Jumat, 14 Oktober 2011

Askep Ca Nasofaring

2.1 Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di fossa Rossenmuller dan atap nasofaring. Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).

2.2 Anatomi Nasofaring
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah do sal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut :
Atas : Basis kranii.                                                                                 
Bawah : Palatum mole
Belakang : Vertebra servikalis
Depan : Koane
Lateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).
Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
2.3 Epidemiologi dan Etiologi
Urutan tertinggi penderita karsinoma nasofaring adalah suku mongoloid yaitu 2500 kasus baru pertahun. Diduga disebabkan karena mereka memakan makanan yang diawetkan dalam musim dingin dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin. (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
sInsidens karsinoma nasofaring yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan virus Epstein-Barr (Sjamsuhidajat, 1997 hal 460). Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001 hal 146).
2.4 Tanda dan Gejala
1)      Gejala Hidung :
·         Epistaksis : rapuhnya mukosa hidung sehingga mudah terjadi perdarahan.
·         Sumbatan hidung. Sumbatan menetap karena pertumbuhan tumor kedalam rongga nasofaring dan menutupi koana, gejalanya : pilek kronis, ingus kental, gangguan penciuman.
2)      Gejala telinga
·         Kataralis/ oklusi tuba Eustachii : tumor mula-mula dofosa Rosen Muler, pertumbuhan tumor dapat menyebabkan penyumbatan muara tuba ( berdengung, rasa penuh, kadang gangguan pendengaran)
·         Otitis Media Serosa sampai perforasi dan gangguan pendengaran
3)      Gejala lanjut
·         Limfadenopati servikal : melalui pembuluh limfe, sel-sel kanker dapat mencapai kelenjar limfe dan bertahan disana. Dalam kelenjar ini sel tumbuh dan berkembang biak hingga kelenjar membesar dan tampak benjolan dileher bagian samping, lama kelamaan karena tidak dirasakan kelenjar akan berkembang dan melekat pada otot sehingga sulit digerakkan.
2.5 Patofisiologi
Virus Epsteinn-barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala, kanker nasofaring sebenarnya dipicu oleh zat nitrosamine yang ada dalam daging ikan asin. Zat ini mampu mengaktifkan virus Epsteinn-barr yang masuk ke dalam tubuh ikan asin, tetapi juga terdapat dalam makanan yang diawetkan seperti daging, sayuran dan difermentasi (asinan) serta tauco.
2.6 Pemeriksa Penunjang
a. Nasofaringoskopi
b. Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan biopsy nasofaring dapat dilakukan dua cara yaitu dari hidung dan mulut dilakukan dengan anastesi topical dengan xylocain 10%.
c. Pemeriksaan CT-scan daerah kepala dan leher untuk mengetahui keberadaan tumor sehingga tumor primer yang tersembunyi pun akan ditemukan.
d. Pemeriksaan serologi IgA anti EA dan IoA anti VGA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
e. Pengerokan dengan kuret daerah lateral nasofaring dalam narcosis.
(Efiaty & Nurbaiti, 2001)
Untuk menegakkan diagnosa diperlukan pemeriksaan kelenjar getah bening (palpasi : terasa membengkak), beberapa tanda dan gejala dari kanker ini memang tidak terlalu spesifik, pemeriksaan ini mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan, jika dicurigai terjadinya kanker, dilakukan inspeksi menggunakan endoskop untuk melihat nasopharing yang abnormal tersebut dalam penggunaannya diperlukan anastesi lokal. Setelah itu, diambil biopsy (sampel) yang kemudian diuji apakah merupakan kanker.
Kemudian akan ditentukan stadium kanker itu dengan cara :
• MRI (membantu melihat kanker yang menyebar di sekitar kepala)
• Pengambilan biopsy ini digunakan untuk melihat kanker yang berada di kelenjar getah bening.
• Sinar X (melihat kanker yang menyebar di bagian paru-paru).
2.7 Penatalaksanaan
a. Radioterapi merupakan pengobatan utama
b. Pengobatan tambahan yang diberikan dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik) , pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.
c. Pemberian ajuvan kemoterapi yaitu Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil. Sedangkan kemoterapi praradiasi dengan epirubicin dan cis-platinum. Kombinasi kemo-radioterapi dengan mitomycin C dan 5-fluorouracil oral sebelum diberikan radiasi yang bersifat “RADIOSENSITIZER”.
2.8 Pengkajian
1)      Faktor herediter atau riwayat kanker pada keluarga misal ibu atau nenek dengan riwayat kanker payudara
2)      Lingkungan yang berpengaruh seperti iritasi bahan kimia, asap sejenis kayu tertentu.
3)      Kebiasaan memasak dengan bahan atau bumbu masak tertentu dan kebiasaan makan makanan yang terlalu panas serta makanan yang diawetkan ( daging dan ikan).
4)      Golongan sosial ekonomi yang rendah juga akan menyangkut keadaan lingkungan dan kebiasaan hidup.
5)      pemeriksaan fisik
·         Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
·         Pemeriksaan THT:
·         Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
·         Rinoskopia anterior :
-       Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.
-       Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
·         Rinoskopia posterior :
-       Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
-       Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
·         sFaringoskopi dan laringoskopi :
-       Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah dapat menghilang.
·         X – foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan

2.10 Asuhan Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1.      Nyeri akut b/d agen injuri fisik (pembedahan).
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan nutrisi..
3.      Risiko infeksi b/d tindakan infasive, imunitas tubuh menurun
4.      Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d misintepretasi informasi, ketidak familiernya sumber informasi.
No
Diagnosa
NOC
NIC
1
Nyeri akut
Control nyeri
Manajemen nyeri
Administrasi analgetik
2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
status nutrisi adekuat
Manajemen Nutrisi
Monitor Nutrisi
3
Risiko infeksi
faktor risiko infeksi
Konrol infeksi
Proteksi terhadap infeksi
4
Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatan nya
Knowledge : Illness Care

Teaching : Dissease Process

Tidak ada komentar:

Posting Komentar