
yang mendesak), pecahnya rahim yang mengancam, rahim yang pecah, kehamilan
dengan perdarahan, perjalan kehamilan yang terhanbat, kesempitan panggul,
kelainan letak janin dalam rahim, kelainan posisi kepala janin di jalan lahir,
persalinan lama.
3.
Indikasi
janin
Tindakan operasi dilakukan pada kasus
gawat janin dalam rahim, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, kematian janin
dalam rahim, tali pusat janin menumbung. setiap tindakan operasi dapat
menimbulkan komplikasi pada ibu maupun bayi nya sehingga diperlukan persiapan
yang cukup baik. pada kasus dengan rencana operasi persalinan terjadwal,
persiapan dapat dilakukan dengan baik berkaitan dengan kesiapan mental dan
kesiapan fisik, persiapan mental meliputi member penjelasan dengan baik mengapa
perasi persalinan perlu dilakukan sejelas-jelasnya sehingga penderita dan
keluarganya dapat memahami dan member persetujuan dalam informed consent dengan
baik.
Informed consent sangat
penting artinya sebagai pelindung kedua belah pihak dalam melakukan pertolongan
persalinan dengan operasi bila kemudian terdapat tuntutan hukum.
Persiapan
tindakan operasi:
Persiapan fisik meliputi
persiapan fisik umum dengan puasa lebih dari 6 jam, istirahat cukup,
pemeriksaan TTV (nadi, suhu, pernapasan, dan TD). pemeriksaan laboratorium,
mempersiapkan donor darah. persiapan fisik khusus meliputi pemasangan infuse
untuk mengatasi kehilangan cairan,pemberian antibiotika profilaksis, kandung
kemih dikosongkan dengan kateter, mungkin perlu mengosongkan usus, persiapan
obat untuk mengatasi kemungkinan infeksi ibu dan janin.
Alat yang dipergunakan
dalam kesiapan operasi, alat yang digunakan sebaiknya telah siap saat
diperlukan. tim pembantu tindakan operasi siap setiap saat dan merupakan paket
rumah sakit. dalam memilih tindakan operasi yang tepat, bergantung pada keadaan
khusus pada penderita dan bayi nya.
Dengan demikian
observasi pada pertolongan persalinan kala pertama, kedua, ketiga dan kala ke
empat sangat penting, sehingga setiap saat mampu mengambil tindakan tepat untuk
menyelamatkan ibu dan janin. orientasi pertolongan persalinan menuju “well born
baby and well health mother”, aspek social operasi section sesaria merupakan
pertolongan memperhitungkan masa depan kehidupan janin dan kesehatan alat
reproduksi.
Selanjutnya
adalah pengisian informed concent dimana disini diberikan penjelasan pengenai
tindakan operasi yang akan dilakukan, serta diminta persetujuan dari piahak
keluarga dimana ini berguna untuk bukti pertanggung jawaban atas tindakan yang
telah dilakukan. Informasi
dalam informed concent adalah:
- tindakan
medis bedah yang diperlukan
- memanfaatkan
tindakan bedah
- kemungkinan
penyulit tindakan bedah
- kemungkinan
akibat yang terjadi setelah tindakan bedah
- bagaimana
persiapan tindakan bedah
- siapa
yang akan melakukan tindakan bedah
-
tempat pembedahan dan
biaya yang diperlukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar