Selasa, 27 September 2011

Askep Dermatitis

A.   Defenisi
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal). (Adhi Juanda,2005)
DERMATITIS lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala  Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda:
1.Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada kulit. (Adhi Djuanda,2005)
Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
2.Neurodermatitis
            Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3.Seborrheic Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4.Stasis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai bawah. (Adhi Djuanda,2005)
Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5.Atopic Dermatitis
           Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)
 Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth)
B.            ETIOLOGI
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

C.                  MANIFESTASI KLINIK
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
D. PATOFISIOLOGI
1. Dermatitis Kontak
Terdapat 2 tipe dermatitis kontak yang disebabkan oleh zat yang berkontak dengan kulit yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergik.
  • Dermaitis Kontak Iritan :
Kulit berkontak dengan zat iritan dalam waktu dan konsentrasi cukup, umumnya berbatas relatif tegas. Paparan ulang akan menyebabkan proses menjadi kronik dan kulit menebal disebut skin hardering.
  • Dermatitis Kontak Alergik :
Batas tak tegas. Proses yang mendasarinya ialah reaksi hipersensitivitas. Lokalisasi daerah terpapar, tapi tidak tertutup kemungkinan di daerah lain.
2. Dermatitis Atopik
Bersifat kronis dengan eksaserbasi akut, dapat terjadi infeksi sekunder. Riwayat stigmata atopik pada penderita atau keluarganya.
3. Dermatitis Numularis
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering membentuk krusta. bagian tubuh
4. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar. Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam
5. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum.Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai kerontokan rambut. Lesi dapat menjalar ke dahi, belakang telinga, tengkuk, serta oozing (membasah), da menjadi nkeadaan eksfoliatif generalisata. Pada bayi dapat terjadi eritroderma deskuamativa atau disebut penyakit Leiner.
E. KOMPLIKASI
  1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
  2. Infeksi sekunder
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
  1. Laboratorium
    1. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
    2. Urin : pemerikasaan histopatologi
  2. Penunjang : pemeriksaan histopatologi
G. PENATALAKSANAAN
  1. Umum
    1. Mengatasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
    2. Mengatasi hipotermia
    3. Perbaikan kesadaran umum
    4. Emolient untuk mengurangi kulit yang kaku
  2. Khusus pengobatan spesifik tergantung kausa. Umumnya dengan kortikosteroid dengan dosis awal 40-60 mg prednison/hari. Antibiotika diberikan terutama untuk kasus-kasus yang eksofoliasinya dalam keadaan lembab untuk menghindari infeksi.
  3. Perawatan inap di isolasi
  4. Konsultasi : Penyakit dalam, mata, ICU
H. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2. Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3. Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4. Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5. Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
II. POLA FUNGSIONAL GORDON
Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
·         Persepsi terhadap penyakit :
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.
·         Penggunaan :
ü  Tanyakan tentang penggunaan obat-obat tertentu (misalnya antidepresan trisiklik, antihistamin, fenotiasin, inhibitor monoamin oksidase ( MAO), antikolinergik dan antispasmotik dan obat anti-parkinson
ü  Tanyakan tentang penggunaan alcohol, dan tembakau untuk mengetahui gaya hidup klien.
Pola Nutrisi/Metabolisme
·         Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang dan malam )
·         Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah, pantangan atau alergi
·         Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
·         Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
Pola Eliminasi
·         Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna  dan karakteristiknya
·         Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
·         Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
Pola Aktivitas/Olahraga
·         Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
·         Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
·         Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
Pola Istirahat/Tidur
·         Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
·         Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
·         Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar atau tidak?
Pola Kognitif/Persepsi
·         Kaji status mental klien
·         Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami sesuatu
·         Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
·         Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
·         Kaji apakah klien mengalami vertigo
·         Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
Pola Persepsi dan Konsep Diri
·         Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran dirinya
·         Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas, depresi atau takut
·      Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
Pola Peran Hubungan
·         Tanyakan apa pekerjaan pasien
·         Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll.
·         Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
Pola Seksualitas/Reproduksi
·         Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
·         Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait dengan menopause
·         Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
Pola Koping-Toleransi Stres
·         Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau perawatan diri )
·         Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
Pola Keyakinan-Nilai
·         Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya. Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif.
III. PEMERIKSAAN FISIK.
a. Subjektif :
Gatal
b. Objektif :
§ Skuama kering, basah atau kasar.
§ Krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
( Yang sering ditemui pada kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum ).
§ Kerontokan rambut.
IV. Diagnosa Keperawatan
  1. Ganguan integritas kulit
  2. Resiko infeksi
  3. Gangguan konsep diri

No

Diagnosa Keperawatan

Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria hasil

Rencana Tindakan
1
Ganguan integritas kulit, ditandai dengan :
DS : -
DO : Pada seluruh tubuh terdapat pateh erythermatas dengan skuama tebal, berwarna putih dan mengelupas.
Tujuan :
Integritas kulit pasien kembali utuh
Kriteria hasil :
Kulit utuh, eritema dan skuama hilang
Krusta menghilang
Daerah axilla dari inguinal tidak mengalami maserasi

  • Lakukan inspeksi lesi setiap hari
  • Pantau adanya tanda-tanda infeksi
  • Ubah posisi pasien tiap 2-4 jam
  • Bantu mobilitas pasien sesuai kebutuhan
  • Pergunakan sarung tangan jika merawat lesi
  • Jaga agar alat tenun selau dalam keadaan bersih dan kering
  • Libatkan keluarga dalam memberikan bantuan pada pasien
2
Resiko infeksi, ditandai dengan :
DS : -
DO : Seluruh tubuh berwarna kemerahan dengan skuama berwarna putih diatasnya dan mengelupas
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
Hasil pengukuran tanda vital
dalam batas normal.
- RR :16-20 x/menit
- N : 70-82 x/menit
- T : 37,5 C
- TD : 120/85 mmHg
Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi (kalor,dolor, rubor, tumor, infusiolesa)
Hasil pemeriksaan laborat dalam batas normal Leuksosit darah : 5000-10.000/mm3

  • Lakukan tekni aseptic dan antiseptic dalam melakukan tindakan pada pasien
  • Ukur tanda vital tiap 4-6 jam
  • Observasi adanya tanda-tanda infeksi
  • Batasi jumlah pengunjung
  • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet TKTP
  • Libatkan peran serta keluarga dalam memberikan bantuan pada klien
3
Gangguan konsep diri,b.d kerusakan kulit
Ditandai dengan :
DS : Pasien menyatakan “mengapa saya kelihatan aneh seperti ini?”
DO : Pasien sering menutupi tubuhnya dengan selimut dan menyendiri
Tujuan :
Pasien tidak mengalami gangguan konsep diri body image
Kriteria hasil :
Pasien tidak menarik diri dari kontak social
Pasien mau berpartisipasi dalam perawatan dirinya
Ekspresi wajah pasien tidak menunjukkan tanda berduka

  • Berikan support pada pasien untuk menerima keadaannya
  • Kaji persepsi pasien tentang gambaran dirinya
  • Jaga komunikasi yang baik dengan pasien dan bantu pasien untuk berkomunikasi dengan orang lain
  • Catat adanya tingkah laku non-verbal atau tingkah laku negative
  • Libatkan keluarga untuk meningkatkan konsep diri pasien
  • Evaluasi sikap dan mekanisme koping pasien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar