Jumat, 30 September 2011

Penilaian Status Gizi

A.   Masalah Gizi Dalam Kaitan Dengan Pejamu, Agens, dan Lingkungan

Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari peiiyebab tunggal (single causation). Beberapa contoh mengenai agens, pejamu dan lingkungan akan diuraikan di bawah ini.

Sumber Penyakit (Agens)

Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi, kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor faali/fisiologis, genetik, psikis, tenaga dan kekuatan fisik, dan biologi/parasit.

1. Gizi

Unsur gizi sering diakibatkan oleh defisiensi zat gizi dan beberapa toksin yang dihasilkan oleh beberapa bahan makanan, di samping akibat kelebihan zat gizi. Di bawah ini beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan dan kelebihan zat gizi tertentu seperti terlihat pada Tabel 1.

2. Kimia dari Luar

Penyakit dapat muncul karena zat kimia dari luar seperti obat-obatan, bahan kimia yang terdapal dalam makanan, penambahan zat aditif dalam makanan yang berlebihan.

3. Kimia dari Dalam

Agens yang berasal dari kimia dari dalam yang dihubungkan dengan metabolisme dalam tubuh seperti sistem hormonal (hormon tiroksin), kelebihan lemak, dan sebagainya.

4. Faktor Faali

Faktor faali dalam kondisi tertentu, seperti pada saat kehamilan, eklampsia pada waktu melahirkan dengan tanda-tanda bengkak atau kejang.

Tabel 1. Penyakit yang Diakibatkan oleh Kekurang an/Kelebihan Zat Gizi

No.
Penyakit
Penyebab
1.
Kurang Energi Protein (KEP)
 Kekurangan energi dan protein
2.
Anemia gizi
 Kekurangan protein, vitamin C, asam folat, vitamin B12, zat best (Fe)
3.
Angular stomatitis
 Kekurangan riboflavin
4.
Keratomalasia
 Kekurangan vitamin A
5.
Rakhitis
 Kekurangan vitamin D
6.
Skorbut/sariawan
 Kekurangan vitamin C
7.
Gondok
 Kekurangan yodium.
8.
Kanker hati
 Toksin yang ada dalam makanan seperti aflatoksin pada kacang-kacangan. dll.
9.
Beri-beri
 Kekurangan vitamin B1
10
Penyakit jantung/hipertensi
 Kelebihan lemak/kolesterol


5. Genetis

Beberapa penyakit yang disebabkan karena faktor genetis seperti diabetes mellitus (kencing manis), kepala besar terdapat pada orang mongolid, buta warna, hemofill, dan albino.

6. Faktor Psikis

Faktor psikis yang dapat menimbulkan penyakit adalah tekanan darah tinggi dan tukak lambung yang disebabkan oleh perasaan tegang (stres).

7. Tenaga dan Kekuatan Fisik

Sinar matahari, sinar radioaktif, dan lain-lain merupakan faktor tenaga dan kekuatan fisik yang dapat menimbulkan penyakit.

8. Faktor Biologis dan Parasit

Faktor biologis dan parasit (metazoa, bakteri, jamur) dapat menyebabkan penyak defisiensi gizi atau infeksi.



Pejamu (Host)

Faktor-faktor pejamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga menimbulkan penyakit, terdiri atas faktor genetis, umur, jenis kelamin, kelompok etnik, fisioiogi imunologik, kebiasaan seseorang (kebersihan, makanan, kontak perorangan, peke, jaan, rekreasi, pemanfaatan pelayanan kesehalan). Faktor pejamu yang cukup berpengaruh dalam timbulnya penyakit, khususnya di negara yang sedang berkembar adalah kebiasaan buruk, seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada ten patnya, tabu, cara penyimpanan makanan yang kuiang baik, higiene rumah tangga (jendela atau ventilasi, pekarangan) yang kurang mendapat pernatian.

Lingkungan (Environment)

Faktor lingkungan dapat dibagi dalara tiga unsur utama, yaitu:

1. Lingkungan fisik, seperti cuaca atau iklim, tanah, dan air.

2. Lingkungan biologis:

a. Kependudukan: kepadatan penduduk.

b. Tumbuh-tumbuhan: sumber makanan yang dapat mempengaruhi sumber pe nyakit.

c. Hewan: sumber makanan, juga dapat sebagai tempat munculnya sumber pe nyakit.

3. Lingkungan sosial ekonomi:

a. Pekerjaan: yang berhubungan dengan bahan-bahan kimia.

b. Urbanisasi: kepadatan penduduk, adanya ketegangan dan tekanan sosial.

c. Perkembangan ekonomi: usaha koperasi di bidang kesehatan dan pendidikan. Golongan ekonomi yang rendah lebih banyak menderita gizi kurang dibanding dengan golongan ekonomi menengah ke atas. Sebaliknya, pada golongan yang terakhir insidensi penyakit kardiovaskuler cenderung meningkal.

d. Bencana alam; peperangan, banjir, gunung meletus, dan sebagainya.





B.   Istilah yang Berkaitan dengan Penilaian Status Gizi

Deswarni Idras dan Gatot Kunanto (1990), mengungkapkan bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi. Istilah-istilah tersebut akan diuraikan dibawah ini.

Gizi (Nutrition)

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

Keadaan Gizi

Keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh.

Status Gizi (Nutrition Status)

Ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh: Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran yodium dalam tubuh.

Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)

Keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi:

1.    Under Nutrition: Kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut untuk periode tertentu.

2.    Specific Defisiency : Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan vitamin A, yodium, Fe, dan lain-lain.

3.    Over Nutrition: Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4.    Imbalance karena disproporsi zat gizi, misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Inpoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Upoprotein).



Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Anak disebut KEP apabila indeks berat badan menurut amur (BB/U) baku WHO-NCHS. KEP merupakan defisiensi gizi (energi dan protein) yang paling berat dan meluas terutama pada Balita. Pada umumnya penderita KEP berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah.

C.   Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.

Secara Langsung

·         Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.

·         Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

·         Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi, Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

·         Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes), Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

Secara Tidak Langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:

·         Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang kon¬sumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.



·         Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberpa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat

·         Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Schrimshaw, 1964). Secara ringkas, penilani status gizi




D.   Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode penilaian status gizi

Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemaban masing-masing. Dengan menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan memberikan baran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan(penilaian Status Gizi, hal 22).

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan mengunakan metode adalah sebagai berikut:

Tujuan
Tujuan pengukuran sangat perhi diperhatikan dalam memilih metode, seperti ingin melihat fisik seseorang, maka metode yang digunakan adalah antropome Apabila ingin melihat status vitamin dan mineral dalam tubuh sebaiknya gunakan metode biokimia.

Unit Sampel yang Akan Diukur

Berbagai jenis unit sampel yang akan diukur sangat mempengamhi metode penilaian status gizi. Jenis unit sampel yang akan diukur meliputi individi rumah tangga/keluarga dan kelompok rawan gizi. Apabila unit sampel yang diukur adalah kelompok atau masyarakat yang rawan gizi secara keseluruhan sebaiknya menggunakan metode antropometri, karena metode ini murah dan dari segi ilmiah bisa dipertanggungjawabkan.

Jenis Informasi Yang Dibutuhkan

Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis info yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan berat dan badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia. Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu apabila membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya gunakan pengukuran faktor ekologi.

Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan

Masing-masing metode penilaian status gizi mempunyai tingkat reliabilitas dan rasi yang berbeda-beda. Contoh penggunaan metode Idinis dalam menilai tinkat pembesaran kelenjar gondok adalah sangat subjektif sekali. Penilaian ini tenaga medis dan paramedis yang sangat terlatih dan mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang ini. Berbeda dengan penilaian secara biokimia yang mempunyai reliabilitas dan akurasi yang sangat tinggi, Oleh karena itu apabila ada biaya, tenaga dan sarana-sarana lain yang mendukung, maka penilaian status gizi dengan biokimia sangat dianjurkan.




Tersedianya Fasilitas dan Peralatan

Berbagai jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi. Fasilitas tersebut ada yang mudah didapat dan ada pula yang sangat sulit diperoleh. Pada umumnya fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi secara antropometri relatif lebih mudah didapat dibanding dengan peralatan penentuan status gizi dengan biokimia

Pengadaan jenis fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan, ada yang diimport dari luar negeri dan ada yang didapat dari dalam negeri. Umumnya peralatan yang diimport lebih mahal dibandingkan dengan yang produksi dalam negeri.

Tenaga
Ketersediaan tenaga, baik jumlah maupun mutunya sangat mempengaruhi peng-gunaan metode penilaian status gizi. Jenis tenaga yang digunakan dalam pengumpulan data status gizi antara lain: ahli gizi, dokter, ahli kimia, dan tenaga lain.

Penilaian status gizi secara biokimia memerlukan tenaga ahli kimia atau analis kimia, karena menyangkut berbagai jenis bahan dan reaksi kimia yang hams dikuasai. Berbeda dengan penilaian status gizi secara antropometri, tidak memerlukan tenaga ahli, tetapi tenaga tersebut cukup dilatih beberapa hari saja sudah dapat menjalankan tugasnya. Kader gizi di Posyandu adalah tenaga gizi yang tidak ahli, tetapi dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, walaupun disana-sini masih ada kekurangannya. Tugas utama kader gizi adalah melakukan pengukuran antropometri, seperti tinggi badan dan berat badan serta umur anak. Setelah mendapatkan data, mereka dapat memasukkan pada KMS dan langsung dapat menginterpretasi data tersebut

Penilaian status gizi secara klinis, membutuhkan tenaga medis (dokter). Tenaga kesehatan lain selain dokter, tidak dapat diandalkan, mengingat tanda-tanda klinis tidak spesifik untuk keadaan tertentu. Stomatitis angular, sering tidak benar di-interpretasikan sebagai kekurangan riboflavin. Keadaan ini di India diakibatkan dari kebanyakan mengunyah daun sirih atau buah pinang yang banyak mengandung kapur, yang dapat menyebabkan iritasi pada bibir.

Waktu
Ketersediaan waktu dalam pengukuran status gizi sangat mempenganihi metode yang akan digunakan. Waktu yang ada bisa dalam mingguan, bulanan dan tahunan. Apa¬bila kita ingin menilai status gizi di suatu raasyarakat dan waktu yang tersedia relatif singkat, sebaiknya dengan menggunakan metode antropometri. Sangat mustahil kita menggunakan metode biokimia apabila waktu yang tersedia sangat singkat, apalagi tidak ditunjang dengan tenaga, biaya dan peralatan yang memadai.

Dana
Masalah dana sangat mempengaruhi jenis metode yang akan digunakan untuk menilai status gizi. Umumnya penggunaan metode biokimia relatif mahal dibanding dengan raetode lainnya. Penggunaan metode disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.

Jadi, pemilihan metode penilaian status gizi hams selalu mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk menentukan metode penilaian status gizi, harus memperhatikan secara keseluruhan dan mencennati kelebihan dan kekurangan tiap-tiap metode itu.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. YRama Widia

Moehji, S. 1982.  Ilmu Gizi. Jilid I.  Jakarta: Bhatara Karya Pustaka,

Nicholls, Lucius. 1976.  Ilmu gizi dan ilmu Diit di daerah Tropik. Terj. Sediaoetama, Achmad Djaeni. Jakarta: Balai Pustaka

Suparasia, Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC



Masalah Gizi

A.   Pengertian Masalah Gizi

Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.

Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja.

B.    Penyebab timbulnya masalah gizi

Secara umum masalah kurang gizi disebabkan oleh banyak faktor. Pada tahun 1988 UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep makro, sebagai salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi.

Penyebab langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit.

Penyebab tidak langsung

  1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
  2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.
  3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.

Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.

Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung diprediksi sebagai pokok masalah di masyarakat. Sedangkan akar masalahnya berupa kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan. Keadaan tersebut telah memicu munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

C.    Masalah gizi

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah.

Anak balita yang sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai “busung lapar”. Gizi mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).

Macam-macam gizi buruk dan tanda-tandanya

Gizi buruk dapat dibedakan menjadi 3, yaitu marasmus, kwashiorkor, dan marasmic-kwashiorkor. Marasmus terjadi bila gizi utama yang kurang adalah kalori atau karbohidrat, sedangkan kwashiorkor terjadi bila gizi utama yang kurang adalah protein. Sementara itu, marasmic-kwashiorkor merupakan kombinasi keduanya, yaitu kekurangan kalori dan protein.

Marasmus atau kekurangan konsumsi karbohidrat.

Marasmus merupakan adaptasi fisiologis terhadap keterbatasan energy dari makanan. Pada keadaan ini terjadi pengurangan secara nyata jumlah jaringan lemak dan subkutan disamping terdapat pula atrovi jaringan visceral. (gizi kesehatan masyarakat,hal :218)

  • Biasanya diderita bayi berumur kurang dari 1 tahun, bila ditimbang berat badannya kurang dari 60% dari berat badan standar usia tersebut.
  • Kulit keriput dan lapisan lemak dibawah kulit sangat tipis sehingga kulit mudah diangkat
  • Wajah seperti orang tua
  • Otot daging sangat menyusut dan lembek yang dapat diliat dipaha dan lengan atas yang seharusnya tebal dan kencang
  • Perut cekung
  • Iga gambang (terlihat jelas seperti alat musik gambang)
  • Sering disertai dengan penyakit kronisberulang seperti diare kronis atau sembelit

Kwashiorkor atau kekurangan protein

Kwashiorkor merupakan kumpulan klinis gejala edema dan gizi kurang.(gizi kesehatan masayarakat, hal : 218)

  • Biasanya diderita anak umur 1-3 tahun
  • Otot dagingnya menyusut dan lembek, tetapi masih ada lapisan lemak dibawah kulit
  • Terjadi pembengkakan (Oedem) terutama dikaki bagian bawah
  • Bentuk muka seperti bulan (moon face) dan pandangan mata sayu.
  • Wajah tampak murung, rewel dan apatis
  • Warna kulit pucat karena menderita anemia. Selain itu, bisa terjadi kelainan kulit, yaitu bercak-bercak merah muda yang terus meluasdan berubah warna menjadi cokelat kehitaman dan mudah mengelupas
  • Rambut berubah. Jika normalnya berwarna hitam bisa berubah menjadi cokelat, coklat kemerahan (pirang) seperti rambut jagung, atau abu-abu dan sangat mudah dicabut tanpa rasa sakit. Selain itu, rambut yang keriting bisa menjadi lurus.
  • Terjadi pembesaran hati
  • Tidak mempunyai nafsu makan sehingga sulit diberi makan
  • Sering disertai penyakit infeksi, anemia, diare

Marasmic-kwashiorkor

  • Biasanya dijumpai tanda-tanda gabungan kedua keadaan tersebut diatas

Kelebihan Gizi (Obesitas)

Lagi-lagi bukan barang baru namun tetap menjadi salah satu masalah kesehatan utama sebagai dampak gaya hidup modern. Obesitas sering dikacaukan dengan kelebihan berat badan (overweight) padahal keduanya tidak sama. Kelebihan bisa saja disebabkan oleh massa otot atau air sehingga belum tentu ia obesitas. Obesitas adalah suatu keadaan patologis (tidak seharusnya) yang ditandai dengan penimbunan lemak berlebihan di dalam tubuh. Obesitas juga jangan dikacaukan dengan dislipidemia, yaitu keadaan abnormal lemak dalam darah seperti hiperkolesterolemia, yang akan dibahas di kesempatan lain.

Jumlah Lemak

Umumnya jumlah lemak tubuh pada wanita lebih besar dari pada pria. Sejak bayi hal ini sudah nampak. Penambahan lemak tubuh pada pria dan wanita sampai usia 8 tahun kurang lebih sama. Kemudian sejak akhil balik (13 tahun), pertumbuhan lemak pria akan melambat dibanding wanita. Pertumbuhan lemak tubuh pada wanita terutama tampak pada bagian dada, pinggul, bokong dan anggota gerak bagian atas.

Umur (tahun) Pria Wanita

20————-12%——27%
30————-18%——29%
40————-22%——32%
50————-24%——34%

Pertumbuhan lemak terjadi melalui 2 macam proses: hiperplasi (bertambah jumlah) dan hipertropi (bertambah ukuran). Pada orang dewasa, pertumbuhan jariangan lemak terjadi secara hipertropi. Pada anak-anak terjadi secara hipertropi 50% dan hiperplasi yang dapat sampai menjadi 3 kali lebih banyak pada orang normal. Karena hal inilah menurunkan berat badan pada orang dewasa yang telah menderita obesitas sejak anak-anak menjadi sangat sulit.

Pengukuran Lemak

Secara sederhana, orang biasanya mengukur berat badan sebagai patokan, yaitu melalui 2 cara:

1.Body Mass Index (BMI)

Body Mass Index yaitu membandingkan berat badan (dalam kilogram) dengan kuardrat dari tinggi badan (dalam meter).

Hasilnya adalah:

Under weight : <17,5

Normal : 17,5-25

Overweight : 25-30

Obesity : >30

2.Indeks BROCA

Di Indonesia untuk menentukan berat badan ideal dapat dipakai cara ini, yaitu:
- jika tinggi badan <160 cm untuk pria dan <150 cm untuk wanita, maka:

Berat badan ideal (Kg) = tinggi badan (cm) – 100

- jika tinggi badan >160 cm untuk pria dan >150 cm bagi wanita, maka:

Berat badan ideal (Kg) = {tinggi badan (cm) – 100} – 10%

Seseorang dikatakan obesitas apabila berat badannya melebihi 20% dari berat badan ideal.

Namun pada prakteknya, beberapa ahli kurang sependapat dengan cara pengukuran antropometrik ini. Misalnya saja seorang atlet terlatih, maka ia bisa-bisa terhitung obesitas, padahal bukan lemaknya yang menyebabkan berat badannya yang tinggi, tapi massa ototnya. Oleh karena itu, beberapa ahli menganjurkan cara pengukuran lain, yaitu:

3.Tebal lemak subkutan lipatan kulit dengan menggunakan “Skin Fold Caliper” pada beberapa tempat, antara lain:

- triceps: dik=ukur lipatan kulit yang menggantung bebas anatara bahu dan siku. Dinyatakan obesitas bila tebal lemak subkutan > 20 mm pada pria dan > 30 mm pada wanita.

- biceps, skapula, supra iliaka dan subkostal. Bila melebihi 1 standar deviasi setelah dibandingkan dengan standar yang ada, dapat dinyatakan obesitas.

Pengukuran dikeempat bagian tubuh ini lebih dianjurkan ketimbang berat badan karena tidak dipengaruhi tinggi badan, sehingga dapat memberi nilai untuk tiap umur dan jenis kelamin.

Bedasarkan distribusi lemak tubuh, obesitas dibagi menjadi 2 kelompok:

1.Tipe Android

Lemak tertimbun terutama pada bagian atas pusar: perut, dada, punggung muka.Disebut juga bentuk apel. Rasio lingkar perut/linggkar panggul >0,9. Biasanya lebih banyak pada pria dan lebih berhubungan dengan berbagai macam komplikasi penyakit seperti diabetes, jantung koroner, darah tinggi dan lain-lain.

2.Tipe Genoid

Timbunan lemak terutama pada bawah pusar: pinggul, paha, bokong. Disebut juga bentuk pear. Rasio lingkar perut/lingkar panggul <0,8 dan lebih banyak pada wanita serta lebih jarang berhubungan dengan berbagai penyakit komplikasi.

Penyebab
Sudah pasti karena kebanyakan makan dibanding aktivitasnya. Tetapi kadang-kadang ada orang yang makannya sudah sedikit, tetapi tetap obesitas. Ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi keseimbangan gizi sehingga mempermudah timbuann lemak.

1.Faktor eksogen:

- makan-minum berlebihan

- aktivitas fisik yang kurang

2.Faktor endogen:

- genetik/herediter (keturunan)

- metabolic

- endokrin (hormonal)

- kejiwaan

Makan berlebihan. Trend yang ada sekarang adalah banyak makanan tinggi lemak dan gula. Banyak orang yang makannya 2 kali sehari lebih gemuk dianding yang makan 3 kali sehari. Hal ini menunjukan bahwa sering makan dalam jumlah sedikit lebih baik daripada jarang makan tapi dalam porsi besar. Pada anak penyebab yang paling sering adalah:

- makanan tambahan diberikan terlalu dini

- pemberian pengganti ASI terlalu berlebihan

- makanan tinggi lemak tinggi gula yang berlebihan.

Suka ngemil merupakan biang kerok obesitas yang terutama baik pada dewasa maupun pada anak-anak.Frekuensi ngemil paling tinggi adalah pada sore-malam hari, yaitu saat santai menonton TV. Pasalnya ngemil tidak menimbulkan rasa kenyang. Tahu-tahu jumlah kalori yang masuk sudah terlampau banyak sebelum akhirnya kita memutuskan untuk berhenti atau cemilan sudah terlanjur habis.

Aktivitas fisik yang kurang. Di zaman serba praktis dan mudah ini, orang cenderung lebih malas bergerak. Apalagi dengan hadirnya remote TV, supir pribadi, lift, eskalator dan kemudahan-kemudahan lainnya menyebabkan pengeluaran energi berkurang sedangkan pemasukannya tetap atau malah berlebih.

Faktor-faktor lainnya antara lain keturunan, kejiwaan. Pada remaja, gangguan emosi merupakan salah satu penyebab terpenting obesitas. Selain itu kondsi hormonal seperti pada penyakit Cushing dimana hormon adrenalin terlampau tinggi, maka akan terjadi obeitas. Juga demikian dengan hipofungsi kelenjar gondok serta diabetes melitus. Dari faktor sosioekonomi, ternyata dari suatu survei di Amerika, pria golongan ekeonomi rendah jarang gemuk, sebaliknya wanita dari golongan ekonomi rendah banak yang gemuk (34%) sedangkan wanita dari golongan ekonomi tinggi jarang yang gemuk (4%).

Kelainan yang Ditimbulkan Obesitas

1.    Diabetes Melitus

Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat. Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak subkutan yang berlebihan pula.

1.     Hipertensi

Framingham bedasarkan penelitiannya mengatakan bahwa pada orang-orang dengan berat badan >20% berat badan normal ditemukan 10 kali lebih sering menderita hipertensi. Hipertensi akibat obesitas lebih nyata pada tekanan sistolik dibanding diastolik dan lebih nyata terlihat pada wanita. Bedasarkan penelitian, penurunan 1 Kg berat badan akan menurunkan 2,5 mmHg tekanan sistolik dan 1,5 mmHg tekanan diastolik

2.    Batu empedu, Penjyakit jantung koroner, dislipidemia (peningkatan kadar kolesterol, trigliserid), gangguan haid, kemandulan gangguan sosial dan kejiwaan dan bahkan angka kematian pada orang yang obesitas lebih besar dari pada orang dengan berat badan normal.

Pengobatan

Prinsipnya energi yang masuk harus lebih kecil dibanding yang keluar. Untuk itu dilakukan beberapa strategi:

1. Reedukasi dan pengobatan gizi

2. Psikoterapi (terapi kejiwaan), modifikasi prilaku, terapi kelompok

3. Terapi obat-obatan

4. Lain-lain: akupunktur, operasi, sedoot lemak (liposuction)

Reedukasi gizi. Pasien diberi pengetahuan dan bimbingan mengenai gizi dan perilaku makan yang sehat. Antara lain misalnya dengan mencatat makanan apa saja yang dimakan serta jumlahnya setiap hari serta perasaan-perasaan yang timbul sebelum dan sesudah makan. Kemudian aktivitas makan jangan dibarengi dengan aktivitas-aktivitas lain seperti mengobrol, menonton TV, karena hal ini sangat bahaya lantaran akan membuat kita lupa sudah berapa suapan yang masuk ke dalam mulut kita. Lalu juga dibiasakan mengunyah dengan lambat dan sampai lumat baru ditelan, jadi makan jangan cepat-cepat.

Terapi Gizi. Diet yang dijalankan akan memakan waktu lama sehingga membutuhkan komitmen dan displin pasien. Srlain itu, diet sehari-hari harius tetap bernilai gizi cukup kecuali dalam hal kalori. Macam-macam diet antara lain: diet tanpa kalori, diet setengah puasa, diet rendah kalori tinggi protein dan diet rendah kalori ketogenik. Selanjutnya hanya akan dibicarakan dua jenis terakhir saja.

Diet Rendah kalori Tinggi Protein. Dikenal juga dengan sebutan “Tiger Diet” atau “Airforce Diet”. Protein tinggi dimaksudkan untuk mencegah ketidak seimbangan nitrogen dalam tubuh. Jika jumlah protein rendah dalam diet, maka protein dalam tubuh akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas tubuh, hal ini menyebabkan ketidak seimbangan nitrogen dan merugikan tubuh. Selain itu untuk mencerna protein memang dibutuhkan kalori juga yang lebih tinggi dibanding mencerna karbohidrat ataupun lemak, sehingga dengan demikian kalori yang terbakar juga akan lebih tinggi tanpa mengganggu protein tubuh.

Diet rendah kalori ketogenik. Prinsipnya adalah makanan yang masuk harus dapat membakar lemak dalam tubuh. Sehingga dalam diet ini jumlah lemak tinggi, karbohidrat rendah dan protein 1 gram/kg berat badan/hari. Idenya adalah dengan karbohidrat yang rendah maka lemak dalam tubuh akan dimobilisasi dan dipakai tubuh. Kemudian hasil dari pemecahan lemak menjadia sama lemak bebas juga akan memacu bertambahnya jumlah keton bodies dalam darah yang akan merangsang pusat kenyang diotak sehingga menimbulkan rasa kenyang. Namun kejelekan program diet ini adalah dapat menimbulkan hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia dan menaikan kadar asam urat dalam darah.

D.    Masalah Gizi Di Indonesia

Salah satu masalah kesehatan dan sosial yang dihadapi Indonesia adalah rendahnya status gizi masyarakat. Hal ini mudah dilihat, misalnya dari berbagai masalah gizi, seperti kurang gizi, anemia gizi besi, gangguan akibat kekurangan yodium, dan kurang vitamin A (Husaini, 2006). Rendahnya status gizi jelas berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Oleh karena status gizi mempengaruhi kecerdasan, daya tahan tubuh terhadap penyakit, kematian bayi, kematian ibu, dan produktivitas kerja.

Jenis penyakit gangguan gizi yang sering menimpa penduduk terutama anak balita di Indonesia adalah:


a. Gangguan gizi akibat kekurangan energi dan protein (KEP)

b. Gangguan gizi akibat kekurangan vitamin A (KVA)

c. Gangguan gizi akibat kekurangan besi (Anemia gizi)

d. Gangguan gizi akibat kekurangan yodium



1.     Gangguan Kesehatan akibat Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

Hasil penelitian di berbagai tempat dan di banyak negara menunjukkan bahwa penyakit gangguan gizi yang paling banyak ditemukan adalah gangguan gizi akibat kekurangan energi dan protein (KEP). Dalam bahasa Inggris penyakit ini disebut Protein Calorie Malnutrition atau disingkat PCM. Ada juga ahli yang menyebutnya sebagai Enery Protein Malnutrition atau EPM, namun artinya sama.

Ada dua bentuk KEP yaitu marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya disebabkan oleh kekurangan protein. Akan tetapi pada marasmus di samping kekurangan protein terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup. Marasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun.

Ada empat ciri yang selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor yaitu sebagai berikut:

·           Adanya oedema pada kaki, tumit dan bagian tubuh lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk.

·           Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya.

·           Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan.

·           Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah kulit.

Istilah marasmus berasal dari bahasa yunani yang sejak lama digunakan sebagai istilah dalam ilmu kedokteran untuk menggambarkan seorang anak yang berat badannya sangat kurang dari berat badan seharusnya. Ciri utama penderita marasmus adalah sebagai berikut :

·           Anak tampak sangat kurus dan kemunduran pertumbuhan otot tampak sangat jelas sekali apabila anak dipegang pada ketiaknya dan diangkat. Berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan seharusnya menurut umur.

·           Wajah anak tampak seperti muka orang tua. Jadi berlawanan dengan tanda yang tampak pada kwashiorkor. Pada penderita marasmus, muka anak tampak keriput dan cekung sebagaimana layaknya wajah seorang yang telah berusia lanjut. Oleh karena tubuh anak sangat kurus, maka kepala anak seolah-olah terlalu besar jika dibandingkan dengan badannya.

·           Pada penderita marasmus biasanya ditemukan juga tanda-tanda defisiensi gizi yang lain seperti kekurangan vitamin C, vitamin A, dan zat besi serta sering juga anak menderita diare.

2.     Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Vitamin A

Vitamin A diperlukan untuk penglihatan. Vitamin tersebut merupakan bagian penting dari penerima cahaya dalam mata. Selain itu vitamin A juga diperlukan untuk mempertahankan jaringan ari dalam keadaan sehat. Kulit, pinggiran dan penutup berbagai bagian tubuh, seperti kelopak mata, mata, hidung, mulut, paru-paru dan tempat pencernaan, kesemuanya dikenal sebagai jaringan ari.

Vitamin A juga mempunyai beberapa fungsi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan vitamin A pertumbuhan menjadi terhambat dan rangka tubuh berhenti tumbuh. Tanda awal dari kekurangan vitamin A adalah tureunnya kemampuan melihat dalam cahaya samar. Penderita sama sekali tidak dapat melihat apabila memasuki ruangan yang agak gelap secara tiba-tiba. Penyakit ini umumnya diderita oleh anak-anak.

Terjadinya kekurangan vitamin A adalah sebagai akibat berbagai sebab seperti berikut ini :

·           Tidak adanya cadangan vitamin A dalam tubuh anak sewaktu lahir karena semasa dalam kandungan, ibunya kurang sekali mengkonsumsi makanan sumber vitamin A.

·           Kadar Vitamin A dalam air susu ibu (ASI) rendah. Hal ini disebabkan konsumsi vitamin A ibu yang rendah pada masa menyusui.

·           Anak diberi makanan pengganti ASI yang kadar vitamin A-nya rendah.

·           Anak tidak menyukai bahan makanan sumber vitamin A terutama sayursayuran.

·           Gangguan penyerapan vitamin A oleh dinding usus oleh karena berbagai sebab seperti rendahnya konsumsi lemak atau minyak.

Kekurangan vitamin A dapat meyebabkan cacat menetap pada mata (buta) yang tidak dapat disembuhkan. Xerophthalmia sebagai akibat kekurangan vitamin A merupakan penyebab kebutaan tertinggi, dan yang memprihatinkan adalah penderitanya justru anak-anak usia balita yang merupakan tunas bangsa.

Penanggulangan kekurangan vitamin A dilakukan selain dengan jalan penyuluhan guna memperbaiki makanan keluarga agar lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan sumber vitamin seperti sayuran hijau dan buah-buahan berwarna, dilakukan juga pemberian vitamin dosis tinggi yaitu 200.000 – 300.000 SI kepada anak balita.

1.     Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Zat Besi (Anemia Gizi)

Besi adalah mineral mikro yang mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Mineral tersebut terdapat dalam darah dan semua sel tubuh. Zat besi dalam darah merah berada sebagai bagian dari hemoglobin dan pigmen sel merah. mineral tersebut bertindak sebagai pembawa oksigen dan karbondioksida.

Jika tidak terdapat cukup besi untuk memenuhi kebutuhan tubuh, maka jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang dan keadaan tidak sehat timbul yang dikenal sebagai anemia gizi. Rendahnya kadar hemoglobin dalam darah dilihat apabila bagian kelopak mata penderita terlihat berwarna pucat. Kadar baku hemoglobin dalam darah yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang menderita anemia gizi adalah seperti terlihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Kadar Baku Hb dalam Darah

Umur (thn)
Jenis Kelamin
Kadar Hb (g/100ml)
0,5 - 4
5 - 9
10 - 14
 Pria / wanita
Pria / wanita
Pria / wanita
Dewasa pria
Dewasa wanita
Wanita hamil
 10,8
11,5
12,5
14,0
12,0
10,0
 Sumber : Jellife (1996) dalam Sjahmien Moehji (1986)


Zat besi terutama banyak sekali hanya terdapat dalam sayur-sayuran. Demikian juga asam folat, sedang bitamin B12 hanya terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari hewan. Pencegahan anemia gizi selain dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber zat besi juga dapat dilakukan dengan jalan memberikan zat besi dalam bentuk tablet kepada wanita hamil terutama dalam masa tiga bulan terakhir menjelang anak lahir.



2.     Gangguan Kesehatan Akibat Kekurangan Iodium

Kekurangan iodium akan mengakibatkan membesarnya kelenjar gondok. karena itu, penyakit yang timbul akibat kekurangan iodium disebut penyakit gondok. Karena penyakit pembesaran kelenjar gondok ini ditemukan di daerah-daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama, maka disebut penyakit gondok endemik. Di daerah penyakit gondok endemik, pembesaran kelenjar gondok dapat terjadi pada semua umur, bahkan seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan iodium dan jika tidak diobati maka pada usia satu tahun sudah akan terjadi pembesaran kelenjar gondoknya.

Kejadian pembesaran kelenjar gondok terbanyak ditemukan pada usia antara 9 sampai 13 tahun pada anak laki-laki dan antara usia 12 sampai 18 tahun pada anak perempuan. Pada usia dewasa jarang sekali terjadi pembesaran kelenjar gondok kecuali pada wanita yang sering ditemukan pembesaran kelenjar gondoknya baru timbul setelah usia 19 atau 20 tahun. Setelah mencapai usia puber, kelenjar gondok yang timbul pada usia kanak-kanak itu cepat sekali membesar dan dapat berubah menjadi bentuk nodula. Akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah kemungkinan terjadinya manusia kerdil atau kretinisme di samping gangguan perkembangan otak yang membawa akibat gangguan mental.

Terjadinya kekurangan iodium terutama akibat rendahnya kadar iodium dalam tanah sehingga air dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di daerah itu juga rendah kadar iodiumnya. Di samping itu beberapa jenis makanan mengandung zat yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok dan disebut zat goiterogen. Zat tersebut ditemukan dalam sayuran dari jenis Brassica seperti kubis, lobak, kol kembang. Juga zat tersebut ditemukan dalam kacang kedelai, kacang tanah dan obat-obatan tertentu. Zat goiterogen tersebut dapat menghalangi pengambilan iodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar gondok sangat rendah. Selain itu zat tersebut juga dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik menjadi bentuk organik sehingga menghambat pembentukan hormon tiroksin.
Masih ada beberapa faktor lain yang diduga dapat mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, seperti air minum yang tercemar, kadar zat kapur dalam air yang terlalu tinggi dan sebagainya.

Dengan diketahuinya penyebab terpenting dari penyakit gondok itu maka usaha-usaha pencegahan telah dapat dilakukan dengan mudah. Pada tahun 1833 dilakukan percobaan dengan mencampurkan iodium ke dalam garam kapur dan baru dalam tahun 1924 usaha pencegahan penyakit gondok ini dengan menggunakan garam beriodium (iodized salt) secara besar-besaran dilakukan di Amerika Serikat. Jenis iodium yang digunakan dalam pembuatan garam beriodium adalah persenyawaan iodat kalium (KIO3) dengan kadar satu bagian iodium dicampur dengan 10.000 – 200.000 bagian garam. Di Indonesia pembuatan garam beriodium ini dilakukan dengan jalan memasukkan 3,3 mg larutan KI ke dalam tiap bata garam (brickets) dan dengan cara ini diperoleh garam beriodium dengan kadar 20 ppm.

3.     Gangguan Kesehatan Akibat Kelebihan Zat Energi

Perkembangan ekonomi yang pesat, menyebabkan peningkatan pendapatan penduduk. Hal ini ditandai dengan terjadinya pergeseran pola konsumsi kearah yang lebih beraneka ragam. Proporsi sumber kalori dari karbohidrat khususnya beras, berkurang dan diikuti dengan meningkatnya lemak dan protein terutama dari sumber hewani. Dengan meningkatnya pendapatan ini, mereka yang hidup di kota dengan gaya serta pola makan seperti orang barat, biasanya menjadi menderita karena kelebihan gizi ini. Pola makan mereka biasanya mengkonsumsi terlalu banyak protein, lemak, makanan tak berserat.

Kelebihan zat gizi dalam hal ini zat energi dalam jangka waktu yang berkesinambungan akan menyebabkan berat badan meningkat, timbunan lemak meningkat dan terjadi kegemukan (obesitas). Biasanya orang yang gemuk sulit bergerak cepat, gerakan jadi lamban dan biasanya lebih lanjut mudah terkena gangguan fungsional jantung dan ginjal. Tambahan konsumsi energi berikutnya pada penderita kegemukan akan menyebabkan energi bersifat racun atau mendekatkan diri pada kematian.

Demikian pula konsumsi protein yang berlebihan menyebabkan beban kerja ginjal semakin berat, dan bila terus berlebih akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Dampak lain dari kelebihan konsumsi energi dan protein ini selain penyakit jantung dan ginjal, juga dapat mengakibatkan penyakit darah tinggi, kencing manis, kanker.



E.     Upaya mengatasi masalah gizi

Solusi Permasalahan Gizi Masyarakat harus melibatakan semua pihak yang terkait baik pemerintah, wakil rakyat, swasta, unsur perguruan tinggi dan lain-lain. Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi yaitu masih banyak masyarakat yang kekurangan gizi, tapi di sisi lain terjadi gizi lebih. Kabupaten Kota daerah membuat kebijakan yang berpihak pada rakyat, misalnya kebijakan yang mempunyai filosofi yang baik “menolong bayi dan keluarga miskin agar tidak kekurangan gizi dengan memberikan Makanan Pendamping (MP) ASI (Hadi, 2005).

Sedangkan alternatif solusi lainnya yang dapat dilakukan antara lain (Azwar, 2004).

  1. Upaya perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk menderita masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan dalam hal pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu memahami problem masalah gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga sebaliknya, bagaimana pembangunan berbagai sektor memberi dampak kepada perbaikan status gizi. Oleh karena itu tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi memerlukan keterlibatan seluruh sektor terkait.
  2. Dibutuhkan adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan status gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan kecerdasan, ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga hambatan peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
  3. Pelaksanaan program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif dan efisien) dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar, waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis berat GAKY dapat mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual bagi bayi yang dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan melalui pembiayaan publik.
  4. Pengambil keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dan evidence base dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem informasi yang baik, tepat waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan kajian-kajian intervensi melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung jawabkan.
  5. Mengembangkan kemampuan (capacity building) dalam upaya penanggulangan masalah gizi, baik kemampuan teknis maupun kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor yang berperan untuk pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling sinergi, misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
  6. Meningkatkan upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan upaya perbaikan gizi yang lebih efektif melalui kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.

Penanggulangan penyakit akibat gizi lebih, harus dimulai dari pengaturan makanan, artinya dengan mengurangi porsi makanan yang biasa dikonsumsi, mengurangi konsumsi gula, garam, lemak, dan meningkatkan konsumsi makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan.
DAFTAR PUSTAKA






gibney, Michael J. dkk. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung: CV. YRama Widia

Moehji, S. 1982.  Ilmu Gizi. Jilid I.  Jakarta: Bhatara Karya Pustaka,

Nicholls, Lucius. 1976.  Ilmu gizi dan ilmu Diit di daerah Tropik. Terj. Sediaoetama, Achmad Djaeni. Jakarta: Balai Pustaka