A.
Konsep
Dasar Keperawatan Perioperatif
Tindakan
operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa
kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi
rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan
hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori.
Individu dengan masalah kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan
mencakup pula pemberian anastesi atau pembiusan yang meliputi anastesi lokal,
regional atau umum.
Sejalan
dengan perkembangan teknologi yang kian maju. Prosedur tindakan pembedahan pun
mengalami kemajuan yang sagat pesat. Dimana perkembangan teknologi mutakhir
telah mengarahkan kita pada penggunaan prosedur bedah yang lebih kompleks
dengan penggunaan teknik-teknik bedah mikro (micro surgery techniques) atau
penggunaan laser, peralatan bedah yang lebih canggih dan peralatan monitoring
yang lebih sensitif. Kemajuan yang sama
juga ditunjukkan dalam bidang farmasi terkait dengan penggunaan obat-obatan
anstesi kerja singkat, sehingga pemulihan pasien akan berjalan lebih cepat.
Kemajuan dalam bidang teknik pembedahan dan teknik anastesi tentunya harus
diikuti oleh peningkatan kemampuan masing-masing personel (terkait dengan teknik
dan juga komunikasi psikologis) sehingga outcome yang diharapkan dari pasien
bisa tercapai.
Perubahan
tidak hanya terkait dengan hal-hal tersebut diatas.
Namun juga diikuti oleh perubahan pada pelayanan. Untuk pasien-pasien dengan
kasus-kasus tertentu, misalnya : hernia. Pasien dapat mempersiapkan diri dengan
menjalani pemeriksaan dignostik dan persiapan praoperatif lain sebelum masuk
rumah sakit. Kemudian jika waktu
pembedahannya telah tiba, maka pasien
bisa langsung mendatangi rumah sakit untuk dilakukan prosedur pembedahan.
Sehingga akan mempersingkat waktu perawatan pasien di rumah sakit.
Keperawatan
perioperatif merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan
dengan pengalaman pembedahan pasien. Istilah
perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman
pembedahan, yaitu fase praoperatif, fase intraoperatif dan fase post operatif.
Masing-
masing fase di mulai pada waktu tertentu dan berakhir pada waktu tertentu pula
dengan urutan peristiwa yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang luas yan dilakukan
oleh perawat dengan menggunakan proses keperawatan dan standar praktik
keperawatan. Disamping perawat kegiatan perioperatif ini juga memerlukan
dukungan dari tim kesehatan lain yang berkompeten dalam perawatan pasien
sehingga kepuasan pasien dapat tercapai sebagai suatu bentuk pelayanan prima.
B.
Keperawatan Pre Operatif
Keperawatan
pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan
tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini
disebabkan fase ini merupakan awalan yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan-tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya. Pengakajian secara integral dari fungsi
pasien meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis sangat diperlukan untuk
keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.
1. Persiapan
Klien di Unit Perawatan
·
Persiapan Fisik
Persiapan fisik pre operasi yang dialami
oleh pasien dibagi dalam 2 tahapan, yaitu : Persiapan di unit perawatan,
Persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan
terhadap pasien sebelum operasi antara lain :
a) Status
kesehatan fisik secara umum
Pada pemeriksaan fisik
untuk menegakkan diagnosis biasanya dilakukan serangkaian pemeriksaan berupa
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Jenis pemeriksaan dipilih sesuai
dengan kelainan yang diperkirakan berdasarkan anamnesis atau dipilih menurut
informasi apa yang diinginkan.
Pemeriksaan fisik
penderita mempunyai dua tujuan, yaitu pemeriksaan teliti pada organ yang sakit
yang berhubungan dengan keluhan utama, dan pemeriksaan tambahan untuk menilai
fungsi system atau organ yang lain.
b) Status
Nutrisi
Kebanyakan penderita
yang akan dibedah tidak membutuhkan perhatian khusus untuk masalah gizi. Pada
umumnya, mereka dapat berpuasa untuk waktu tertentu sesuai dengan penyakit dan
pembedahannya. Malnutrisi berat mempengaruhi morbiditas karena terganggunya
penyembuhan luka dan menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi.
c) Keseimbangan
cairan dan elektrolit
d) Kebersihan
lambung dan kolon
e) Pencukuran
daerah operasi
f) Personal
Hygine
g) Pengosongan
kandung kemih
h) Latihan
Pra Operasi
Berbagai
latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi, hal ini sangat penting sebagai
persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah
operasi, batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada
pasien sebelum operasi antara lain:
ü Latihan
nafas dalam
ü Latiihan
batuk efektif
ü latihan
gerak sendi
Inform
Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik
hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhadap pasien wajib untuk
menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun tindakan
yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui
manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya.
Pasien
maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut akan
mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur
pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum
menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk menanyakan
kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena
jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi
yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
·
Persiapan Mental
Secara
mental, penderita harus dipersiapkan untuk menghadapi pembedahan karena selalu
ada rasa cemas atau takut terhadap penyuntikan, nyeri luka, anastesia, bahkan
terhadap kemungkinan cacat atau mati. dalam hal ini, hubungan baik antara
penderita, keluarga, dan dokter sangat menentukan. Kecemasan ini adalah reaksi
normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan dari dokter dan
petugas pelayanan kesehatan lainnya. Atas dasar pengertian, penderita dan
keluarganya dapat memberikan persetujuan dan izin untuk pembedahan.
2. Persiapan
Pasien di Kamar Operasi
Persiapan
operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan
sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan.
Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi,
persiapan anastesi dan kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan
yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan drapping yaitu
penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk) steril
dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan
memberikan zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.
C.
Keperawatan
Intraoperatif
Keperawatan
intra operatif merupakan bagian dari tahapan keperawatan perioperatif.
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang
dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh
perawat difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk
perbaikan, koreksi atau menghilangkan masalah-masalah fisik yang mengganggu
pasien.
Tentunya
pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik fisiologis maupun
psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra operatif tidak hanya
berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien selama operasi,
namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang dihadapi oleh pasien.
Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome berupa asuhan keperawatan yang
terintegrasi.
Untuk
menghasilkan hasil terbaik bagi diri pasien, tentunya diperlukan tenaga
kesehatan yang kompeten dan kerja sama yang sinergis antara masing-masing
anggota tim. Secara umum anggota tim dalam prosedur pembedahan ada tiga
kelompok besar, meliputi:
·
ahli anastesi dan perawat anastesi yang
bertugas memberikan agen analgetik dan membaringkan pasien dalam posisi yang
tepat di meja operasi
·
ahli bedah dan asisten yang melakukan
scrub dan pembedahan
·
perawat intra operatif. Perawat intra operatif bertanggung jawab
terhadap keselamatan dan kesejahteraan (well being) pasien. Untuk itu perawat
intra operatif perlu mengadakan koordinasi petugas ruang operasi dan
pelaksanaan perawat scrub dan pengaturan aktivitas selama pembedahan. Peran
lain perawat di ruang operasi adalah sebagai RNFA (Registered Nurse First
Assitant). Peran sebagai RNFA ini sudah berlangsung dengan baik di
negara-negara amerika utara dan eropa. Namun demikian praktiknya di indonesia
masih belum sepenuhnya tepat.
Peran
perawat sebagai RNFA diantaranya meliputi penanganan jaringan, memberikan
pemajanan pada daerah operasi, penggunaan instrumen, jahitan bedah dan
pemberian hemostatis. Untuk menjamin perawatan pasien yang optimal selama
pembedahan, informasi mengenai pasien harus dijelaskan pada ahli anastesi dan
perawat anastesi, serta perawat bedah dan dokter bedahnya. Selain itu segala
macam perkembangan yang berkaitan dengan perawatan pasien di unit perawatan
pasca anastesi (PACU) seperti perdarahan, temuan yang tidak diperkirakan,
permasalahan cairan dan elektrolit, syok, kesulitan pernafasan harus dicatat,
didokumentasikan dan dikomunikasikan dengan staff PACU.
1.
Prinsip-prinsip Umum
a)
Prinsip asepsis ruangan
Hal-hal
yang perlu diperhatikan untuk menjaga suasana lingkunga tersebut adalah
mengurangi jumlah kuman dalam udara dan lamanya luka terbuka. Udara kamar bedah
harus diganti sekitar 18-25 kali setiap jam.
b) Prinsip
asepsis personel
Untuk
mempertahankan keadaan asepsis dalam kamar bedah sewaktu pembedahan, setiap
orang yang bekerja dalam kamar bedah harus tunduk pada peraturan dan teknik
asepsis yang berlaku.
c)
Prinsip asepsis pasien
d)
Prinsip asepsis instrumen
Cara
sterilisasi instrument, barang, dan kain atau alat lain yang dipakai dalam
pembedahan harus diketahui secara baik oleh setiap petugas ruang pembedahan.
2.
Fungsi keperawatan Intraoperatif
Selain
sebagai kepala advokat pasien dalam kamar operasi yang menjamin kelancaran
jalannya operasi dan menjamin keselamatan pasien selama tindakan pembedahan.
Secara umum fungsi perawat di dalam kamar operasi seringkali dijelaskan dalam
hubungan aktivitas-aktivitas sirkulasi dan scrub (instrumentator).
Perawat
sirkulasi berperan mengatur ruang operasi dan melindungi keselamatan dan
kebutuhan pasien dengan memantau aktivitas anggota tim bedah dan memeriksa
kondisi di dalam ruang operasi. Tanggung jawab utamanya meliputi memastikan
kebersihan, suhu yang sesuai, kelembapan, pencahayaan, menjaga peralatan tetap
berfungsi dan ketersediaan berbagai material yang dibutuhkan sebelum, selama
dan sesudah operasi. Perawat sirkuler juga memantau praktik asepsis untuk
menghindari pelanggaran teknik asepsis sambil mengkoordinasi perpindahan
anggota tim yang berhubungan (tenaga medis, rontgen dan petugas laboratorium).
Perawat sirkuler juga memantau kondisi pasien selama prosedur operasi untuk
menjamin keselamatan pasien.
Aktivitas
perawat sebagai scrub nurse termasuk melakukan desinfeksi lapangan pembedahan
dan drapping, mengatur meja steril, menyiapkan alat jahit, diatermi dan
peralatan khusus yang dibutuhkan untuk pembedahan. Selain itu perawat scrub juga
membantu dokter bedah selama prosedur pembedahan dengan melakukan
tindakan-tindakan yang diperlukan seperti mengantisipasi instrumen yang
dibutuhkan, spon, kassa, drainage dan peralatan lain serta terus mengawasi
kondisi pasien ketika pasien dibawah pengaruh anastesi. Saat luka ditutup
perawat harus mengecek semua peralatan dan material untuk memastikan bahwa
semua jarum, kassa dan instrumen sudah dihitung lengkap.
Kedua
fungsi tersebut membutuhkan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan perawat
tentang anatomi, perawatan jaringan dan prinsip asepsis, mengerti tentang
tujuan pembedahan, pemahaman dan kemampuan untuk mengantisipasi
kebutuhan-kebutuhan dan untuk bekerja sebagai anggota tim yang terampil dan
kemampuan untuk menangani segala situasi kedaruratan di ruang operasi.
3. Aktivitas
keperawatan secara umum
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi
4 hal, yaitu :
a)
Safety Management
b)
Monitoring Fisiologis
c)
Monitoring Psikologis
d)
Pengaturan dan koordinasi Nursing
Care
D. Keperawatan Post Operatif
Keperawatan
post operatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif. Selama
periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien pada
keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera membantu pasien
kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya
yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah masalah yang
kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan penanganan yang cepat dan
akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang memperlama perawatan di
rumah sakit atau membayakan diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan
keperawatan post operatif sama pentingnya dengan prosedur pembedahan itu
sendiri.
1.
Tahapan keperawatan post operatif
Perawatan
post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :
a)
Pemindahan pasien dari kamar operasi ke
unit perawatan pasca anastesi (recovery room)
b)
Perawatan post anastesi di ruang pemulihan
(recovery room)
c)
Transportasi pasien ke ruang rawat
d)
Perawatan di ruang rawat
E.
Pendokumantasian Asuhan Keperawatan Perioperatif
Pada
hari pembedahan, pasien dan keluarga dapat mengalami antisipasi dan stress yang
sangat berat. Kecemasan pasien, tuntutan keluarga, dan komitmen lain
mengharuskan perawat yang menerima pasien mengklasifikasikan bahwa sudah dilakukan.
Daftar periksa cepat prabedah dapat digunakan untuk memastikan bahwa hal-hal
dari standart sudah dilakukan pada pasien.
Format
ini sering mencantumkan daftar hal yang diperlukan individu untuk memfasilitasi
dilakukannya pembedahan, dan mengamankan barang-barang berharga yang dibawa
kerumah sakit. Format ini harus spesifik untuk instruksi yang menggunakan dan
harus menjadi tempat penyimpanan informasi yang mudah diakses, jika daftar
periksa cepat prabedah sudah diselesaikan, pasien kemudian dipindahkan ke area
pembedahan untuk pengkajian prabedah oleh perawat perioperatif.
Setelah
proses penyuluhan,dilakukan pengkajian, antara lain: identifikasi data, dasar
fisiologis dan psikososial pasien serta membuat rencana asuhan keperawatan
berdasarkan fisiologis dan psikososial pasien serta pembuatan rencana asuhan
keperawatan berdasarkan diagnosis keperawatan pasien. Menurut Assosiation of
Operating Room Nurses (AORN), praktek yang didokumentasikan untuk
pendokumentasian rencana asuhan keperawatan perioperatif adalah dokumentasi tersebut harus mencerminkan
rencana perawatan pasien, termasuk pengkajian, diagnosis, identifikasi hasil,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi´.Proses keperawatan harus terlihat dari
mulai masuk sampai waktu pemulangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar