Senin, 03 Oktober 2011

Askep DM

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi  multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, serta lemak. Diabetes melitus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular.
Diabetes diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan toleransi glukosa yang terganggu. Sindrom metabolik atau sindrom X yang berkaitan erat dengan diabetes melitus.
Patogisiologi DM berpusat pada gangguan sekresi insulin dan gangguan kerja insulin. Penyandang DM akan ditemukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapattidak terdeteksi karena penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskuler sebelum penyakit ini terdeteksi.
Komplikasi  mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati. Penyandang DM menghadapi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit vaskular perifer.
2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi  multifaktorial. Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia kronis dan mempengaruhi metabolisme protein, karbohidrat, serta lemak. Diabetes melitus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan rangkaian gangguan metabolik yang menyebabkan kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular.
Patofisiologi DM berpusat pada gangguan sekresi insulin dan gangguan kerja insulin. Penyandang DM akan ditemukan dengan berbagai gejala seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagi (banyak makan) dengan penurunan berat badan. Hiperglikemia dapattidak terdeteksi karena penyakit DM tidak menimbulkan gejala (asimtomatik) dan menyebabkan kerusakan vaskuler sebelum penyakit ini terdeteksi.
Komplikasi  mikrovaskuler yang berkaitan dengan DM meliputi retinopati, nefropati, dan neuropati. Penyandang DM menghadapi peningkatan risiko untuk menderita penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, dan penyakit vaskular perifer.

2.2. Klasifikasi DM

Diabetes diklasifikasikan sebagai diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional, dan toleransi glukosa yang terganggu. Sindrom metabolik atau sindrom X yang berkaitan erat dengan diabetes melitus.
·         Diabetes tipe 1
DM tipe 1 ditandai oleh penurunan kadar insulin (insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel β pannkreas . Pasien DM tipe 1 memerlukan insulin untuk tetap bertahan hidup. Tanpa adanya insulin dari luar, pasien tersebut akan mengalami ketoasidosis, koma, dan kematian.
·         Diabetes tipe 2
DM tipe 2 merupakan bentuk DM yang paling sering ditemukan dan ditandai oleh gangguan pada sekresi serta kerja insulin. Penyakit ini ditandai dengan resistensi  insulin ketika hormone insulin diproduksi dengan jumlah yang tidak memadai atau dengan bentuk yang tidak efektif. Ada korelasi genetik yang kuat pada tipe diabetes ini dan proses terjadinya berkaitan erat dengan obesitas.
Kebanyakan penderita diabetes tipe ini pada usia dewasa.
·         Diabetes gestasional
DM gestasional merupakan intoleransi karbohidrat yang mengakibatkan hiperglikemia dengan keparahan yang beragam dan onset atau deteksi pertama kali pada saat hamil. Intoleransi glukosa dapat mendahului kehamilan tetapi keadaan ini tidak diketahui sebelumnya.
·         Toleransi glukosa terganggu (impaired glucose tolerance)
Kelompok toleransi glukosa terganggu  merupakan tahap terjadinya gangguan pada regulasi glukosa karena keadaan ini dapat terlihat pada setiap kelainan hiperglikemia dan toleransi glukosa terganggu sendiri bukan DM.
2.3. Sindrom metabolik atau sindrom X
Kelompok kelainan yang terdiri atas hiperglikemia, hipertensi, obesitas pada bagian perut, dislipidemia, dan resistensi insulin sering ditemukan. Kelompok faktor-faktor risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular ini dinamakan sindrom X atau sindrom resistensi insulin atau sindrom metabolik.
Manajemen orang dengan hiperglikemia dan cirri-ciri sindrom metabolik lainnya tidak boleh hanya berfokus pada pengendalian glukosa darah, tetapi juga harus meliputi berbagai strategi untuk menurunkan faktor resiko kardiovaskular lainnya.
2.4. Faktor risiko terjadinya diabetes
·         Diabetes tipe 1/IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
DM tipe 1 ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas; faktor genetik; imunologi; dan mungkin pula lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.
a.       Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel β

·         Diabetes tipe 2/ NIDDM
DM tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetic dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut.
faktor tersebut adalah :
a.       Faktor Genetik
Bukti adanya komponen genetic berasal dari koefisien keselarasan  DM yang meningkat kepada kembar monozigot, prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua yang menderita diabetes, dan prevalensi DM yang tinggi pada kelompok etnis tertentu. Munculnya diabetes yang biasanya muncul ketika dewasa pada usia muda merupakan bentuk monogenik DM tipe 2 dengan usia onset yang dini, yaitu kurang dari usia 25 tahun. Kelainan ini diturunkan secara autosomal dominan dan mutasi disebutkan terjadi paling sedikit pada lima gen. variasi genetic lainnya adalah kehilangan pendengaran yang diwariskan secara maternal pada diabetes mellitus yang merupakan cirri khas DM tipe 1 maupun tipe 2. Tuli neural sensorik berhubungan dengan onset DM yang dini dan bentuk ini ditandai dengan pewarisan maternal yang kuat. Hanya anak perempuan yang dapat mewariskan penyakit ini kepada keturunannya.
b.      Faktor risiko lingkungan
§  Usia
Pertambahan usia merupakan faktor risiko yang penting untuk DM.
§  Obesitas dan obesitas bagian perut
Kenaikan berat badan dapat meningkatkan risiko DM.
§  Resistensi insulin
§  Faktor diet
§  Kurangnya aktivitas fisik
§  Urbansi dan modernisasi
2.4.  Tanda dan gejala DM
            Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Mansjoer, 2001 Diabetes Mellitus awalnya diperkirakan dengan adanya gejala yaitu:
a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)
b. Polidipsi (banyak minum)
c. Polifagi (banyak makan)
d. Lemas
e. Berat Badan Menurun
f. Kesemutan
g. Mata kabur
h. Impotensi pada pria
i. Pruritus pasa vulva
Menurut Supartondo, gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
·         Katarak
·         Glaukoma
·         Retinopati
·         Gatal seluruh badan
·         Pruritus Vulvae
·         Infeksi bakteri kulit
·         Infeksi jamur di kulit
·         Dermatopati
·         Neuropati perifer
·         Neuropati viseral
·         Amiotropi
·         Ulkus Neurotropik
·         Penyakit ginjal
·         Penyakit pembuluh darah perifer
·         Penyakit koroner
·         Penyakit pembuluh darah otak
·         17.hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
2.5. Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus
·         Glukosa darah sewaktu
·         Kadar glukosa darah puasa
·         Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
2.6. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
1. Penatalaksanaan secara medis
a. Obat Hipoglikemik Oral
1). Golongaan Sulfonilurea / sulfonyl ureas
Obat ini paling banyak digunakan dan dapat dikombinasikan denagan obat golongan lain, yaitu biguanid inhibitor alfa glukosidase atau insulin. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan produksi insulin oleh sel- sel beta pankreas, karena itu menjadi pilihan utama para penderita DM tipe 2 dengan berat badan berlebihan
2). Golongan Biguanad /metformin
Obat ini mempunyai efek utama mengurangi glukosa hati, memperbaiki pengambilan glukosa dari jaringan (glukosa perifer) dianjurkan sebagai obat tinggal pada pasien kelebihan berat badan.
3). Golongan Inhibitor Alfa Glikosidase
Mempunyai efek utama menghambat penyerapan gula di saluran pencernaan sehingga dapat menurunkan kadar gula sesudah makan. Bermanfaat untuk pasien dengan kadar gula puasa yang masih normal.
b.Insulin
1). Indikasi insulin
Pada DM tipe 1 yang tHuman Monocommponent Insulin (40 UI dan 100 UI/ml injeksi) yang beredar adalah actrapid
Injeksi insulin dapat diberikan kepada penderita DM tipe11 yang kehilangan berat badan secara drastis. Yang tidak berhasil dengan penggunaan obat-obatan anti DM dengan dosis maksimal atau mengalami kontra indikasi dengan obat-obatan tersebut. Bila mengalami ketoasidosis, hiperosmolar asidosis laktat, stress berat karena infeksi sistemik, pasien operasi berat , wanita hamil dengan gejala DM yang tidak dapat dikontrol dengan pengendalian diet.
2. Jenis insulin
a. insulin kerja cepat
Jenisnya adalah reguler insulin, cristalin zink, dan semilente
b. Insulin kerja sedang
Jenisnya adalah NPH (Netral Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat
Jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc Insulin)

2. Penatalaksanaan Secara Keperawatan
a. Diet
Salah satu pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makanan walaupun telah mendapat penyuluhan perencanaan makanan, lebih dari 50% pasien tidak melaksanakannya. Penderita DM sebaiknya mempertahankan menu yang seimbang dengan komposisi Idealnya sekitar 68% karbohidrat, 20% lemak dan 12% protein. Karena itu diet yang tepat untuk mengendalikan dan mencugah agar berat badan ideal dengan cara:
1. Kurangi Kalori
2. Kurangi Lemak
3. Kurangi Karbohidrat komplek
4. Hindari makanan manis
5. Perbanyak konsumsi serat

b. Olahraga
Olahraga selain dapat mengontrol kadar gula darah karena membuat insulin bekerja lebih efektif. Olahraga juga membantu menurunkan berat badan, memperkuat jantung dan mengurangi stress .Bagi pasien DM melakukan olahraga dengan teratur akan lebih baik tetapi jangan melakukan olahraga terlalu berat.

 
2.8. Pengkajian Fungsinal Gordon
·         Pola persepsi dan penanganan penyakit
Gejala : adanya riwayat hipertensi, kebas, keseimbangan pada ekstremitas ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.¯Tanda : takikardi, nadi
·         Pola nutrisi/metabolisme
BB, haus¯Gejala : hilang nafsu makan, mual / muntah,
Tanda : kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, muntah.
·         Pola eliminasi
Gejala : poliuria, mokturia, resi tekan abdomen, diare
Tanda : urine, pucat, kuning : poliuria (dapat berkembang menjadi olguria / anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau buruk (infak), abdomen keras, asites, bising usus lemah dan hiperaktif (diare).
·         Pola aktifitas/olahraga
Gejala : pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelematan pada otot, parestesia sebagai penglihatan.
Tanda : disorientasi, mengantuk, latergi, stupor / koma
·         Pola istirahat/tidur
Mengalami masalah pada saat rasa berkemih pada malam hari, gangguan tidur / istirahat.¯Gejala : lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
Tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat / dengan aktifitas letargi / disorientasi, koma.
·         Pola kognitif-persepsi
Gejala : abdomen tegang / nyeri
Tanda : wajah meringis tampak dengan palpitasi
·         Pola Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : demam, diaforesis, kulit rusak, lesi / ulserasi, parentesia / paralysis otot.
·         Pola seksualitas/reproduksi
Gejala : rubor vagina (cenderung infeksi)
Tanda : masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
·         Pola koping-toleransi stress
Gejala : stress, tergantung pada orang lain.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
·         Pola keyakinan-nilai
Agama klien islam dan tidak ada pantangan menurut agama.

2.9. Asuhan Keperawatan

            Diagnosa Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury
Intervensi Keperawatan Diabetes Mellitus
1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
-     Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
-     Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
-     Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
-     Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
-     Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
-     Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
-     Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
-     Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
-     Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
-     Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
-     Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
-     Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil,
-      nadi perifer dapat diraba,
-      turgor kulit dan pengisian kapiler baik,
-      haluaran urin tepat secara individu dan
-      kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
-      Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
-      Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
-      Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
-      Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
-      Pantau masukan dan pengeluaran
-      Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
-      Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
-      Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
-      Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer)
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil : Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
-      Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
-      Kaji tanda vital
-      Kaji adanya nyeri
-      Lakukan perawatan luka
-      Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
-      Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
-      Hindarkan lantai yang licin.
-      Gunakan bed yang rendah.
-      Orientasikan klien dengan ruangan.
-      Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
-      Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar